PRAKTIKUM ANATOMI
DAN FISIOLOGI
MANUSIA
“SISTEM PENCERNAAN”
Oleh
:
Zakyah
120210103086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
JUDUL : Sistem
Pencernaan
II.
TUJUAN :
1) Praktikan
memahami struktur anatomi organ-organ pada sistem pencernaan
2) Praktikan
mampu mendiagnosa kesehatan sistem pencernaan secara sederhana melalui
pemeriksaan feses secara makroskopis
III.
DASAR
TEORI
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan
(alimentar), yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus,
dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah kelenjar saliva, hati, kandung
empedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma
disebut saluran gastrointestinal. Fungsi utama sistem ini adalah untuk
menyediakan makanan air dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna
sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia
(Sloane, 2003:66).
Sistem pencernaan
pada manusia dibangun oleh saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan rectum.
Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari pancreas dan hati. Setiap bagian
memiliki fungsi yang berbeda (Nurjhani, et all, 2012:5).
Sistem pencernaan
makanan berurusan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diasimilasi
tubuh. Seluruh saluran pencernaan dibatasi dengan selaput lendir (membrane
mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esophagus, yang ditambah dengan
lapisan-lapisan epithelium. Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan
menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh.
Berbagai perubahan sifat makanan yang terjadi karena kerja berbagai enzim yang
berkembang di dalam cairan pencerna setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus
menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap jenis lainnya (Pearce, 2009:212-213).
Agar sari makanan
yang terdapat dalam makanan berguna bagi tubuh, maka makanan itu harus dicerna
terlebih dahulu. Proses pencernaan berlangsung di dalam saluran pencernaan
makanan. Proses pencernaan berlangsung dimulai di rongga mulut. Di dalam rongga
mulut makanan di potong-potong oleh gigi seri dan di kunyah oleh gigi geraham,
sehingga makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, proses pencernaan
makanan semacam ini disebut pencernaan mekanik (Irianto, 2004:169).
Makanan digerakkan sepanjang saluran pencernaan
menuruti arah mulut ke anus oleh gelombang-gelombang kontraksi yang berawal
dari esophagus dan melalui setiap daerah hingga mencapai daerah ujung usus
besar. Rangkaian kontraksi tersebut, yang berlangsung secara refleks, disebut
peristalsis. Sebuah sistem katup otot lingkar khusus, disebut sfingter, yang
terletak pada setiap titik pertemuan penting di sepanjang saluran pencernaan,
memastikan pergerakan searah zat-zat makanan. Sfingter semacam itu terdapat di
antara esopagus dan lambung, antara lambung dan usus halus, dan di anus. Ketika
sebuah sfingter berkontraksi, bukaan yang dikelilinginya tertutup dengan
efektif.Pemecahan makanan secara mekanis yang terutama terjadi dalam mulut dan
lambung atau tembolok disertai oleh kimiawi nutrien-nutrien oleh katalis
katalis yang disebut enzim enzim pencernaan (Fried and George, 2005).
Menurut Kimball
(1994), secara umum sistem pencernaan melakukan empat proses pencernaan dasar,
yaitu:
1.
Motilitas
Motilitas
mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran
pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan
kekuatan rendah yang disebut tonus. Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus
terdapat dua jenis dasar motilitas pencernaan.
2.
Sekresi
Sejumlah
getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh
kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari
air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam
proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus). Sekresi tersebut
dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf
dan hormon sesuai.
3.
Pencernaan
Pencernaan
merupakan proses penguraian makanan dari struktur yang kompleks menjad struktur
yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim.
4.
Penyerapan
Proses
penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan memindahkan
molekul-molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses pencernaan
berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang
terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu (Irianto,
2004:11).
1)
Mulut
Mulut merupakan
jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih
rumit, terdiri dari berbagai macam bau (Pearce, 2009:132).
Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi
dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis
(Kimball, 1994:34).
2)
Tenggorokan
( Faring)
Merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi (Irianto, 2004:14)
3)
Kerongkongan
(Esofagus)
Kerongkongan adalah
tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir
dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik (Syaifudin, 2006:356).
4)
Lambung
Merupakan organ
otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Makanan masuk
ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter),
yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan (Irianto, 2004:14).
5)
Usus halus (usus kecil)
Usus halus
merupakan bagian yang paling penting dari saluran pencernaan. Fungsi pencernaan
dan absorbsi usus halus penting untuk hidup. Pembuangan sedikit (kurang dari
30%) segmen usus halus umumnya tidak menyebabkan gejala-gejala yang berat,
karena terdapat hipertropi dan hiperplasi kompensasi mukosa yang tersisa dengan
perlahanlahan kembali ke fungsi absorbsi normal (adaptasi usus halus). Akan
tetapi, apabila lebih dari 30% usus halus yang diambil atau di ”bypass”,
menyebabkan kematian (Hana dan Wikansari, 2012:2). Usus halus terdiri dari tiga segmen, yaitu
duodenum, jejunum, dan ileum, sebagai organ pencernaan dan penyerapan yang
primer yang bervariasi kemampuannya (Ibrahim, 2008:1).
6)
Usus
besar
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare (Irianto, 2004:17)
7)
Rektum
dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar. (Irianto, 2004: 20)
8)
Pankreas
Pankreas adalah
organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke
dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan
cara menetralkan asam lambung (Irianto, 2004:23)
9)
Hati
Hati merupakan sebuah
organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran
penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat (Irianto,
2004:26)
Feses (tinja) adalah produk buangan saluran
pencernaan, dan merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kesehatan
saluran pencernaan. Proses pembuangan kotoran (defekasi) dapat terjadi setiap satu
atau dua hari, atau bahkan beberapa kali dalam sehari bergantung kepada kondisi
kesehatan seseorang. Feses mengandung mikroflora usus sekitar 1011-12 bakteri/g (Anonim, 2013).
Keterangan Bristol Stool Chart:
- Feses mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil
seperti kacang, sangat keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan.
- Feses mempunyai ciri berbentuk sosis, permukaanya
menonjol dan tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi
berkeping.
- Feses mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan
permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit retakan.
- Feses mempunyai ciri berbentuk seperti pisang, sosis
atau ular dan mudah dikeluarkan.
- Feses mempunyai ciri berbentuk seperti
bulatan-bulatan yang lembut, permukaannya halus, dan cukup mudah untuk dikeluarkan.
- Feses mempunyai ciri permukaannya sangat halus,
mudah mencair, dan biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan.
- Feses mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah
menyerupai air) dan tidak terlihat ada bagian yang padat.
(Anonim, 2013)
IV.
METODE
PRAKTIKUM
4.1 Waktu
dan Tanggal :
Senin, 13 April
2015
Pukul 14.20
WIB
4.2 Alat
dan Bahan :
ü Alat : masker, alat tulis, handscoon
ü Bahan : torso sistem pencernaan, feses manusia
4.3 Cara
Kerja :
a. Kegiatan
1
b. Kegiatan
2
V.
Hasil
Praktikum
a. Hasil
pengamatan terhadap feses masing-masing probandus
No
|
Nama
|
Hasil pengamatan
|
Keterangan
(Menu makan H-1)
|
|||||
Warna
|
Bentuk
|
Aroma
|
Posisi feses
|
Tekstur
|
Keterangan
|
|||
1
|
Zakyah
|
Kuning ke coklat-an
|
Utuh dan pecah-pecah
|
Menyengat
|
Mengapung
|
Halus dan Keras
|
Pukul 05.13 AM
|
Nasi goreng, kerupuk, teh, nasi putih, wortel, buncis,
sawi, ayam, gethuk, fanta
|
2
|
Henik
|
Kuning ke orange-an
|
Utuh dan pecah-pecah
|
Tidak menyengat
|
Mengapung
|
Lembek
|
Pukul 06.00 AM
|
Nasi, mie kuah, makaroni pedas, sayur gambas, telur
bakar, tahu goreng, air putih
|
3
|
Sakalus
|
Coklat Muda
|
Utuh dan pecah-pecah
|
Agak menyengat
|
Mengapung
|
Lembek
|
Pukul 04.30 AM
|
Nasi, sayur sop (wortel, buncis), pentol, sambel, ikan
laut, air putih, marie susu
|
4
|
Rahmat
|
Kuning kehitaman
|
Pecah-pecah
|
Agak menyengat
|
Tenggelam
|
Agak kasar
|
Pukul 07.00 AM
|
Nasi. Sate, bakso, telur, sambel, gule, es campur
|
5
|
Alfi
|
Kuning ke coklat-an
|
Pecah-pecah
|
Agak menyengat
|
Mengapung
|
Kasar dan lembek
|
Pukul 07.30 AM
|
Susu, nasi, mie cabe hijau, telur, nuget, orak arik
jamur
|
b.
Gambar
Organ dan Saluran Sistem Pencernaan
VI.
PEMBAHASAN
Praktikum acara ke 4 yaitu mengenai Sistem Pencernaan,
yang
bertujuan untuk memahami struktur anatomi organ-organ pada sistem pencernaan,
serta untuk mendiagnosa kesehatan sistem pencernaan secara sederhana melalui
pemeriksaan feses secara makroskopis.
Kegiatan pertama yaitu memahami struktur
dilakukan dengan cara anatomi organ-organ pada sistem pencernaan. Asisten
memperlihatkan torso Sistem Pencernaan dan menjelaskan kepada praktikan. Berdasarkan pengamatan pada kegiatan
pertama ini diperoleh bahwa makanan yang kita makan masuk melalui cavum oris
(mulut). Dimana didalam mulut ini terjadi pencernaan mekanik yang dibantu oleh
gigi serta terdapat pencernaan kimiawi yang dibantu oleh kelenjar ludah yang
dapat menghasilkan enzim ptialin.
Dalam rongga mulut
ini terjadi proses ingesti yaitu masuknya makanan kedalam mulut kemudian
diteruskan melewati esophagus (kerongkongan) yang terdapat peristiwa peristaltis
yaitu kontaksi dinding otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan
melalui saluran pencernaan hingga akhirnya makanan akan sampai ke muara gaster
(lambung) yang terdapat proses digesti yaitu merupakan proses hidrolisis kimia
(penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat
berlangsung pada proses selanjutnya yaitu pada intestine (usus halus), colon
(usus besar), terdapat proses absorpsi yang merupakan pergerakan produk akhir
pencernan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik
sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh kemudian makanan akan dikeluarkan
melalui anus berupa feses yang dinamakan proses egesti (defekasi) merupakan
proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk
feses dari saluran pencernaan.
Berdasarkan hasil pengamatan dari
torso sistem pencernaan, mekanisme
proses pencernaan makanan pada manusia yaitu sebagai berikut:
1. Mulut
Mulut
merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses pencernaan
makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan makanan sehingga
ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut. Mulut dapat
menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan lidah. Gigi
berfungsi menghancurkan makanan. Adapun fungsi lidah adalah membolak-balikan
makanan sehingga semua makanan dihancurkan secara merata. Selain itu, lidah
berfungsi membantu menelan makanan. Gigi dan lidah termasuk alat pemroses
pencernaan secara mekanis.
Selain
mencerna makanan secara mekanis, di mulut juga terjadi pencernaan secara
kimiawi. Pencernaan secara kimiawi dimungkinkan karena kelenjar air liur
menghasilkan ludah yang mengandung air, lendir, dan enzim ptialin. Air dan
lendir berguna untuk melumasi rongga mulut dan membantu proses menelan. Adapun
enzim ptialin mengubah amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yaitu
maltosa. Dalam mulut selain terdapat gigi juga terdapat lidah.
2. Kerongkongan
Setelah
dikunyah di mulut, makanan ditelan agar masuk ke lambung melalui suatu saluran
yang disebut kerongkongan. Kerongkongan atau esofagus berfungsi menyalurkan
makanan dari mulut ke lambung. Di dalam lehermu sesungguhnya terdapat dua
saluran, yaitu kerongkongan (letaknya di belakang) dan tenggorokan atau trakea
(letaknya di depan). Kerongkongan merupakan saluran pencernaan yang
menghubungkan antara mulut dengan lambung. Tenggorokan merupakan saluran
pernapasan yang menghubungkan antara rongga mulut dengan paru-paru. Oleh karena
itu, di bagian dalam mulut terdapat persimpangan dua saluran yang dijaga oleh
sebuah klep yang disebut epiglotis. Pada waktu bernapas, klep tersebut membuka
sehingga udara dapat masuk ke tenggorokan. Sewaktu menelan makanan, klep
tersebut akan menutup tenggorokan sehingga makanan tidak masuk ke tenggorokan.
Jadi, klep tersebut berfungsi menjaga kerja antara kerongkongan dan tenggorokan
agar proses pencernaan dan pernapasan dapat berjalan dengan lancar.
Pada
saat melewati kerongkongan, makanan didorong masuk ke lambung oleh adanya gerak
peristaltik otot-otot kerongkongan. Hal ini dikarenakan dinding kerongkongan
tersusun atas otot polos yang melingkar dan memanjang serta berkontraksi secara
bergantian. Akibatnya, makanan berangsur-angsur terdorong masuk ke lambung. Di
kerongkongan makanan hanya lewat saja dan tidak mengalami pencernaan.
3. Lambung
Lambung
merupakan alat pencernaan yang berbentuk kantung. Dinding lambung tersusun dari
otot-otot yang memanjang, melingkar, dan menyerong. Hal ini memungkinkan
makanan yang masuk ke dalam lambung dibolak-balik dan diremas lagi sehingga
menjadi lebih halus. Makanan yang dikunyah di mulut belumlah cukup halus. Oleh
karena itu, perlu dihaluskan lagi di lambung. Agar lambung kamu tidak bekerja
terlalu berat, sebaiknya kamu mengunyah makananmu sampai halus benar sebelum
menelannya. Selain mencerna makanan secara mekanis, lambung juga mencerna
makanan secara kimiawi. Lambung menghasilkan suatu cairan yang mengandung air,
lendir, asam lambung (HCl), serta enzim renin dan pepsinogen. Karena sifatnya
yang asam, cairan lambung dapat membunuh kuman yang masuk bersama makanan.
Sementara itu, enzim renin akan menggumpalkan protein susu yang ada dalam air
susu sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCl
menjadi pepsin yang berfungsi memecah protein menjadi pepton.
4. Usus Halus
Setelah
dicerna di lambung makanan akan masuk ke usus halus. Usus halus terdiri atas
tiga bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum). Usus dua belas jari dan usus kosong berperan penting
dalam pencernaan makanan secara kimiawi. Di usus dua belas jari ini kantong
empedu dan pankreas mengeluarkan cairan pencernaannya. Empedu yang dihasilkan
oleh kantong empedu akan berperan dalam pencernaan lemak dengan cara
mengemulsikan lemak sehingga dapat dicerna lebih lanjut. Cairan pankreas
mengandung enzim-enzim pencernaan penting, yaitu tripsinogen, amilase, dan
lipase. Tripsinogen diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang berfungsi
mencerna protein menjadi asam amino. Amilase akan mencerna amilum menjadi
glukosa, sedangkan lipase mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Selain enzim-enzim tersebut usus halus juga menghasilkan enzim-enzim lain yang
membantu pencernaan makanan, seperti peptidase dan maltase.
Pencernaan
makanan berakhir di ileum. Di sini makanan yang telah dicerna akan diserap
dinding ileum. Glukosa, asam amino, mineral, dan vitamin akan diserap melalui
pembuluh darah dinding ileum. Adapun asam lemak dan gliserol akan diserap
melalui pembuluh getah bening. Pembuluh getah bening ini pada akhirnya akan
bermuara pada pembuluh darah sehingga sari-sari makanan dapat diedarkan ke
seluruh tubuh.
5. Usus Besar
Zat-zat
yang tidak diserap usus halus selanjutnya akan masuk ke usus besar atau kolon.
Di usus besar ini terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa-sisa makanan oleh
bakteri pembusuk. Pembusukan dilakukan oleh bakteri yang hidup di usus.
Akhirnya sisa makanan akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (feces) melalui
anus. Pada usus besar terdapat bagian yang disebut usus buntu. Pada manusia,
fungsi usus buntu tidak jelas. Pada hewan-hewan pemakan tumbuhan, seperti
kelinci dan marmot, usus buntu membantu mencerna selulosa
Kegiatan kedua yaitu mendiagnosa kesehatan sistem
pencernaan secara sederhana melalui pemeriksaan feses secara makroskopis.
Kegiatan kedua ini dilakukan dengan mengamati kondisi fases yang dikeluarkan
pada pagi hari sebelum praktikum. Namun sebelum 1 hari sebelum praktikum
dilaksanakan, kita terlebih dahulu harus mencatat makanan apa saja yang kita
konsumsi. Kemuadian tepat pada hari pengamatan, kita harus mengamati kondisi
feses yang meliputi 5 aspek, yaitu: warna, bentuk, aroma, posisi dalam air,
serta tekstur. Setelah dilakukan pengamatan, langsung mencatat didalam tabel
pengamatan.
Pengamatan pertama dilakukan pengamatan
terhadap feses dari probandus Saya
sendiri, Zakyah, hasil pengamatan diperoleh bahwa warna
feses yaitu kuning kecoklatan,
dengan bentuk utuh dan
pecah-pecah, memiliki aroma bau yang menyengat, posisi feses mengapung di permukaan air dengan tekstur halus dan keras. Pada tanggal 12 April 2015, menu makan yang dikonsumsi
yaitu: Nasi goreng, kerupuk, teh, nasi putih, wortel, buncis, sawi, ayam,
gethuk, fanta. Zakyah BAB pada 13 April 2015 pukul 05.13 AM.
Pengamatan kedua dilakukan pengamatan terhadap
feses dari probandus Henik,
hasil pengamatan diperoleh bahwa warna feses yaitu kuning keorange-an, dengan bentuk utuh dan pecah-pecah, memiliki aroma bau tidak menyengat, posisi feses mengapung di permukaan air dengan tekstur lembek. Pada tanggal 12 April 2015, menu makan yang dikonsumsi
yaitu: Nasi, mie kuah, makaroni pedas, sayur gambas, telur bakar, tahu goreng,
air putih. Henik BAB pada 13 April 2015 pukul 06.00 AM.
Pengamatan ketiga dilakukan pengamatan terhadap
feses dari probandus Sakalus,
hasil pengamatan diperoleh bahwa warna feses yaitu Coklat muda, dengan bentuk utuh dan pecah-pecah, memiliki aroma bau agak menyengat, posisi feses mengapung di permukaan air dengan tekstur lembek. Pada tanggal 12 April 2015, menu makan yang dikonsumsi
yaitu: Nasi, sayur sop (wortel, buncis), pentol, sambel, ikan laut, air putih,
marie susu. Sakalus BAB pada 13 April 2015 pukul 04.30 AM.
Pengamatan keempat dilakukan pengamatan terhadap feses
dari probandus Rahmat,
hasil pengamatan diperoleh bahwa warna feses yaitu kuning kehitaman, dengan bentuk pecah-pecah, memiliki aroma bau agak menyengat, posisi feses tenggelam di permukaan air dengan
tekstur agak kasar. Pada tanggal 12 April 2015, menu makan yang dikonsumsi
yaitu: Nasi, sate, bakso, telur, sambel, gule, es campur. Rahmat BAB pada 13
April 2015 pukul 07.00 AM.
Pengamatan terakhir dilakukan pengamatan terhadap
feses dari probandus Alfi,
hasil pengamatan diperoleh bahwa warna feses yaitu kuning ke-coklatan, dengan bentuk pecah-pecah, memiliki aroma bau agak menyengat, posisi feses mengapung di permukaan air dengan tekstur kasar dan lembek. Pada tanggal 12 April 2015, menu makan yang dikonsumsi
yaitu: Susu, nasi, mie cabe hijau, telur, nuget, orak arik jamur. Alfi BAB pada
13 April 2015 pukul 07.30 AM.
Berdasarkan hasil pengamatan kelima probandus yang
diperoleh,
warna feses yang paling umum adalah kuning kecoklatan. Selain dipengaruhi oleh
asupan makanan, warna feses dipengaruhi oleh pigmen empedu (bilirubin).
Bilirubin berasal dari sel darah merah yang telah mengalami degenerasi,
kemudian dirombak oleh hati, hasilnya disimpan dalam kantong empedu dan
dikeluarkan ke dalam usus kecil. Konsentrasi bilirubin mempengaruhi warna
sehingga bervariasi dari hijau-hitam hingga kuning muda. Jika isi
(makanan) usus berjalan pada kecepatan normal, warna feses adalah kuning
kecoklatan sampai coklat tua. Jika berjalan lebih lambat, feses akan berwarna
lebih gelap. Berdasarkan hasil pengamatan hal ini dapat diketahui bahwa feses
dari probandus Rahmat memiliki kecepatan lebih lambat dari pada feses
dari probandus lainnya. Hal ini dikarenakan Rahmat
mempunyai warna gelap pada fases. Makanan dengan fiber tinggi akan menyebabkan
bakteri asam laktat berkembang dan feses akan bersifat asam. Makanan dengan
serat rendah dan banyak daging akan membuat bakteri pembusuk berkembang pesat
dan feses akan bersifat basa. Terjadinya
perubahan warna yang menyimpang dari feces, kemungkinan besar merupakan tanda
adanya abnormalitas dalam tubuh. Warna feses putih keabu-abuan, kemungkinan
merupakan tanda aliran bilirubin ke usus diblokir. Penyebabnya dapat berupa
tumor atau kelainan hati. Apabila berwarna merah, kemungkinan terjadi
pendarahan pada kolon. Warna hitam seperti tar menandakan sedang menderita
kanker kolon, tukak lambung atau tukak duodenum.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh, menurut teori feses normal ditunjukkan oleh tipe 3
dan 4. Kandungan airnya berkisar 70-80%. Pada umumnya tipe normal ini
dipengaruhi oleh menu makanan. Menu makanan yang mengandung serat tinggi, akan
menghasilkan feses yang kamba (bulky) dan dalam jumlah yang banyak (±
300-500g), dengan berat jenis sekitar 0,89 sehingga akan mengapung di air.
Sebaliknya menu yang rendah serat dan tinggi kadar daging menghasilkan feces
yang langsing dan jumlahnya sedikit (± 100-250g), dengan berat jenis di atas
1.0 dan akan tenggelam. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa
pada probandus Zakyah, Henik, Sakalus dan Alfi dari segi posisi feses,
feses mereka termasuk dalam feses agak normal karena posisi feses mereka
mengapung di permukaan, hal ini berarti makanan yang mereka makan cukup
memiliki serat, fakta ini dapat diketahui dari makanan yang mereka konsumsi,
dalam satu hari probandus mengkonsumsi sayuran. Hal ini membuktikan
bahwa makanan yang mereka konsumsi cukup terdapat kandungan serat.
Sedangkan probandus Rahmat pada satu hari tidak mengkonsumsi sayuran, sehingga
makanan yang dikonsumsi rahmat tidak mengandung serat. Beberapa
unsur-unsur yang dimakan dapat merubah warna feses. Obat-obat yang mengandung
besi dan bismuth akan merubah feses menjadi hitam. Beets dan kemungkinan
beberapa sayur-sayuran dan buah-buahan merah lain dapat merubah feses menjadi
warna kemerahan. Zat pewarna makanan juga akan berpengaruh kepada warna feses.
Bau khas dari feses
disebabkan oleh aktivitas bakteri. Aktivitas bakteri akan menghasilkan asam
asetat dan asam butirat dari hasil fermentasi gula dan baunya asam serta tidak
begitu menjijikan. Bakteri pembusuk protein akan menghasilkan senyawa seperti indole,
skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen
sulfida yang berbau tajam dan menusuk. Hal tersebut merupakan tanda fermentasi
yang abnormal akibat aktivitas bakteri jahat ketika seseorang mengalami
konstipasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, probandus Henik tidak mengalami
gangguan konstipasi atau sembelit hal ini dapat dibuktikan pada hasil
pengamatan bahwa aroma dari feses yang henik keluarkan pada saat
defekasi yaitu bau tidak menyengat. Hal ini menandakan bahwa
terdapat aktivitas bakteri yang normal sehingga akan menghasilkan asam asetat
dan asam butirat dari hasil fermentasi gula dan baunya asam serta tidak begitu
menjijikan. Bentuk, warna dan bau dari feses dapat memberikan banyak informasi
mengenai kondisi usus seseorang. Adanya penyimpangan dari mikroflora usus dapat
dideteksi secara sederhana bila penampakan feses memperlihatkan terjadinya
perbedaan dari kondisi feses normal dari seseorang yang sehat.
VII.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Struktur
anatomi organ-organ pada sistem pencernaan meliputi : cavum oris (mulut),
esophagus (kerongkongan), gaster (lambung), intestinum (usus halus), colon
(usus besar), rectum dan anus
2) Feses
dalam keadaan normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : warna kuning
kecoklatan, memiliki bentuk yang utuh dan panjang, bau tidak
menyengat/menjijikan, posisi mengapung diatas permukaan air, kadar air sekitar
70% hingga 80%. Jika tidak berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa
sistem pencernaan mengalami gangguan.
7.2 Saran
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan mungkin ada baik nya jika kita menggunakan alat bantu
praktikum benda nyata bukan dengan menggunakan torso, agar kita sebagai praktikan
dapat melihat organ pencernaan secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2013. Feses : Indikator Kesehatan Saluran Cerna. (online: http://www.terapisehat.com/2013/04/feses-indikator-kesehatan-saluran-cerna.html) diaksess pada
20 April 2015
Fried,
George H. and George J. Hadamenos. 2005. Biologi.
Jakarta: Erlangga
Hana dan Wikansari, 2012.
Gelombang Peristaltik Normal In Vitro pada Usus Halus Kelinci Lokal The
Normal of Peristalistic Waves In Vitro In The Small Intestine of nLocal
Rabbits. Jurnal Sains Veteriner. Vol. 30 (1).
Ibrahim, 2008. Hubungan Ukuran-Ukuran Usus Halus Dengan Berat Badan Broiler. Jurnal
Agripet Vol 8, No. 2.
Irianto, K., 2004. Struktur
dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: Yrama Widya.
Kimball, J.W., 1994. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nurjhani,
et all, 2012. Kajian Tentang Penguasaan
Konsep Gizi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia. Vol. 1 (2):149-156.
Pearce, E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gremedia Pustaka
Utama.
Sloane,
Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi Untuk
Pemula. Jakarta: EGC
Syaifudin
AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk
mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar