Jumat, 22 September 2017

TINGKAH LAKU HEWAN : PERILAKU AKIBAT REFLEKSI EVOLUSI

 





PERILAKU AKIBAT REFLEKSI EVOLUSI
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tingkah Laku Hewan



                                               



                  Oleh :

Arma Desy F. (120210103018)
                                                 Mega Dwi P.               (120210103085)
Kelompok 4





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnya setelah memperoleh makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari luar dan dari dalam. Jadi, berdasarkan pernyataan di atas hubungan timbal balik antara stimulus dan respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi mengenai perilaku. Studi lainnya menyangkut masalah pertumbuhan dan mekanisme evolusioner dari organisme dan sekaligus evolusi perilakunya.
Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan perilaku tersebut secara antropomorfik. Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan  atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud perilaku akibat refleksi evolusi?
2.      Apa yang dimaksud ritme biologi?
3.      Apa saja macam-macam mekanisme bergerak pada hewan?
4.      Bagaimana komunikasi pada hewan?

1.3  Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengetian perilaku akibat refleksi evolusi.
2.      Dapat mengetahui pengetian ritme biologi.
3.      Dapat mengetahui macam-macam mekanisme bergerak pada hewan.
4.      Dapat mengetahui komunikasi pada hewan.
















BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Akibat Refleksi Evolusi
Perilaku adalah suatu adaptasi evolusi yang menyebabkan terjadinya suatu peningkatan kehidupan dan kesuksesan reproduksi serta kebugaran. Walau demikian, perilaku juga merupakan suatu hasil pengaturan dari hewan terhadap lingkungan dengan cara seleksi alam.
Perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotipik yang bergantung pada lingkungan, di mana genotype itu diekspresikan. Namun demikian, terdapat suatu norma reaksi. Perilaku dapat diubah oleh pengalaman dilingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku adalah semua kondisi mana gen yang mendasari perilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel, dan juga semua kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang dialami ole seekor hewan yang sedang berkembang di dalam sebuah sel telur atau didalam rahim. Perilaku juga meliputi interaksi beberapa komponen sistem saraf hewandengan efektor, dan juga berbagai interaksi kimia,penglihatan,pendengaran,atau sentuhandengan organisme lain. Adalah tidak tepat untuk mengatakan bahwa setiap perilakuhanya semata-mata disebabkan oleh gen. Semua gen, termasuk gen-gen yang ekspresinya mendasari perilaku bawaan, memerlukan suatu lingkungan untuk diekspresikan (Campbell, 2004).
2.2 Ritme Biologi
Banyak jenis hewan mamalia seperti kelelawar, harimau dan bangsa kucing kurang aktif pada siang hari dan makan saat matahari tenggelam atau aktif malam hari. Akan tetapi, banyak jenis burung tidur pada malam hari dan banyak melakukan aktivitas pada siang hari. Pola hidup yang berulang-ulang setiap hari, seperti siklus tidur atau bangun pada makhluk hidup disebut Ritme Sikardian (Cycardian Rythms). Pada tanaman dan juga makhluk hidup lainnya, ritme biologi dikatakan juga dengan istilah Jam Biologi. Penyebab eksternal, khususnya siklus cahaya dapat mengatur waktu, membuat tubuh memiliki koordinasi ritme dengan ketat. Selain factor lamanya organisme didedahkan pada periode terang gelap tertentu, temperature juga berperan dalam ritme biologi.
Kepentingan mempelajari ritme biologi, waktu dan petunjuk serta faktor yang menyebabkannya sudah banyak dilakukan peneliti karena erat kaitannya dengan waktu kerja efisien, serta kemampuan dalam berfikir serta dalam membuat keputusan. Para pekerja malam, atau mereka yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang dari satu benua kebenua lain yang melintasi beberapa zona waktu yang berbeda, dapat menyebabkan keletihan, hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahlan dapat menyebabkan depresi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme biologi internal ( Maksun, 2005).
Ritme biologis dapat terjadi dengan:
1.      Internal ( endogen ) - dikendalikan oleh internal biologis jam misalnya tubuh siklus suhu
2.      Eksternal ( eksogen ) - dikendalikan oleh sinkronisasi siklus internal rangsangan eksternal, misalnya tidur atau terjaga dan hari malam. Rangsangan ini disebut zeitgebers dari Jerman berarti "waktu pemberi ". Rangsangan ini termasuk isyarat waktu lingkungan seperti sinar matahari ,makanan ,kebisingan ,atau interaksi sosial. Zeitgebers membantu untuk mengatur ulang jam biologis untuk 24 jam sehari .
Ritme bilogis terdiri dari :
·         Ritme sirkadian, Endogen dihasilkan irama dengan periode dekat dengan 24 jam .
·         Ritme diurnal, Ritme sirkadian yang disinkronkan dengan siklus siang / malam. 
·         Ritme ultradian , Ritme biologis ( misalnya makan siklus ) dengan jangka waktu yang lebih pendek ( yaitu, frekuensi yang lebih lebih tinggi) dibandingkan dengan ritme sirkadian .
·         Ritme Infradian , Ritme biologis dengan siklus lebih dari 24 jam ( misalnya siklus menstruasi manusia) .
Naked mole rate
2.3 Mekanisme Bergerak
Hewan dan tumbuhan atau organ dari suatu organisme tersebut memiliki cara khusus saat melakukan pergerakan. Telah dikehaui bahwa terjadinya pergerakan khusus karena adanya aksi atau stimulus sehingga suatu organisme bergerak, yaitu:
·         Kinetis
Kinetis adalah suatu perubahan acak (random) da     lam kecepatan dan atau arah dari suatu organisme sebagai respons terhadap stimulus. Misalnya adanya pergerakan karena terjadinya kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Seperti beberapa kumbang yang sangat aktif di daerah kering dan kurang aktif di daerah lembab.
·         Taksis
Taksis sangat spesifik, berhubungan langsung sebagai akibat adanya suatu stimulus. Pergerakan organisme (keseluruhan) dapat kea rah stimulus maupun menjauhi stimulus. Misalnya larva lalat rumah akan bergerak menjauhi arah cahaya (fototaksis negative), perilaku ini kemungkinan terjadi karena larva tersebut dapat berlindung dari musuh alaminya. Banyak tumbuhan melakukan pergerakan ini karena adanya stimulus cahaya (foto), arus (rheo), angin, gravitasi, air dan lain-lain.
·         Kelompok (Group)
Pergerakan secara berkelompok yang terjadi pada banyak hewan dikenal dengan istilah migrasi. Hal ini, biasanya dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca atau musim, dan lebih khusus lagi perilaku ini berpengaruh untuk mendapatkan sumber makanan, daerah atau tempat untuk kawin, dan lain-lain.
Migrasi banyak terjadi pada berbagai jenis burung, serangga, seperti beberapa jenis kupu-kupu, berbagai jenis ikan dan mamalia lain. Pada dasarnya hewan melakukan migrasi karena telah mengenali daerah perjalanan mereka, dan hal ini dilakukan dengan adnya “piloting”, orientasi dan navigasi. Hewan dapat melakukan migrasi dengan adanya pengenalan suatu cara di atas atau kombinasi dari ketiganya ( Maksun, 2005).

2.4 Komunikasi
Komunikasi hewan adalah semua perpindahan informasi pada bagian dari salah satu hewan yang memiliki efek pada perilaku sekarang atau masa depan dari hewan lainnya. Komunikasi pada umumnya terjadi diantara sesama spesies, misalnya untuk mengenali pasangan kawin. Pada hewan-hewan social komunikasi dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengetahui koloninya .Komunikasi dapat pula terjadi untuk menghndari bahaya, dapat terjadi melalui perantara senyawa kimia menggunakan Feromon, yaitu senyawa kimia yang disekresikan keluar tubuh organisme dan dapat dikenali (melalui bau, dimakan, dan lain-lain) oleh sesama spesies dan akan berguna untuk berbagai kehidupannya, misalnya untuk kawin, tempat berkumpul (agregasi), menemukan makanan, mengenali koloni, adanya bahaya, dan lain-lain ( Santrock, 2002).
Selain itu, komunikasi juga terjadi secara visual, hal ini banyak terjadi pada saat sesama spesies mengenali pasangan kawinnya atau saat mempertahankan daerah teritori. Komunikasi dengan suara (auditory communication) sangat banyak dilakukan oleh hewan, misalnya untuk mengetahui derah teritori, untuk mengenali sesame spesies dan digunakan untuk mengetahui sumber makanan dan untuk melakukan perkawinan, hingga untuk menginformasikan adanya bahaya. Sebagai contoh yang telah banyak ditelaah adalah adanya suatu hipotesis tarian lebah sebagai alat komunikasi untuk mengetahui sumber makanan ( Santrock, 2002 ).
Bentuk-bentuk komunikasi pada hewan, yaitu :
a.      Visual, berupa:
1.      Gerak Isyarat
Bentuk komunikasi terbaik yang diketahui mengikutkan menampilkan bagian tubuh khusus atau pergerakan tubuh tertentu terkadang hal ini terjadi dengan kombinasi, sehingga sebuah aksi pergerakan tertentu untuk memperlihatkan atau menekankan suatu bagian tubuh tertentu. Sebagai contohnya, presentasi dari paruh induk camar herring memberikan sinyal memberi makanan kepada anak-anaknya. Seperti kebanyakan burung camar, burung camar herring memiliki sebuah paruh berwarna cerah, kuning dengan tanda merah pada bagian rahang bawah dekat ujung paruh. Saat mereka kembali ke sarang dengan makanan, si induk berdiri dekat anak mereka dan membuka paruh ke bawah di hadapan si anak; hal ini memperoleh respon memohon dari anak yang lapar (mematuk pada tanda merah), yang menstimulasi si induk untuk memuntahkan makanan di depannya. Sinyal yang komplit mengikutkan fitur morfologikal khusus (bagian tubuh), tanda merah pada paruh, dan sebuah pergerakan khusus (membuka ke arah dasar permukaan) yang membuat tanda merah sangat terlihat oleh si anak. Bila semua primata menggunakan beberapa bentuk gerak isyarat, Frans de Waal mengambil kesimpulan bahwa kera dan manusia adalah unik karena hanya merekalah yang dapat menggunakan gerak isyarat intensional untuk berkomunikasi. Ia melakukan uji coba tentang hipotesis dari gerak-isyarat yang berkembang menjadi bahasa dengan mempelajari gerak isyarat bonobo dan simpanse. Contoh pada anjiang:
1.    Bisa didekati dengan santai

foto
Ciri:
- Telinga naik (tidak ke depan)
- Posisi kepala tinggi
- Mulut terbuka sedikit, lidah menjulur
- Berdiri santai, berat rata bertumpu pada kaki
- Ekor turun dan rileks

Dalam kondisi ini, anjing sedang cukup santai dan tenang. Seperti anjing yang tidak peduli dan tidak merasa terancam oleh kegiatan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan biasanya mudah didekati.

2. Waspada - ingin memeriksa keadaan

foto
Ciri:
- Telinga maju ke depan (kadang telinganya bisa berkedut untuk mencoba menangkap suara)
- Mata membesar
- Hidung dan dahi halus (tidak ada kerutan)
- Mulut menutup
- Berdiri agak menjinjit dan tubuhnya sedikit condong ke depan
- Ekor horizontal dan mungkin bergerak sedikit dari samping ke samping (tidak kaku dan bulu ekornya tidak berdiri/tegak) 

Jika anjing telah mendeteksi sesuatu yang menarik atau sesuatu yang tidak dikenali, maka ia akan memperlihatkan bahasa tubuh diatas yang menyatakan ia sedang waspada dan memperhatikan sambil memeriksa situasi, untuk menentukan apakah ada ancaman atau perlu mengambil suatu tindakan.

3. Sikap agresif dominan

foto
Ciri:
- Telinga maju ke depan
- Dahi mengkerut vertikal
- Hidung mengkerut
- Bibir mengkerut 
- Gigi menyeringai dan bahkan seringkali gusi terlihat
- Mulut terbuka dan ujung mulut membentuk "C"
- Berdiri kaku, tubuh agak condong ke depan
- Ekor tegak ke atas, bulunya tegak dan kaku namun terlihat sedikit bergetar
- Hackles (rambut pada bagian atas bahu dan pantat) tegak

Ini adalah sikap anjing yang sangat dominan dan percaya diri. Di sini, ia tidak hanya memperlihatkan sikap dominan namun juga berbahaya karena ia bisa bertindak agresif jika ditantang.

4. Ketakutan dan Agresif

foto
Ciri:
- Telinga ke belakang
- Pupil mata melebar
- Hidung berkerut
- Bibir agak berkerut (ada beberapa gigi yang mungkin terlihat)
- Ujung mulut ditarik ke belakang
- Tubuh merendah
- Ekor diselipkan diantara ke dua kaki ( sedikit atau tanpa bergerak)
- Hackles tegak

Anjing ini ketakutan namun tidak bersikap tunduk dan mungkin bisa menyerang jika ditekan. Anjing akan memberikan sinyal-sinyal ini ketika ia dihadapkan langsung dengan sesuatu yang mengancamnya.

5. Stres dan Tertekan

foto
Ciri:
- Telinga ke belakang
- Pupil mata melebar
- Ujung mulut ditarik ke belakang dengan terengah-engah
- Tapak kaki berkeringat
- Tubuh merendah
- Ekor turun

Anjing ini berada di bawah tekanan baik sosial atau lingkungan. Tanda-tanda di atas, secara umum menandakan kondisi pikirannya dan tidak secara khusus ditujukan kepada individual lainnya.

6. Ketakutan dan Khawatir

foto
Ciri:
- Telinga ke belakang
- Dahi halus (tidak berkerut)
- Kontak mata singkat dan tidak langsung
- Menjilati wajah anjing yang dominan
- Ujung mulut ke belakang
- Salah satu telapak kaki dinaikan
- Kadang meninggalkan jejak kaki yang berkeringat
- Tubuh merendah
- Ekor turun (agak dikibaskan sedikit)

Anjing ini agak sedikit ketakutan dan menunjukkan tanda-tanda tanda kepatuhan. Tanda-tanda ini dikeluarkan untuk menenangkan individu yang status sosialnya lebih tinggi atau dengan anjing mempunyai potensi yang sedang mengancam, untuk menghindari tantangan lanjutan dan mencegah terjadinya konflik.

7. Ketakutan Ekstrim - Kepatuhan Penuh

foto
Ciri:
- Telinga ke belakang dan datar
- Kepala diturunkan untuk menghindari kontak mata langsung
- Mata setengah menutup
- Hidung dan dahi halus (tidak berkerut)
- Ujung mulut ke belakang menutup
- Berbaring sampai perut dan tenggorokan menghadap atas
- Ekor diselipkan
- Kadang bisa mengeluarkan urin. Anjing ini menunjukkan penyerahan total dan tanda kepatuhan. Dia mencoba untuk mengatakan bahwa ia menerima statusnya lebih rendah dengan merendahkan diri di hadapan anjing lain yang status sosialnya lebih tinggi atau individu yang mengancam, dengan harapan untuk menghindari pertarungan fisik.

8. Sikap Riang / Senang

foto
Ciri:
- Telinga naik
- Pupil mata melebar
- Mulut terbuka dan telinga menjulur keluar
- Kedua kaki depan membengkok direndahkan
- Ekor naik dan dikibaskan
- Anjing biasanya bertahan pada posisi ini sesaat sebelum lari ke arah yang acak
Di sini kita melihat adanya ajakan untuk bermain. Tanda ini bisa disertai dengan gonggongan gembira atau serangan main-main dan tanda seperti sedang menyerah. Tanda diatas ini digunakan sebagai semacam "tanda baca" untuk menunjukkan bahwa setiap perilaku kasar yang dilakukan sebelumnya tidak dimaksudkan sebagai ancaman atau tantangan, hanya sekedar bercanda.
2.      Ekspresi wajah
Isyarat wajah memainkan peran peting dalam komunikasi hewan. Anjing sebagai contohnya mengekspresikan marah lewat menyeringai dan memperlihatkan giginya. Saat cemas telinga mereka akan tegak. Saat takut seekor anjing akan menarik telinga mereka ke belakang, memperlihatkan sedikit gigi dan menyipitkan matanya. Jeffrey Mogil mempelajari ekspresi wajah tikus dengan menaikan tingkat kesakitan. Yang mereka temukan adalah lima ekspresi wajah yang dapat dikenali; pengencangan orbital, mengembangnya hidung dan dagu, dan perubahan pada pembawaan telinga dan kumis.
3.      Tatapan mengikuti
Koordinasi di antara hewan-hewan sosial dibantu dengan memonitor orientasi kepala dan mata satu sama lain. Telah lama diketahui dalam penelitian perkembangan manusia sebagai suatu komponen penting dari komunikasi, baru-baru ini mulai lebih banyak atensi pada kemampuan hewan untuk mengikuti tatapan dari hewan lain yang berinteraksi dengan mereka, baik itu anggota dari spesies mereka sendiri atau manusia. Penelitian telah dilakukan pada kera, monyet, anjing, burung, dan kura-kura, dan berfokus pada dua kerja berbeda: "menatap mengikuti yang lain menjarak menjauh" dan "menatap mengikuti yang lain secara geometris di sekitar penghalang pandangan misalnya dengan mengubah posisi mereka sendiri untuk mengikuti yang diperhatikan saat pandangan mereka ditutup oleh suatu penghalang".
Kemampuan pertama telah ditemukan di antara sejumlah besar hewan, sementara yang kedua yang didemonstrasikan oleh kera, anjing, serigala, dan  gagak, dan percobaan untuk mendemonstrasikan "tatapan mengikuti geometris" pada marmoset dan ibis memberikan hasil negatif.  Para peneliti belum memiliki gambaran jelas tentang dasar kognitif dari kemampuan mengikuti tatapan, namun bukti perkembangan mengindikasikan bahwa mengikuti tatapan sederhana dan mengikuti tatapan geometris kemungkinan bergantung pada fondasi kognitif yang berbeda.
4.      Tontonan visual aktif
Beberapa cephalopod, seperti oktopus dan cumi, memiliki sel kulit khusus (chromatophores) yang bisa mengubah warna, opasitas, dan refleksi kulit mereka. Selain digunakan sebagai kamuflase, perubahan cepat pada warna kulit juga digunakan saat berburu dan pada ritual perkawinan. Perubahan warna pada cumi bisa secara khusus mengindikasi bahwa mereka mampu mengkomunikasikan dua sinyal yang berbeda secara bersamaan dari dua sisi tubuh mereka yang berlawanan. Saat cumi jantan mengawini betina pada saat adanya jantan yang lain, dia memperlihatkan dua sisi berbeda pola jantan menghadap ke betina, dan pola betina menghadap ke arah sebaliknya, untuk menipu pejantan lainnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSW-396njJe3RtG7mM1DJ12LqvWuBhIdvBWFSckQiAjvyzSnuWH1Pn5-571I2ScIbj89znFvMlMsv1QsZck-0GRy0ZSEuDSZ1hQQ8fYOX3gAtYrxEwbuJKd9VXW7YCjDXWhpHNYUr4En8/s1600/11084577_957438517602313_499209853_n.jpg
5.      Tontonan visual pasif
Banyak hewan mengkomunikasikan informasi tentang diri mereka tanpa perlu mengubah perilaku mereka. Sebagai contohnya, dimorfisme seksual pada ukuran atau pelage mengkomunikasikan jenis seks dari hewan. Sinyal pasif lainnya bisa siklis secara alami. Sebagai contohnya, pada babun olive, permulaan dari ovulasi pada betina adalah suatu sinyal bagi pejantan bahwa dia siap untuk dikawinkan. Selama ovulasi, wilayah kulit pada anogenital (dubur kelamin) betina membesar dan berwarna merah/merah jambu cerah.
File:Male Olive Baboon.jpg
6.      Komunikasi bioluminesensi. 
Cara komunikasi dengan menghasilkan cahaya terjadi umumnya pada vertebrata dan invertebrata laut, biasanya di kedalaman (misalnya ikan pemancing). Dua bentuk terkenal dari bioluminesensi darat adalah kunang-kunang dan cacing kilau. Serangga lainnya, larva serangga, annelid, arachnid dan bahkan spesiesjamur memiliki kemampuan bioluminesensi. Beberapa hewan bioluminesensi menghasilkan cahaya dari diri sendiri sementara yang lainnya memiliki hubungan simbiotik dengan bakteri bioluminesensi.
7.      Komunikasi intraspesies dan Interspesies
Pengirim dan penerima dari suatu komunikasi bisa saja dari spesies yang sama atau berbeda. Mayoritas komunikasi hewan adalah intraspesifik (antara dua atau lebih individu dari spesies yang sama). Namun, ada beberapa kejadian penting pada komunikasi interspesifik. Juga, kemungkinan dari komunikasi interspesifik, dan bentuk yang digunakan, adalah suatu pengujian penting dari model-model teoritis dari komunikasi hewan.
8.      Komunikasi intraspesies
Mayoritas dari komunikasi hewan terjadi antara suatu spesies, dan ini adalah konteks yang paling intensif diteliti. Kebanyakan bentuk dan fungsi komunikasi yang dijelaskan di atas berkaitan dengan komunikasi intraspesies.
http://mikail-tq85.sttbt.web.id/_sepakbola/_baca_image.php?td=5&kodegb=220px-Sniffing_fur.jpg
Seekor domba muda menginvestigasi seekor kelinci, sebuah contoh dari komunikasi antarspesifik lewat bahasa tubuh dan bau.
9.      Pemangsa ke mangsa
Beberapa pemangsa berkomunikasi ke mangsa dengan suatu cara yang mengubah perilaku mereka dan membuat penangkapan lebih mudah, sebagai efek menipu mereka. Contoh yang terkenal yaitu Ikan angler, yang memiliki tonjolan gemuk bioluminisensi yang tumbuh dikeningnya dan teruntai di depan mulut mereka; ikan kecil mencoba mengambil umpan tersebut, dan karena melakukan hal tersebut secara sempurna menempatkan mereka untuk dimakan oleh ikan angler.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/1b/Humpback_anglerfish.png/250px-Humpback_anglerfish.pnghttp://ejippo.fi/images/747.jpg 
Ikan angle
b.      Suara
Kebanyakan hewan berkomunikasi lewat vokalisasi. Komunikasi lewat vokalisasi adalah esensial bagi banyak pekerjaan termasuk ritual-ritual perkawinan, teriakan peringatan, menyampaikan lokasi dari sumber makanan, dan pembelajaran sosial. Teriakan kawin jantan digunakan untuk memberikan sinyal pada betina dan untuk mengalahkan saingan pada spesies seperti kelelawar kepala palu, rusa merah, paus humpback dan gajah segel. Pada spesies paus, nyanyian paus telah ditemukan memiliki dialek berbeda berdasarkan lokasi. Bentuk lain komunikasi termasuk tangisan peringatan dari  teriakan wilayah pada gibbon, penggunaan frekuensi pada Kelelawar hidung-tanduk untuk membedakan antar grup.
c.       Penciuman
Banyak mamalia, secara khusus memiliki kelenjar yang menghasilkan bau yang berbeda dan tahan-lama, dan memiliki perilaku yang berhubungan dengan meninggalkan bau tersebut pada tempat-tempat yang telah mereka singgahi. Terkadang subtansi bau diperkenalkan lewat air kencing atau tinja. Terkadang ia didistribusikan lewat keringat, walau ini tidak meninggalkan tanda semi-permanen seperti halnya bau yang di simpan permukaan dasar. Beberapa hewan memiliki kelenjar pada tubuh mereka yang fungsi keseluruhannya tampak untuk menyimpan tanda-tanda bau, sebagai contohnya gerbil mongolian memiliki sebuah kelenjar bau di perut mereka, dan sebuah karakteristik aksi menggosok-gosokan ventral yang menyimpan bau dari situ. Hamster Golden dan kucingmemiliki kelenjar bau pada panggul mereka, dan menyimpan bau tersebut dengan menggosokan bagian sisi mereka terhadap objek, kucing juga memiliki kelenjar bau pada jidat mereka. Lebah membawa sekantong material dari sarang yang mereka lepaskan saat memasuki sarang kembali, bau yang menandakan bahwa mereka merupakan bagian dari sarang tersebut dan menjamin keselamatan mereka saat masuk. Semut-semut menggunakan feromon untuk membuat bau jejak ke makanan sebagaimana halnya untuk peringatan, atraksi perkawinan dan untuk membedakan antar koloni. Sebagai tambahan, mereka memiliki feromon yang digunakan untuk membingungkan musuh dan memanipulasi mereka sehingga berkelahi satu sama lain.
d.      Listrik
Suatu bentuk komunikasi hewan yang jarang terjadi adalah elektrokomunikasi. Ia terlihat umumnya pada makhluk hidup air, beberapa mamalia, terutama platipus dan echidna mampu melakukan resepsielektro dan ini secara teori merupakan elektrokomunikasi.
e.       Seismik
Terkadang disebut komunikasi vibrasi, merupakan penyampaian informasi lewat vibrasi seismik dari suatu media. Media tersebut bisa bumi, akar atau daun tanaman, permukaan air, jaring laba-laba, sarang madu, atau berbagai tipe media tanah. Komunikasi vibrasi adalah modalitas sensor purba dan ia tersebar dalam kerajaan hewan dan ia telah berkembang beberapa kali secara independen. Ia telah ditemukan pada mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, laba-laba, krustasea dan cacing nematoda. Vibrasi dan kanal komunikasi lainnya tidak harus berdiri sendiri, tapi dapat digunakan dalam komunikasi multi-dasar.

Aspek-aspek lain dari komunikasi hewan
Evolusi dari komunikasi
            Pentingnya berkomunikasi adalah bukti dari elaborasi morfologi sangat tinggi, perilaku dan fisiologi yang beberapa hewan miliki telah berevolusi untuk memfasilitasi ini. Mereka mengikutkan beberapa struktur paling menyolok dalam kerajaan hewan, seperti ekor Burung merak, tanduk pada Rusa, dan jumbai pada Kadal berleher jumbai, tapi bahkan juga mengikutkan noda merah pada paruh camar herring eropa. Perilaku elaborasi tinggi telah berevolusi untuk komunikasi seperti tarian dari bangau, perubahan pola pada gurita, dan pengumpulan dan penataan benda-benda pada Burung Bower. Bukti lain bagi pentingnya komunikasi pada hewan adalah prioritas dari fitur-fitur fisiologis pada fungsi tersebut, sebagai contohnya, kicau burung tampak memiliki struktur otak yang keseluruhan ditujukan untuk memproduksinya. Semua adaptasi tersebut membutuhkan penjelasan secara evolusioner.







BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Perilaku juga merupakan suatu hasil pengaturan dari hewan terhadap lingkungan dengan cara seleksi alam.
2.      Ritme biologi adalah pola hidup yang berulang-ulang setiap hari, seperti siklus tidur atau bangun pada makhluk hidup .
3.      Mekanisme bergerak ada 3, yaitu:
·         Kinetis
Kinetis adalah suatu perubahan acak (random) dalam kecepatan dan atau arah dari suatu organisme sebagai respons terhadap stimulus.
·         Taksis
Taksis sangat spesifik, berhubungan langsung sebagai akibat adanya suatu stimulus. Pergerakan organisme (keseluruhan) dapat kea rah stimulus maupun menjauhi stimulus.
·         Kelompok (Group)
Pergerakan secara berkelompok yang terjadi pada banyak hewan dikenal dengan istilah migrasi.
4.      Komunikasi hewan adalah semua perpindahan informasi pada bagian dari salah satu hewan yang memiliki efek pada perilaku sekarang atau masa depan dari hewan lainnya.











DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil A. dkk.2004. Biologi Jilid III(ed.5). Jakarta : Erlangga
Maksun. 2005. Determinan Perilaku. http://matsum.blogspot.com/2008/05/determinan-perilaku.html ( Diakses Pada 27 September 2015)
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development. Dallas.:  University of Texas





Tidak ada komentar:

Posting Komentar