PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI
MANUSIA
“SUHU TUBUH, BERAT BADAN, DAN TINGGI BADAN”
Oleh:
Zakyah
120210103086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I.
JUDUL : Suhu Tubuh, Berat Badan, Tinggi Badan
II.
TUJUAN :
a)
Mengetahui
tempat pengukuran suhu tubuh
b) Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
c) Mengetahui cara mengukur suhu tubuh
d) Mengukur suhu tubuh
e) Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan
f) Mengukur berat dan tinggi badan
g) Menghitung nilai indeks massa tubuh (Body Mass Index)
III.
DASAR
TEORI
Manusia adalah homoioterm, artinya
suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau
di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan penting dalam mempertahankan
suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar
keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di samping itu terdapat reseptor
berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah termoreseptor (Soewolo, 2005:286-287).
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus.
Hipotalamus berusaha agar suhu tetap hangat (36,5 - 37,5oC)
meskipun lingkungan luar tubuh berubahubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan menyeimbangkan produksi
panas pada otot dan hati, kemudian menyalurkan panas pada kulit dan paru.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon apabila terjadi infeksi dengan melepaskan
zat kimia dalam aliran darah dan merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu
tubuh dan menambah jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman
(Lestari, 2010:2).
Hipotalamus berfungsi sebagai
thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh,
menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai
penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme
penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi
setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu
berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat
respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat
cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan
kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).
Di hipotalamus terdapat dua pusat
pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian
memici reflex-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas.
Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas (Sherwood,
2001).
Untuk menentukan suhu tidak dapat
menggunakan panca indera (perabaan tangan), maka diperlukan suatu alat yang
dapat digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Termometer dibuat
berdasarkan prinsip perubahan volume. Termometer yang digunakan adalah termometer
dengan suhu oC karena memiliki suhu terendah dibandingkan yang
lainnya. Termometer yang berisi air raksa disebut termometer air raksa dan
termometer yang berisi alkohol disebut termometer alkohol (Lestari, 2010:2).
Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia
adalah 37 C (98,6 oF), tetapi pada sebuah penelitian besar terhadap
orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7 C dengan
simpang baku 0,2 C. Suhu rektum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (core
temperature). Suhu oral pada keadaan normal 0,5 C lebih rendah daripada
suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk
makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan
bernafas melalui mulut (Ganong, 2008).
Mengukur suhu tubuh jauh penting
untuk studi fisiologis serta penyelidikan klinis. Dalam beberapa tahun
terakhir, banyak pengamatan telah dilaporkan dan berbagai metode pengukuran
telah digunakan. Pengukuran suhu tubuh manusia adalah signifikan dalam deteksi
dini penyakit, diagnosis tepat waktu, dan pengobatan. Pengukuran suhu tubuh
konvensional termasuk penggunaan termometer klinis dan sekarang termometer
digital sehari. Termometer digital mengadakan oleh pasien di lokasi yang
diinginkan dan itu menunjukkan suhu pada layar terhubung (Mourya, 2013:1).
Bila tubuh merasa panas, ada
kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh
merasa dingin, maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas
yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh
perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh
merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37 oC (Soewolo, 2005:287).
Pada proses termoregulasi, aliran
darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang
memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan
kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh darah kulit mengurangi
aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan, dimana darah
diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur
sistem para simpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh
kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu
dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas
vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo, 2005:287-288).
Bila benda dingin ditempelkan
langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi sampai suhu 15oC.
Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai
berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat
terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan
impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0oC
sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat mencegah
pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga (Syaifuddin,
2009:324).
Tubuh dapat melepaskan panas melalui
empat cara yaitu radiasi, konveksi atau konduksi. Secara umum, enam puluh
persen panas dilepas secara radiasi, yaitu transfer dari permukaan kulit
melalui permukaan luar dengan gelombang electromagnet. Seper emat bagian
lainnya dilepas melalui penguapan dari kulit dan paru, dalam bentuk air yang
diubah dari bentuk cair menjadi gas, 243 kj (58kkal) dilepaskan untuk setiap
100 mL air. Konveksi adalah pemindahan panas melalui penggerakan udara atau cairan
yang menyelimuti permukaan kulit, sedangkan konduksi adalah pemindahan panas
antara dua objek secara langsung pada suhu berbeda (Djuwariyah, 2011:10).
Berat Badan adalah parameter antropometri yang
sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar
memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini
mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang
tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat
berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).
Menurut Barry L. Johnson (1979: 166)
yang dikutip oleh Murtiantmo wibowo adi (2008: 32) berpendapat bahwa tinggi
badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan kaki menempel
pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata-rata air, dada
dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat. Menurut Wahyudi (2011:
1) yang dikutip Catur baharudin (2007: 7) berpendapat bahwa tinggi badan diukur
dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki.
Tinggi badan merupakan salah satu
parameter yang dapat melihat keadaan status gizi sekarang dan keadaan yang
telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni,
2012).
IMT (Indeks massa tubuh) dihitung
sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter
dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT secara
signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan
mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini,. IMT secara international diteri,ma
sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas (Hill,
2005).
Menurut Kusuma (2011)
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh), yaitu:
a) Usia.
Hill
dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa prevalensi IMT lebih (obesitas) meningkat
secara terus menerus dari usia 20-60 tahun.
b) Jenis
Kelamin. Hill dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa lebih
banyak pria termasuk kategori kelebihan berat badan (overweight)
dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda berdasarkan jenis
kelamin. Pria cenderung mengalami obesitas viseral (abdominal) dibandingkan
wanita. Proses-proses fisiologis dipercaya dapat berkontribusi terhadap
meningkatnya simpanan lemak pada perempuan.
c) Genetik.
Hill
dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor
genetik dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Diperkirakan lebih dari 40%
variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan erat dengan
generasi pertama keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua obesitas
menghasilkan proporsi tertinggi anakanak obesitas.
d) Pola
Makan. Abramovitz dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa
pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat ketika makanan
itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan jenis dan proposinya, dan atau
kombinasi makanan yang dimakan oleh individu, masyarakat atau sekelompok
populasi.
e) Kebiasaan
Merokok. Riskesdas dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa
kecenderungan seseorang untuk mengalami peningkatan berat badan dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor misalnya berhenti merokok. Merokok menyebabkan
peningkatan rasio metabolisme dan cenderung untuk menurunkan intake
makanan
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Prevalensi penduduk merokok
setiap hari tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun).
f) Aktifitas
Fisik. Wardlaw dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa
Aktifitas fisik mencerminkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
menghasilkan energi ekspenditur. Berjalan kaki, bertanam, menaiki tangga,
bermain bola, menari, merupakan aktifitas fisik yang baik untuk dilakukan.
IV.
METODE
PRAKTIKUM
4.1 Waktu dan Tanggal
Senin, 27 April
2015
Pukul 14.20
WIB
4.2 Alat dan Bahan
ü Alat : Termometer Aksila, Termometer oral, Jam, Timbangan berat badan, alat
pengukur tinggi dengan skala centimeter (cm).
ü Bahan : Tissue,
Alkohol 70%, Air es.
4.3 Langkah Kerja
1.1.1
Pengukuran
Suhu Tubuh
a)
Pengukuran
Suhu Tubuh pada Oral.
b)
Pengukuran
Suhu Tubuh pada Aksila
|
1.1.2
Pengukuran
Tinggi Badan dan Berat Badan
a)
Mengukur Berat Badan
b)
Mengukur Tinggi Badan
c)
Mengukur Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh
V.
HASIL PENGAMATAN
5.1 Tabel Hasil Pengukuran Suhu
No.
|
Nama
|
Usia (thn)
|
JK
|
Suhu aksila (0C)
|
Suhu oral (0C)
|
|||
Istirahat
|
Aktivitas
|
Mulut tertutup
|
Mulut terbuka
|
Kumur air es
|
||||
1
|
M. Efendi
|
21
|
L
|
36,60C
|
36,70C
|
36,50C
|
36,50C
|
36,40C
|
2
|
Bella
R. L.
|
20
|
P
|
35,80C
|
36,80C
|
36,50C
|
36,80C
|
34,10C
|
3
|
Ervan P.
|
22
|
L
|
36,20C
|
36,50C
|
370C
|
36,50C
|
36,10C
|
4
|
Tesa L.
|
21
|
P
|
36,70C
|
36,80C
|
35,60C
|
36,60C
|
34,80C
|
5
|
Elok N. F.
|
21
|
P
|
35,40C
|
36,30C
|
36,70C
|
36,70C
|
33,30C
|
6
|
Mia R. D.
|
20
|
P
|
35,40C
|
33,50C
|
35,90C
|
360C
|
32 0C
|
7
|
Yuli Arahmat
|
21
|
L
|
35,80C
|
36,10C
|
36,80C
|
360C
|
34,40C
|
8
|
M. Roy
|
21
|
L
|
36,20C
|
35,930C
|
36,70C
|
36,60C
|
340C
|
5.2 Tabel
Pengukuran Berat Badan Ideal dan Body
Mass Index
No.
|
Nama
|
Usia (Th)
|
Gender
|
BB
(Kg)
|
TB
(m)
|
BBI
(Kg)
|
IMT
(Kg/m2)
|
1.
|
Muhammad Efendi
|
21
|
Laki-laki
|
45
|
1,60
|
50
|
17,1
|
2.
|
Bella Rhea L. S.
|
20
|
Perempuan
|
41,5
|
1,465
|
36,5
|
19,33
|
3.
|
Ervan Prasetyo
|
22
|
Laki-laki
|
50
|
1,63
|
53
|
18,73
|
4.
|
Tesa Lusidyah
|
21
|
Perempuan
|
58
|
1,58
|
48
|
23,67
|
5.
|
Elok Nur Faiqoh
|
21
|
Perempuan
|
46,5
|
1,48
|
38
|
21,23
|
6.
|
Mia Roosmalisa D.
|
20
|
Perempuan
|
52
|
1,615
|
46,35
|
19,92
|
7.
|
Yuli Arahmat
|
21
|
Laki-laki
|
54,2
|
1,71
|
61
|
18,64
|
8.
|
Muhammad Roy F.R.
|
21
|
Laki-laki
|
94
|
1,75
|
65
|
30,71
|
VI.
PEMBAHASAN
Praktikum Acara 5 ini mengenai Suhu Tubuh, Berat Badan,
dan Tinggi Badan, dengan tujuan Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh,
Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, Mengetahui cara
mengukur suhu tubuh, Mengukur suhu tubuh, Mengetahui cara mengukur berat badan
dan tinggi badan, Mengukur berat dan tinggi badan, dan Menghitung nilai indeks
massa tubuh (Body Mass Index).
Pengaruh jenis kelamin terhadap pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,890C dan naik
turunnya berkisar antara 36,110C sampai 37,220C.
Perbedaan hariannya kira-kira satu derajat, tingkat terendah dicapai pada pagi
hari dan titik tertinggi antara pukul 5 dan 7 petang. Jenis kelamin merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Sesuai dengan kegiatan
metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita
dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat
bangun meningkat 0,3-0,5 0C.
Perbedaan pengukuran suhu tubuh aksila dan oral
Termometer Aksila/Ketiak
Cara
Penggunaan: Sesuai dengan namanya, penggunaan termometer ini memang diselipkan
pada ketiak. Bagian yang diselipkan adalah ujung yang lebih kecil dan memiliki
indikator pada ujungnya. Pastikan Anda menyelipkannya di bagian puncak ketiak.
Waktu:
Karena diletakkan pada ketiak (bagian luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam
tubuh, waktu yang dibutuhkan untuk menuai hasilnya pun cukup lama—sekitar 10
menit.
Tingkat
Akurasi: Hasil pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya juga tidak
seakurat pengukuran yang dilakukan di dalam mulut atau rektal. Termometer ini
cocok digunakan untuk usia balita ke atas.
Termometer Mulut
Cara
penggunaan: Termometer ini dimasukkan ke dalam mulut. Namun perhatikan
penempatannya, karena Anda harus memastikan ujung termometer di bawah lidah
sejauh mungkin. Hal ini penting, karena masih banyak orang yang mengira
penggunaan termometer mulut adalah hanya dengan memasukkannya ke dalam mulut,
tapi di atas lidah dan cukup dengan dikulum.
Waktu:
Sekitar 3-4 menit.
Tingkat
akurasi: Dr. Tatang kembali berujar, “Karena semakin dekat ke inti tubuh, maka
tingkat akurasi termometer mulut lebih tinggi dibandingkan dengan termometer
aksila.” Pada termometer mulut, suhu tubuh anak baru digolongkan demam jika
mencapai 38º C.
Pengaruh
aktivitas dan istirahat terhadap pengukuran suhu aksila
Percobaan pertama yaitu menghitung Suhu
Tubuh Aksila. Pada praktikum pengukuran suhu tubuh,
terdapat 8 probandus yang terdiri atas 4 probandus berjenis kelamin
perempuan, dan 4 probandus
yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan data yang diperoleh, suhu tubuh aksila ketika beristirahat yaitu: Fendi 36,6°C, Bella 35,8°C, Ervan 36,2°C, Tesa 36,7°C, Elok 35,4°C, Mia 35,4°C, Rahmat 35,8°C, dan Roy 36,2°C.
Menurut kami, perbedaan suhu pada kedelapan
probandus tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah kondisi tubuh probandus,
keadaan lingkungan tubuh, seperti suhu ruangan saat pengukuran suhu tubuh Pada saat itu, kedelapan kelompok mendapat tempat
pengukuran yang berada dekat dengan AC. Ketika mereka berada di dekat
lingkungan yang bersuhu rendah (dingin), maka tubuh mereka akan beradaptasi
dengan lingkungan, sehingga tubuh probandus
pun menjadi dingin. Ketika tubuh probandus
dingin, maka saat dilakukan pengukuran suhu tubuh, didapatkan hasil yang lebih
rendah dari probandus
lainnya. Perpindahan panas yang terjadi dari tubuh probandus ke udara luar karena perbedaan
suhu, terjadi secara, konveksi, yaitu pemindahan panas melalui gas atau cairan
yang bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas
sangat ringan dibandingkan udara dingin.
Kemudian, selain pengukuran dilakukan
dengan istirahat (tanpa aktivitas) juga dilakukan pengukuran suhu setelah
probandus beraktivitas selama 5
menit, dengan tujuan untuk membandingkan perubahan yang terjadi pada suhu tubuh sebelum dan
sesudah beraktivitas. Setelah
beraktivitas suhu tubuh dari Fendi 36,7°C, Bella 36,8°C, Ervan 36,5°C, Tesa 36,8°C, Elok 36,3°C, Mia 33,4°C, Rahmat 36,1°C, dan Roy 35,3°C.
Sebagian besar probandus mengalami
perubahan, yaitu suhu tubuh setelah beraktivitas menjadi naik kecuali pada Mia yang mengalami penurunan suhu badan
sebesar 2 derajat Celcius. Perbedaan hal
tersebut dapat diakibatkan oleh perbedaan metabolisme di dalam tubuh mia atau bisa juga terjadi karena
kesalahan mambaca termometer. Sehingga itu berarti bahwa, aktivitas
mempengaruhi suhu tubuh. Selama kerja otot, pembuluh darah otot berdilatasi dan
aliran darah meningkat, sehingga pasokan O₂
menjadi meningkat. Sampai titik tertentu, peningkatan pemakaian O₂ sebanding dengan
energi yang dikeluarkan, dan semua kebutuhan energi dipenuhi melalui proses
aerobik. Secara termodinamika, energi yang tersalur ke otot harus setara dengan
energi yang dikelurkan. Keluaran energi ini timbul sebagai kerja yang dilakukan
otot, dalam pembentukan ikatan fosfat berenergi tinggi sebagai panas. Jadi,
setelah tubuh beraktivitas, otot – otot bekontraksi, maka suhu tubuh akan
meningkat.
Pengaruh
mulut tertutup, terbuka, dan kumur air es terhadap suhu oral
Pengukuran
suhu oral pada praktikum kali ini memberikan hasil rentang suhu 32oC
- 37oC pada kedelapan
probandus dalam kondisi istirahat dan mulut tertutup.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedelapan probandus memiliki suhu inti
tubuh yang tidak
normal, berdasarkan teori
yang menyatakan bahwa pada umumnya, nilai normal untuk suhu oral manusia remaja diperkirakan sekitar 36,3oC - 37,1oC.
Besar
suhu pada bagian oral dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makanan/minuman
panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernapas melalui mulut.
Pada praktikum kali ini, probandus
yang
telah diukur suhu oral dalam keadaan istirahat dan mulut tertutup melakukan
pengukuran suhu oral kembali dengan keadaan mulut terbuka, dan ternyata suhu oral
probandus tersebut yaitu Ervan, Rahmat, dan Roy mengalami
penurunan dari mulut tertutup
ke mulut terbuka. Sedangkan Fendi,
Bella, Tesa, Elok, dan Mia malah mengalami kenaikan suhu. Hal tersebut tidak
sesuai dengan litterature. Hal ini dapat terjadi karena,
keadaan mulut yang terbuka menyebabkan probandus mengalami pernapasan melalui mulut. Sehingga di
dalam rongga mulut terjadi sirkulasi udara dengan udara diluar rongga mulut.
Karena adanya aliran udara tersebut maka terjadi perpindahan panas secara konveksi
antara udara di dalam rongga mulut dengan udara diluar rongga mulut.
Perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya perubahan berat jenis
udara, udara panas akan naik sedangkan udara dingin akan bergerak ke bawah.
Hal
ini dapat juga dianalogikan dengan pernapasan yang terengah-engah. Pernapasan
yang cepat dan dangkal ini sangat meningkatkan jumlah penguapan air di mulut
dan saluran napas sehingga meningkatkan pengeluaran panas. Saat mulut terbuka,
udara yang keluar dari saluran napas akan meningkatkan jumlah penguapan air di
mulut, hal ini lah yang meningkatkan suhu karena adanya pengeluaran panas.
Saat
probandus berkumur dengan air es
yang memiliki suhu lebih rendah dibandingkan suhu rongga mulut (oral), maka
peristiwa konduksi terjadi. Konduksi merupakan perpindahan panas antara objek
atau bahan dengan suhu berbeda yang berkontak satu sama lain. Air es yang masuk
ke rongga mulut dengan suhu lebih rendah berkontak langsung dengan bagian oral
yang bersuhu lebih tinggi, oleh karenanya panas akan segera berpindah dari
bagian oral ke air es yang bersuhu lebih rendah, sehingga terjadi penurunan
suhu pada bagian oral.
Adapun
mekanisme perpindahan panas secara konduksi dan konveksi tersebut tetap
dipengaruhi oleh system saraf yaitu hipotalamus sebagai pemberi respon refleks
perubahan suhu tubuh. Hipotalamus dikatakan mengintegrasikan informasi suhu
tubuh dari reseptor sensorik di kulit, jaringan dalam, medulla spinalis bagian
ekstrahipotalamus otak dan hipotalamus. Masing-masing dari kelima input tersebut
meberikan kontribusi 20% dari informasi yang diintegrasikan. Selain dari itu,
suhu tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya usia, jenis
kelamin, hormone, lingkungan, emosi/ stress, makanan dan gizi, serta aktivitas
tubuh.
Pengaruh jenis
kelamin dan umur terhadap pengukuran berat badan dan Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengaruh berat badan
Praktikum
pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan badan dan meteran
tubuh. Pengukuran dilakukan tanpa menggunakan alas kaki dan menanggalkan benda
yang mungkin menambah berat badan probandus.
setelah dilakukan kalibrasi kemudian dicatat. Hasil pengukuran menunjukkan data
probandus yang beragam.
Kemudian
dilanjutkan dengan menghitung berat badan ideal dari probandus. Perhitungan ini dilakukan
bertujuan agar mengetahui keadaan ideal dari probandus yaitu
keadaan berat badan yang normal dan seimbang. Setelah didapatkan berat badan
ideal dilakukan perhitungan indeks massa tubuh dengan rumus IMT = Berat badan
(Kg)/ (tinggi badan)2(m). perhitungan indeks massa tubuh untuk mengetahui
apakah probandus
tersebut
malnutrisi, normal atau overweight.
Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil: Muhammad Efendi (21
tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 45 kg dan tinggi badan 1,60 m. Bella
Rhea L. S. (20 tahun Perempuan) mempunyai berat badan 41,5 kg dan tinggi badan 1,465
m. Ervan Prasetyo (22 tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 50 kg dan tinggi
badan 1,63 m. Tesa Lusidyah (21 tahun Perempuan)
mempunyai berat badan 58 kg dan tinggi badan 1,58 m. Elok Nur Faiqoh (21 tahun Perempuan)
mempunyai berat badan 46,5 kg dan tinggi badan 1,48 m. Mia Roosmalisa D. (20
tahun Perempuan) mempunyai berat badan 52 kg dan tinggi badan 1,615 m. Yuli
Arahmat (21 tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 54,2 kg dan tinggi badan 1,71
m. Muhammad Roy F.R. (21 tahun Laki-laki )
mempunyai berat badan 94 kg dan tinggi badan 1,75 m.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, terlihat jelas
bahwa usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi berat badan. Namun semakin tua
seseorang, maka berat badan juga akan semakin bertambah. Menurut litterature,
Ada beberapa faktor yang memepengaruhi berat badan, diantaranya adalah :
1.
Kelebihan
makanan
Kegemukan
hanya mungkin terjadi jika terdaapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama
bahan makanan sumber energi.
2.
Kekurangan
aktifitas dan kemudahan hidup
Kegemukan
dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas
fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi
3.
Faktor
psikologis
Faktor
psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya
obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan
kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan.
4.
Faktor
genetik
Kegemukan
dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah
keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orangtua gemuk cenderung
memiliki anak-anak yang gemuk pula.
5.
Pola
konsumsi makanan
Pola
makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemakserta rendah serat
memicu peningkatan jumlah penderita
obesitas.
6.
Kebudayaan
Bayi-bayi
yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat. Banyak orang tua yang berusaha
membuat bayinya sehat dengan cara memberikan terlalu banyak susu, yang biasa
diberikan adalah susu botol atau formula.
7.
Faktor
hormonal
Menurut
hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat (DMPA) merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya
8.
Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi gemuk. Jika seseorang
dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan
keindahan maka orang tersebut cenderung untuk menjadi gemuk.
Perbedaan
BBI dan BMI dan Berapa BBI dan
BMI ideal
Dari
hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Muhammad Efendi mempunyai BBI= 50 dan BMI=17,1. Bella Rhea L. S. mempunyai BBI= 36,5 dan BMI = 19,33. Ervan Prasetyo mempunyai BBI = 53 dan BMI = 18,73. Tesa Lusidyah mempunyai BBI = 48 dan BMI = 23,67. Elok Nur Faiqoh mempunyai BBI = 38 dan BMI = 21,23. Mia Roosmalisa D mempunyai BBI = 46,35 dan BMI = 19,92. Yuli Arahmat mempunyai BBI = 61 dan BMI = 18,64. Dan Muhammad Roy F.R. mempunyai BBI = 65 dan BMI = 30,71.
Dari data tabel klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI
diatas, diperoleh kesimpulan bahwa Semua probandus kecuali M.Roy dikategorikan
Normal. Sedangkan M.Roy dinyatakan Kelebihan berat badan tingkat berat, karena
memiliki BMI sebesar 30,71. Roy dinyatakan overweight
dan beresiko mengalami obesitas (kelebihan lemak tubuh). Dengan menggunakan
standar rentang tersebut, praktikan dapat menganalisa hasil pengukuran.
Beda
obesitas dan kegemukan
Definisi obesitas, menurut para dokter, adalah kondisi di
mana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan. Kondisi ini disebut
sebagai penyakit kronik yang bisa diatasi. Obesitas juga berhubungan dengan
penyakit-penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup. Sementara itu, overweight
atau kelebihan berat badan adalah keadaan di mana berat badan (BB) seseorang
melebihi BB normal. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000,
jumlah penduduk yang mengalami overweight mencapai 76,7 juta (17,5 persen)
dan yang obesitas mencapai 9,8 juta (4,7 persen).
Istilah "normal", "overweight",
dan "obese" dapat berbeda-beda pada tiap negara dan budaya. Oleh
karena itu, WHO menetapkan suatu pengukuran atau klasifikasi obesitas yang
tidak tergantung pada bias kebudayaan. Metode yang paling banyak digunakan
untuk mengukur tingkat obesitas adalah body mass index (BMI), yang
didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan
(meter). BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat
terkena risiko penyakit tertentu.
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) telah
diakui sebagai metoda yang paling praktis untuk menentukan apakah berat badan
Anda normal, berlebih atau gemuk (obese). Cara menghitungnya cukup sederhana,
yaitu dengan membagi berat badan seseorang (kg) dengan tinggi tubuhnya dalam
meter lalu dikudratkan (m)2. Nilai BMI normal Asia 18,5-22,9. Nilai
23-24,9 disebut kelebihan berat badan (overweight). Seseorang
dikatakan obesitas bila BMI-nya di atas 30 atau dengan kata lain orang tersebut
memiliki kelebihan BB sebanyak 20 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada
perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Semakin tinggi
tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita cenderung semakin tinggi prevalensi
obesitas.
VII.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Tempat
pengukuran suhu tubuh yang dilakukan yaitu ada di aksila dan oral (mulut).
2.
Suhu
tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas, suhu lingkungan,
keadaan emosi, usia, jeni kelamin, kondisi kesehatan.
3.
Cara
mengukur suhu tubuh yaitu dengan menggunakan thermometer.
4.
Rata-rata
suhu tubuh di aksila saat probandus pada saat istirahat adalah 36,01ºC dan yang
melakukan aktivitas 36,07ºC. Rata-rata suhu tubuh di oral probandus sat
tertutup adalah 36,47ºC, saat terbuka adalah 34,46ºC.
5.
Pengukuran
berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala
kilogram (kg), sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat
pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung
kepala dengan kondisi badan tegak.
6.
Berat
badan probandus terkecil adalah Balla yaitu 41,5 kg, sedangkan berat badan
terbesar adalah Roy yaitu 94 kg. Tinggi badan terendah adalah Bella yaitu 1,465
m, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah Roy yaitu 1,75 m.
7.
Nilai
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan probandus berbeda-beda
dengan BMI terendah pada Efendi yaitu 17,1 kg/m2 dan tertinggi pada
Roy yaitu 30,71 kg/m2.
7.2 Saran
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan mungkin ada baik nya jika asisten menyediakan alat dan
bahan dengan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. 2012. Faktor-fakt0r yang Berhubungan dengan
Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Pancoran. Jakarta Selatan.
Skripsi. FKM: Universitas Indonesia.
Djuwariyah, Sodikin, and Mustiah Yulistiani. 2011. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan
Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam Di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Ganong, William F.
2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta.
Kusuma,
Bijak Jati dan Pinandita, Tito. 2011. Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal (A Design of Mobile Application to Measure Body Mass Index and an Ideal
Weight). JUITA. Vol. I No.4.
Mourya,
Priya. Mansi Shah, and Jinal Patel. 2013. A Wireless System for Body
Temperature. International Journal of
Engineering Development And Research. Measurement Electronics &
Communication GEC/GTU Bharuch, Gujarat.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Syaifuddin.
2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar