Jumat, 22 September 2017

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “SUHU TUBUH, BERAT BADAN, DAN TINGGI BADAN”

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“SUHU TUBUH, BERAT BADAN, DAN TINGGI BADAN








Oleh:
Zakyah
120210103086







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015


       I.            JUDUL          : Suhu Tubuh, Berat Badan, Tinggi Badan

      II.          TUJUAN        :
a)      Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh
b)      Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
c)      Mengetahui cara mengukur suhu tubuh
d)     Mengukur suhu tubuh
e)      Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan
f)       Mengukur berat dan tinggi badan
g)      Menghitung nilai indeks massa tubuh (Body Mass Index)

 III.            DASAR TEORI       
Manusia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di samping itu terdapat reseptor berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah termoreseptor (Soewolo, 2005:286-287).
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Hipotalamus berusaha agar suhu tetap hangat (36,5 - 37,5oC) meskipun lingkungan luar tubuh berubahubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan menyeimbangkan produksi panas pada otot dan hati, kemudian menyalurkan panas pada kulit dan paru. Sistem kekebalan tubuh akan merespon apabila terjadi infeksi dengan melepaskan zat kimia dalam aliran darah dan merangsang hipotalamus untuk menaikan suhu tubuh dan menambah jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman (Lestari, 2010:2).
Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01 0C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).
Di hipotalamus terdapat dua pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian memici reflex-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas (Sherwood, 2001).
Untuk menentukan suhu tidak dapat menggunakan panca indera (perabaan tangan), maka diperlukan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Termometer dibuat berdasarkan prinsip perubahan volume. Termometer yang digunakan adalah termometer dengan suhu oC karena memiliki suhu terendah dibandingkan yang lainnya. Termometer yang berisi air raksa disebut termometer air raksa dan termometer yang berisi alkohol disebut termometer alkohol (Lestari, 2010:2).
 Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia adalah 37 C (98,6 oF), tetapi pada sebuah penelitian besar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7 C dengan simpang baku 0,2 C. Suhu rektum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (core temperature). Suhu oral pada keadaan normal 0,5 C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernafas melalui mulut (Ganong, 2008).
Mengukur suhu tubuh jauh penting untuk studi fisiologis serta penyelidikan klinis. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengamatan telah dilaporkan dan berbagai metode pengukuran telah digunakan. Pengukuran suhu tubuh manusia adalah signifikan dalam deteksi dini penyakit, diagnosis tepat waktu, dan pengobatan. Pengukuran suhu tubuh konvensional termasuk penggunaan termometer klinis dan sekarang termometer digital sehari. Termometer digital mengadakan oleh pasien di lokasi yang diinginkan dan itu menunjukkan suhu pada layar terhubung (Mourya, 2013:1).
Bila tubuh merasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecenderungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu yang dijaga tetap sekitar 37 oC (Soewolo, 2005:287).
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi pembuluh darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh darah kulit mengurangi aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan, dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan panas. Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui jalur sistem para simpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo, 2005:287-288).
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga (Syaifuddin, 2009:324).
Tubuh dapat melepaskan panas melalui empat cara yaitu radiasi, konveksi atau konduksi. Secara umum, enam puluh persen panas dilepas secara radiasi, yaitu transfer dari permukaan kulit melalui permukaan luar dengan gelombang electromagnet. Seper emat bagian lainnya dilepas melalui penguapan dari kulit dan paru, dalam bentuk air yang diubah dari bentuk cair menjadi gas, 243 kj (58kkal) dilepaskan untuk setiap 100 mL air. Konveksi adalah pemindahan panas melalui penggerakan udara atau cairan yang menyelimuti permukaan kulit, sedangkan konduksi adalah pemindahan panas antara dua objek secara langsung pada suhu berbeda (Djuwariyah, 2011:10).
 Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni, 2012).

Menurut Barry L. Johnson (1979: 166) yang dikutip oleh Murtiantmo wibowo adi (2008: 32) berpendapat bahwa tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri (vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat. Menurut Wahyudi (2011: 1) yang dikutip Catur baharudin (2007: 7) berpendapat bahwa tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap sempurna tanpa alas kaki.
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat melihat keadaan status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada waktu singkat (Anggraeni, 2012).
IMT (Indeks massa tubuh) dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini,. IMT secara international diteri,ma sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas (Hill, 2005).

Menurut Kusuma (2011) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh), yaitu:

a)      Usia. Hill dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa prevalensi IMT lebih (obesitas) meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun.
b)      Jenis Kelamin. Hill dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa lebih banyak pria termasuk kategori kelebihan berat badan (overweight) dibandingkan wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda berdasarkan jenis kelamin. Pria cenderung mengalami obesitas viseral (abdominal) dibandingkan wanita. Proses-proses fisiologis dipercaya dapat berkontribusi terhadap meningkatnya simpanan lemak pada perempuan. 
c)      Genetik. Hill dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa beberapa bukti menunjukkan bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Diperkirakan lebih dari 40% variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan erat dengan generasi pertama keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anakanak obesitas.
d)     Pola Makan. Abramovitz dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat ketika makanan itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan jenis dan proposinya, dan atau kombinasi makanan yang dimakan oleh individu, masyarakat atau sekelompok populasi.
e)      Kebiasaan Merokok. Riskesdas dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa kecenderungan seseorang untuk mengalami peningkatan berat badan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor misalnya berhenti merokok. Merokok menyebabkan peningkatan rasio metabolisme dan cenderung untuk menurunkan intake makanan dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Prevalensi penduduk merokok setiap hari tinggi pada kelompok usia produktif (25-64 tahun).
f)       Aktifitas Fisik. Wardlaw dalam Idapola (2009) menyatakan bahwa Aktifitas fisik mencerminkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot menghasilkan energi ekspenditur. Berjalan kaki, bertanam, menaiki tangga, bermain bola, menari, merupakan aktifitas fisik yang baik untuk dilakukan.


 IV.            METODE PRAKTIKUM  
4.1 Waktu dan Tanggal
            Senin, 27 April 2015
            Pukul 14.20 WIB
4.2 Alat dan Bahan  
ü  Alat     : Termometer Aksila, Termometer oral, Jam, Timbangan berat badan, alat pengukur tinggi dengan skala centimeter (cm).
ü  Bahan  : Tissue, Alkohol 70%, Air es.
4.3 Langkah Kerja
1.1.1       Pengukuran Suhu Tubuh
a)      Pengukuran Suhu Tubuh pada Oral.
 










































b)      Pengukuran Suhu Tubuh pada Aksila
Text Box: Menyiapkan termometer aksila
Mencatat dan mengeringkan termometer yang telah digunakan
 
 












Text Box: Mencatat dan mengeringkan termometer yang telah digunakan                                   


1.1.2        Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
a)      Text Box: Menyiapkan alat penimbang badanMengukur Berat Badan
Text Box: Mencatat hasil pengukuran
 














b)      Text Box: Mengukur jarak antara telapak kaki dengan bagian atas kepala dan mengusahakan garis jarak sejajar dengan poors tubuhText Box: Tanpa menggunakan alas kaki, praktikan berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan serta tangan disampingText Box: Menyiapkan alat pengukur tinggi badan dengan skala cmMengukur Tinggi Badan







Text Box: Mencatat hasil pengukuran
 





c)      Text Box: Melihat kembali hasil pengamatan berat dan tinggi badanMengukur Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh
 














V. HASIL PENGAMATAN
5.1  Tabel  Hasil Pengukuran Suhu

No.

Nama

Usia (thn)

JK
Suhu aksila (0C)
Suhu oral (0C)

Istirahat

Aktivitas
Mulut tertutup
Mulut terbuka
Kumur air es
1
M. Efendi
21
L
36,60C
36,70C
36,50C
36,50C
36,40C
2
Bella R. L.
20
P
35,80C
36,80C
36,50C
36,80C
34,10C
3
Ervan P.
22
L
36,20C
36,50C
370C
36,50C
36,10C
4
Tesa L.
21
P
36,70C
36,80C
35,60C
36,60C
34,80C
5
Elok N. F.
21
P
35,40C
36,30C
36,70C
36,70C
33,30C
6
Mia R. D.
20
P
35,40C
33,50C
35,90C
360C
32 0C
7
Yuli Arahmat
21
L
35,80C
36,10C
36,80C
360C
34,40C
8
M. Roy
21
L
36,20C
35,930C
36,70C
36,60C
340C

5.2  Tabel Pengukuran Berat Badan Ideal dan Body Mass Index

No.

Nama
Usia (Th)

Gender
BB
(Kg)
TB
(m)
BBI
(Kg)
IMT
(Kg/m2)
1.
Muhammad Efendi
21
Laki-laki
45
1,60
50
17,1
2.
Bella Rhea L. S.
20
Perempuan
41,5
1,465
36,5
19,33
3.
Ervan Prasetyo
22
Laki-laki
50
1,63
53
18,73
4.
Tesa Lusidyah
21
Perempuan
58
1,58
48
23,67
5.
Elok Nur Faiqoh
21
Perempuan
46,5
1,48
38
21,23
6.
Mia Roosmalisa D.
20
Perempuan
52
1,615
46,35
19,92
7.
Yuli Arahmat
21
Laki-laki
54,2
1,71
61
18,64
8.
Muhammad Roy F.R.
21
Laki-laki
94
1,75
65
30,71




VI.             PEMBAHASAN            

Praktikum Acara 5 ini mengenai Suhu Tubuh, Berat Badan, dan Tinggi Badan, dengan tujuan Mengetahui tempat pengukuran suhu tubuh, Mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, Mengetahui cara mengukur suhu tubuh, Mengukur suhu tubuh, Mengetahui cara mengukur berat badan dan tinggi badan, Mengukur berat dan tinggi badan, dan Menghitung nilai indeks massa tubuh (Body Mass Index).

Pengaruh jenis kelamin terhadap pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,890C dan naik turunnya berkisar antara 36,110C sampai 37,220C. Perbedaan hariannya kira-kira satu derajat, tingkat terendah dicapai pada pagi hari dan titik tertinggi antara pukul 5 dan 7 petang. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5 0C.

Perbedaan pengukuran suhu tubuh aksila dan oral
Termometer Aksila/Ketiak
Cara Penggunaan: Sesuai dengan namanya, penggunaan termometer ini memang diselipkan pada ketiak. Bagian yang diselipkan adalah ujung yang lebih kecil dan memiliki indikator pada ujungnya. Pastikan Anda menyelipkannya di bagian puncak ketiak.
Waktu: Karena diletakkan pada ketiak (bagian luar tubuh) dan tidak dimasukkan ke dalam tubuh, waktu yang dibutuhkan untuk menuai hasilnya pun cukup lama—sekitar 10 menit.
Tingkat Akurasi: Hasil pengukuran suhu pada aksila (ketiak) biasanya juga tidak seakurat pengukuran yang dilakukan di dalam mulut atau rektal. Termometer ini cocok digunakan untuk usia balita ke atas.

Termometer Mulut
Cara penggunaan: Termometer ini dimasukkan ke dalam mulut. Namun perhatikan penempatannya, karena Anda harus memastikan ujung termometer di bawah lidah sejauh mungkin. Hal ini penting, karena masih banyak orang yang mengira penggunaan termometer mulut adalah hanya dengan memasukkannya ke dalam mulut, tapi di atas lidah dan cukup dengan dikulum.
Waktu: Sekitar 3-4 menit.
Tingkat akurasi: Dr. Tatang kembali berujar, “Karena semakin dekat ke inti tubuh, maka tingkat akurasi termometer mulut lebih tinggi dibandingkan dengan termometer aksila.” Pada termometer mulut, suhu tubuh anak baru digolongkan demam jika mencapai 38º C.

Pengaruh aktivitas dan istirahat terhadap pengukuran suhu aksila
Percobaan pertama yaitu menghitung Suhu Tubuh Aksila. Pada praktikum pengukuran suhu tubuh, terdapat  8 probandus yang terdiri atas 4 probandus berjenis kelamin perempuan, dan 4 probandus yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan data yang diperoleh, suhu tubuh aksila ketika beristirahat yaitu: Fendi 36,6°C, Bella 35,8°C, Ervan 36,2°C, Tesa 36,7°C, Elok 35,4°C, Mia 35,4°C, Rahmat 35,8°C, dan Roy 36,2°C. Menurut kami, perbedaan suhu pada kedelapan probandus tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kondisi tubuh probandus, keadaan lingkungan tubuh, seperti suhu ruangan saat pengukuran suhu tubuh  Pada saat itu, kedelapan kelompok mendapat tempat pengukuran yang berada dekat dengan AC. Ketika mereka berada di dekat lingkungan yang bersuhu rendah (dingin), maka tubuh mereka akan beradaptasi dengan lingkungan, sehingga tubuh probandus pun menjadi dingin. Ketika tubuh probandus dingin, maka saat dilakukan pengukuran suhu tubuh, didapatkan hasil yang lebih rendah dari probandus lainnya. Perpindahan panas yang terjadi dari tubuh probandus ke udara luar karena perbedaan suhu, terjadi secara, konveksi, yaitu pemindahan panas melalui gas atau cairan yang bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan udara dingin.
     Kemudian, selain pengukuran dilakukan dengan istirahat (tanpa aktivitas) juga dilakukan pengukuran suhu setelah probandus beraktivitas selama 5 menit, dengan tujuan untuk membandingkan perubahan  yang terjadi pada suhu tubuh sebelum dan sesudah beraktivitas. Setelah beraktivitas suhu tubuh dari Fendi 36,7°C, Bella 36,8°C, Ervan 36,5°C, Tesa 36,8°C, Elok 36,3°C, Mia 33,4°C, Rahmat 36,1°C, dan Roy 35,3°C. Sebagian besar probandus mengalami perubahan, yaitu suhu tubuh setelah beraktivitas menjadi naik kecuali pada Mia yang mengalami penurunan suhu badan sebesar 2 derajat Celcius.  Perbedaan hal tersebut dapat diakibatkan oleh perbedaan metabolisme di dalam tubuh mia atau bisa juga terjadi karena kesalahan mambaca termometer. Sehingga itu berarti bahwa, aktivitas mempengaruhi suhu tubuh. Selama kerja otot, pembuluh darah otot berdilatasi dan aliran darah meningkat, sehingga pasokan O menjadi meningkat. Sampai titik tertentu, peningkatan pemakaian O sebanding dengan energi yang dikeluarkan, dan semua kebutuhan energi dipenuhi melalui proses aerobik. Secara termodinamika, energi yang tersalur ke otot harus setara dengan energi yang dikelurkan. Keluaran energi ini timbul sebagai kerja yang dilakukan otot, dalam pembentukan ikatan fosfat berenergi tinggi sebagai panas. Jadi, setelah tubuh beraktivitas, otot – otot bekontraksi, maka suhu tubuh akan meningkat.

Pengaruh mulut tertutup, terbuka, dan kumur air es terhadap suhu oral

Pengukuran suhu oral pada praktikum kali ini memberikan hasil rentang suhu 32oC - 37oC pada kedelapan probandus dalam kondisi istirahat dan mulut tertutup. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedelapan probandus memiliki suhu inti tubuh yang tidak normal, berdasarkan teori yang menyatakan bahwa pada umumnya, nilai normal untuk suhu oral manusia remaja diperkirakan  sekitar 36,3oC -  37,1oC.
Besar suhu pada bagian oral dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernapas melalui mulut. Pada praktikum kali ini, probandus yang telah diukur suhu oral dalam keadaan istirahat dan mulut tertutup melakukan pengukuran suhu oral kembali dengan keadaan mulut terbuka, dan ternyata suhu oral probandus tersebut yaitu Ervan, Rahmat, dan Roy mengalami penurunan dari mulut tertutup ke mulut terbuka. Sedangkan Fendi, Bella, Tesa, Elok, dan Mia malah mengalami kenaikan suhu. Hal tersebut tidak sesuai dengan litterature. Hal ini dapat terjadi karena, keadaan mulut yang terbuka menyebabkan probandus mengalami pernapasan melalui mulut. Sehingga di dalam rongga mulut terjadi sirkulasi udara dengan udara diluar rongga mulut. Karena adanya aliran udara tersebut maka terjadi perpindahan panas secara konveksi antara udara di dalam rongga mulut dengan udara diluar rongga mulut. Perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya perubahan berat jenis udara, udara panas akan naik sedangkan udara dingin akan bergerak ke bawah.
Hal ini dapat juga dianalogikan dengan pernapasan yang terengah-engah. Pernapasan yang cepat dan dangkal ini sangat meningkatkan jumlah penguapan air di mulut dan saluran napas sehingga meningkatkan pengeluaran panas. Saat mulut terbuka, udara yang keluar dari saluran napas akan meningkatkan jumlah penguapan air di mulut, hal ini lah yang meningkatkan suhu karena adanya pengeluaran panas.
Saat probandus berkumur dengan air es yang memiliki suhu lebih rendah dibandingkan suhu rongga mulut (oral), maka peristiwa konduksi terjadi. Konduksi merupakan perpindahan panas antara objek atau bahan dengan suhu berbeda yang berkontak satu sama lain. Air es yang masuk ke rongga mulut dengan suhu lebih rendah berkontak langsung dengan bagian oral yang bersuhu lebih tinggi, oleh karenanya panas akan segera berpindah dari bagian oral ke air es yang bersuhu lebih rendah, sehingga terjadi penurunan suhu pada bagian oral.
Adapun mekanisme perpindahan panas secara konduksi dan konveksi tersebut tetap dipengaruhi oleh system saraf yaitu hipotalamus sebagai pemberi respon refleks perubahan suhu tubuh. Hipotalamus dikatakan mengintegrasikan informasi suhu tubuh dari reseptor sensorik di kulit, jaringan dalam, medulla spinalis bagian ekstrahipotalamus otak dan hipotalamus. Masing-masing dari kelima input tersebut meberikan kontribusi 20% dari informasi yang diintegrasikan. Selain dari itu, suhu tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya usia, jenis kelamin, hormone, lingkungan, emosi/ stress, makanan dan gizi, serta aktivitas tubuh.


Pengaruh jenis kelamin dan umur terhadap pengukuran berat badan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh berat badan


Praktikum pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan badan dan meteran tubuh. Pengukuran dilakukan tanpa menggunakan alas kaki dan menanggalkan benda yang mungkin menambah berat badan probandus. setelah dilakukan kalibrasi kemudian dicatat. Hasil pengukuran menunjukkan data probandus yang beragam.
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung berat badan ideal dari probandus. Perhitungan ini dilakukan bertujuan agar mengetahui keadaan ideal dari probandus yaitu keadaan berat badan yang normal dan seimbang. Setelah didapatkan berat badan ideal dilakukan perhitungan indeks massa tubuh dengan rumus IMT = Berat badan (Kg)/ (tinggi badan)2(m). perhitungan indeks massa tubuh untuk mengetahui apakah probandus tersebut malnutrisi, normal atau overweight.
Dari hasil pengamatan, diperoleh hasil: Muhammad Efendi (21 tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 45 kg dan tinggi badan 1,60 m. Bella Rhea L. S. (20 tahun Perempuan) mempunyai berat badan 41,5 kg dan tinggi badan 1,465 m. Ervan Prasetyo (22 tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 50 kg dan tinggi badan 1,63 m. Tesa Lusidyah     (21 tahun Perempuan) mempunyai berat badan 58 kg dan tinggi badan 1,58 m. Elok Nur Faiqoh (21 tahun Perempuan) mempunyai berat badan 46,5 kg dan tinggi badan 1,48 m. Mia Roosmalisa D. (20 tahun Perempuan) mempunyai berat badan 52 kg dan tinggi badan 1,615 m. Yuli Arahmat (21 tahun Laki-laki) mempunyai berat badan 54,2 kg dan tinggi badan 1,71 m. Muhammad Roy F.R. (21 tahun Laki-laki      ) mempunyai berat badan 94 kg dan tinggi badan 1,75 m.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, terlihat jelas bahwa usia dan jenis kelamin tidak mempengaruhi berat badan. Namun semakin tua seseorang, maka berat badan juga akan semakin bertambah. Menurut litterature, Ada beberapa faktor yang memepengaruhi berat badan, diantaranya adalah :
1.            Kelebihan makanan
Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdaapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi.
2.            Kekurangan aktifitas dan kemudahan hidup
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi
3.            Faktor psikologis
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan.
4.            Faktor genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orangtua gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.
5.            Pola konsumsi makanan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemakserta rendah serat memicu peningkatan jumlah  penderita obesitas.
6.            Kebudayaan
Bayi-bayi yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sehat. Banyak orang tua yang berusaha membuat bayinya sehat dengan cara memberikan terlalu banyak susu, yang biasa diberikan adalah susu botol atau formula.
7.            Faktor hormonal
Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat (DMPA)  merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya
8.            Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut cenderung untuk menjadi gemuk.
Perbedaan BBI dan BMI dan Berapa BBI dan BMI ideal

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Muhammad Efendi mempunyai BBI= 50 dan BMI=17,1. Bella Rhea L. S. mempunyai BBI= 36,5 dan BMI = 19,33. Ervan Prasetyo mempunyai BBI = 53 dan BMI = 18,73. Tesa Lusidyah mempunyai BBI = 48 dan BMI = 23,67. Elok Nur Faiqoh mempunyai BBI =         38 dan BMI = 21,23. Mia Roosmalisa D mempunyai BBI =    46,35 dan BMI = 19,92. Yuli Arahmat mempunyai BBI = 61 dan BMI = 18,64. Dan Muhammad Roy F.R. mempunyai BBI =  65 dan BMI = 30,71.
Dari data tabel klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI diatas, diperoleh kesimpulan bahwa Semua probandus kecuali M.Roy dikategorikan Normal. Sedangkan M.Roy dinyatakan Kelebihan berat badan tingkat berat, karena memiliki BMI sebesar 30,71. Roy dinyatakan overweight dan beresiko mengalami obesitas (kelebihan lemak tubuh). Dengan menggunakan standar rentang tersebut, praktikan dapat menganalisa hasil pengukuran.


Beda obesitas dan kegemukan
Definisi obesitas, menurut para dokter, adalah kondisi di mana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan. Kondisi ini disebut sebagai penyakit kronik yang bisa diatasi. Obesitas juga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup. Sementara itu, overweight atau kelebihan berat badan adalah keadaan di mana berat badan (BB) seseorang melebihi BB normal. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang mengalami overweight mencapai 76,7 juta (17,5 persen) dan yang obesitas mencapai 9,8 juta (4,7 persen).
Istilah "normal", "overweight", dan "obese" dapat berbeda-beda pada tiap negara dan budaya. Oleh karena itu, WHO menetapkan suatu pengukuran atau klasifikasi obesitas yang tidak tergantung pada bias kebudayaan. Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah body mass index (BMI), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena risiko penyakit tertentu.
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) telah diakui sebagai metoda yang paling praktis untuk menentukan apakah berat badan Anda normal, berlebih atau gemuk (obese). Cara menghitungnya cukup sederhana, yaitu dengan membagi berat badan seseorang (kg) dengan tinggi tubuhnya dalam meter lalu dikudratkan (m)2. Nilai BMI normal Asia 18,5-22,9. Nilai 23-24,9 disebut kelebihan berat badan (overweight). Seseorang dikatakan obesitas bila BMI-nya di atas 30 atau dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Semakin tinggi tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita cenderung semakin tinggi prevalensi obesitas.





VII.          PENUTUP          
7.1       Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Tempat pengukuran suhu tubuh yang dilakukan yaitu ada di aksila dan oral (mulut).
2.      Suhu tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aktivitas, suhu lingkungan, keadaan emosi, usia, jeni kelamin, kondisi kesehatan.
3.      Cara mengukur suhu tubuh yaitu dengan menggunakan thermometer.
4.      Rata-rata suhu tubuh di aksila saat probandus pada saat istirahat adalah 36,01ºC dan yang melakukan aktivitas 36,07ºC. Rata-rata suhu tubuh di oral probandus sat tertutup adalah 36,47ºC, saat terbuka adalah 34,46ºC.
5.      Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan berskala kilogram (kg), sedangkan untuk pengukuran tinggi badan dilakukan dengan alat pengukur tinggi berskala centi meter (cm) diukur dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kondisi badan tegak.
6.      Berat badan probandus terkecil adalah Balla yaitu 41,5 kg, sedangkan berat badan terbesar adalah Roy yaitu 94 kg. Tinggi badan terendah adalah Bella yaitu 1,465 m, sedangkan tinggi badan tertinggi adalah Roy yaitu 1,75 m.
7.      Nilai Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) dari ke delapan probandus berbeda-beda dengan BMI terendah pada Efendi yaitu 17,1 kg/m2 dan tertinggi pada Roy yaitu 30,71 kg/m2.

7.2   Saran             
        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mungkin ada baik nya jika asisten menyediakan alat dan bahan dengan lengkap.



DAFTAR PUSTAKA



Anggraini, F. 2012. Faktor-fakt0r yang Berhubungan dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Pancoran. Jakarta Selatan. Skripsi. FKM: Universitas Indonesia.

Djuwariyah, Sodikin, and Mustiah Yulistiani. 2011. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat Dan Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam Di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung : PT. Rineka Cipta.

Kusuma, Bijak Jati dan Pinandita, Tito. 2011. Rancang Bangun Aplikasi Mobile Perhitungan Indeks Massa Tubuh dan Berat Badan Ideal (A Design of Mobile Application to Measure Body Mass Index and an Ideal Weight). JUITA. Vol. I No.4.
Mourya, Priya. Mansi Shah, and Jinal Patel. 2013. A Wireless System for Body Temperature. International Journal of Engineering Development And Research. Measurement Electronics & Communication GEC/GTU Bharuch, Gujarat.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.



https://lh3.googleusercontent.com/-Xoytu59uqFI/UY4Bglsuw_I/AAAAAAAA2j8/8CHYCvaAA6Q/s500/Buku%2520Ajar%2520Fisiologi%2520Kedokteran%2520Edisi%252022-500x500.jpg
http://bapersip.jatimprov.go.id/Uploadedimage/CVR20110119073350.jpg

http://tokobuku.keperawatan.org/wp-content/uploads/2013/07/Fisiologi-Tubuh-Manusia-untuk-Mahasiswa-Keperawatan-Edisi-2-Oleh-Syaifuddin.jpg https://s2.bukalapak.com/system4/images/2/0/4/0/2/7/5/7/large/sherwood_kw.JPG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar