MAKALAH TINGKAH LAKU HEWAN
PERILAKU HEWAN KARENA BELAJAR
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1.
Cici Rizky Yonanda (120210103016)
2.
Yuridatul Imamah (120210103091)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku adalah
tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Perilaku dapat terjadi akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan unutk
mendekati stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respond dan
efektor untuk melaksanakan aksi. Perilaku dapat juga terjadi karena adanya
stimulus dari dalam, misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang
akan diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium. Umunya perilaku
suatu organisme merupakan gabungan stimulus dari dalam dan luar.
Seringkali suatu
perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau
innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat
disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan
atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari
berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan
oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi
suatu perkembangan sifat.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana perilaku hewan karena adanya
proses belajar dan macam-macamnya?
2.
Apa yang dimaksud dengan Habituasi?
3.
Apa yang dimaksud dengan Imprinting?
4.
Apa yang dimaksud dengan Assosiasi
Learning?
5.
Apa yang dimaksud dengan Imitasi?
6.
Apa yang dimaksud dengan Inovasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun beberapa
tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk
mengetahui perilaku hewan karena belajar.
2. Untuk
mengetahui tentang Habituasi sebagai perilaku hewan karena belajar.
3. Untuk
mengetahui tentang Imprinting sebagai perilaku hewan karena belajar.
4. Untuk
mengetahui tentang Assosiasi Learning sebagai perilaku hewan karena belajar.
5. Untuk
mengetahui tentang Imitasi sebagai perilaku hewan karena belajar.
6. Untuk
mengetahui tentang Inovasi sebagai perilaku hewan karena belajar.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Perilaku
Akibat proses Belajar
Perilaku
merupakan suatu adaptasi agar makhluk
hidup tetap
bertahan hidup pada lingkungan tertentu. Perilaku individual adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh otot atau
kelenjar di bawah kendali sistem saraf sebagai respon terhadap suatu
rangsangan. Contohnya perilaku hewan ini antara lain yaitu hewan yang
menggunakan otot-otot di dada dan kerongkongannya untuk berkicau, atau
melepaskan bau tertentu untuk menandai teritorinya. Perilaku adalah bagian
esensial pemerolehan nutrien untuk pencernaan dan pencarian pasangan untuk
reproduksi seksual. Selrain itu juga turut berperan dalam homeostasis, misalnya
lebah madu berdempetan untuk menghasilkan atau mengonservasi panas (Campbell
dkk, 2008:295).
Menurut
Alcock (1979), bila mengamati tingkah laku, maka terdapat dua pengertian, yaitu proksimat
dan ultimat. Proksimat merupakan
mekanisme yang berkaitan dengan stimulus lingkungan atau penyebab tingkah laku
yang secara langsung berasal dari dalam tubuhnya. Stimulus yang muncul dapat
mengakibatkan perubahan hormon atau neural yang menstimulasi tingkah laku, yang
berhubungan dengan produksi seperti kicauan burung dan pembuatan sarang.
Sedangkan ultimat merupakan perilaku yang berasal dari dalam hewan itu sendiri
karena faktor genetik yang
terbentuk melalui gen tertentu karena hewan harus mempertahankan hidupnya. Lebih jelas mengenai perilaku hewan ini, dipelajari dalam cabang ilmu etologi. Etologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku hewan dalam kondisi alami.
Proses
belajar seringkali diidentifikasi sebagai suatu upaya untuk mendapatkan
informasi dari adanya interaksi, atau perilaku yang memang telah ada pada
organism (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu upaya
coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku di pengaruhi factor genetik, sehingga
organism (hewan) dapat memiliki hubungan dengan individu lain, dan juga dapat
berhubungan dengan lingkungan. Sebagai contoh, kelulus hidupan dari suatu
spesies karena mampu berkembang biak, tetapi dalam proses tersebut terlibat
pula seleksi alamiah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan organisme
(hewan) tersebut.
Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku yang merupakan
hasil dari pengalaman. Table 5.1 dibawah ini menunjukkan berbagai bentuk dari
belajar yang menghasilkan jenis-jenis perilaku.
Tipe Belajar
|
Karakteristik
|
Habituasi
|
Hilang
atau timbulnya respons kepada stimulus setelah pengulangan suatu perlakuan
|
Imprinting
|
Pada
kehidupan hewan, belajar yang tidak dapat diulang dan terbatas pada suatu
periode keritis tertentu, sering kali dihasilkan dengan adanya hubungan kuat
antara induk dan keturunannya
|
Asosiasi
|
Perubahan
perilaku yang diakibatkan dari suatu hubungan antara satu perilaku dengan
system hukuman dan hadiah; dalam hal ini termasuk kondisi klasik dan belajar
dengan mencoba-coba (trial and error)
|
Imitasi
|
Perilaku
yang diakibatkan karena adanya proses pengamatan dan meniru individu lain
|
Inovasi
|
Perilaku
yang timbul dan berkembang karena terjadi respons terhadap suatu keadaan yang
baru, tanpa mencoba-coba atau imitasi; dikatakan juga sebagai problem solving
|
2.2 Habituasi
(habituation)
Habitasi adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana,
akan terjadi jika stimulus yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan)
secra berulang-ulang, setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan)
akan mengabaikannya. Habitusi akan dihasilkan setelah organisme (hewan)
belajar, sehingga akan kehilangan respons bila stimulus dilakukan
berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya.
Contoh perilaku ini misalnya anda menyentuh atau memukul
secara perlahan seekor anjing pada bagian belakangnya (ekor), maka ia akan
menoleh ke belakang, bila anda memukul dengan berulang kali, maka anjing
tersebut tidak akan menghiraukannya atau tidak akan menoleh. Akakn tetapi hal
menarik akan terjadi bila anda memukul perlahan dibagian lain, atau anda memukl
perlahan setelah beberapa hari, anjing akan memberikan respons kembali. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa respons dasar pada prinsipnnya tidak hilang,
tetapi untuk sementara waktu termodifikasi karena belajar (Belsky, 1988).
2.3 Imprinting
Adalah suatu pengenalan terhadap satu objek seperti induk,
hal tersebut terjadi pada suatu periode kritis sesaat setelah lahir. Contohnya
sekelompok angsa yang baru lahir anda beri makan atau angsa-angsa tersebut
melihat suatu objek yang memberinya makan, maka anak-anak angsa tersebut akan
menganggap anda atau objek tersebut sebagai induknya dan akan terus mengikuti
anda atau objek. Walaupun anak-anak angsa tersebut melihat induknya yang benar,
mereka akan mengabaikannya dan terus menganggap bahwa objek atau anda adalah
induknya. Contoh tersebut adalah hasil percobaan Konrad Lorenz yang mendapatkan
hadiah Nobel karena kajian tersebut ( Ervika, 2000).
Perilaku imprinting dan FAP akan terjadi pada makhluk hidup
walaupun stimulus yang diterimanya bukanlah yang alamiah. Misalnya induk burung
akan memberi makan pada boneka anak burung yang membuka mulut pada sarangnya.
Anak-anak angsa akan mengikuti boneka angsa dewasa yang diberi makan di
belakangnya.
2.4 Asosiasi
atau Pengkondisian (Associative Learning)
Definisi asosiasi atau pengkondisian adalah perilaku yang
disebabkan oleh suatu hasil dari suatu respons terhadap kondisi-kondisi
tertentu, baik kondisi tersebut diketahui atau tidak. Kondisi penyebab prilaku
tersebut dikatakan pula sebagai stimulus. Respons adalah sesuatu yang di
produksi atau dihasilkan karena adanya stimulus. Perilaku ini dapat dibagi
menjadi:
A. Pengkondisian Klasik (Classical
Conditioning) atau Perilaku Asosiatif.
Contoh
yang paling banyak digunakan adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli fisiologi
perilaku dari Rusia) yang menggunakan bel untuk anjing. Bila bel berbunyi,
anjing tersebut diberi makan, sebelum menyantap makanannya, anjing tersebut
mengeluarkan saliva. Beberapa saat setelah itu, walaupun tidak ada makanan,
sesaat setelah mendengar bunyi bel yang sama, anjing tersebut tetap
mengeluarkan salivanya.
B. Pengkondisian Operant (Operant
Conditioning)
Perilaku
ini lebih merupakn hasil kondisi yang disebut mencoba-coba atau “trial and
error”. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus
positif, maka induvidu tersebut akan semakin mudah mengulang keberhasilan
respon yang dilakukan. Perilaku ini termasuk dalam melatih seekor hewan. Dapat
juga terjadi pada seekor hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan
energinya untuk mendaptkan makanan. Perilaku ini sering kali dijumpai pula pada
hewan yang tidak akan mengulangi perbuatannya karena ternyata perbuuatan tersebut
dapat membahayakan dirinya (Crain, 2007).
2.5 Imitasi
Berbagai jenis hewan dapat melakukan perilaku sebagai akibat
dari pengamatan dan meniru hewan lainnya. Perilaku tipe ini banyak dipelajari
pada burung, akan tetapi perilaku imitasi terbatas oleh suatu periode kritis
tertentu. Banyak hewan predator, termasuk kucing, anjing dan serigala
kelihatannya belajar dasar taktik berburu dengan mengamati dan menirukan
induknya. Pada beberapa kasus, factor genetis dan mencoba-coba dalam tipe belajar
ini memegang peran penting.
2.6 Inovasi atau “Problem Solving”
atau “Insight Learning”
Inovasi atau disebut juga “reasoning” adalah suatu kemampuan
untuk merespons sesuatu terhadap keadaan baru dan dilakukan dengan tepat.
Perilaku tipe ini terjadi pada proses belajar dan merupakan perilaku yang
memiliki kualitas tinggi pada organisme (hewan). Perilaku ini berhubungan
dengan kemampuan organisme (hewan) untuk melakukan pendekatan terhadap suatu situasi
yang baru dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi. Intinya, setiap
organisme (hewan dan juga manusia) dapat memiliki perilaku tertentu atau
bertindak untuk melakukan sesuatu dengan alasan tertentu atau berfikir. Subjek
dari inovasi adalah penyelesaian masalah, sehingga tipe perilaku ini sering
pula diberi istilah “problem solving” (Santrock, 2002).
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Habituasi adalah hilang
atau timbulnya respons kepada stimulus setelah pengulangan suatu perlakuan
- Imprinting
adalah belajar yang tidak dapat diulang dan terbatas pada suatu periode
keritis tertentu, sering kali dihasilkan dengan adanya hubungan kuat
antara induk dan keturunannya
- Asosiasi
adalah perubahan perilaku yang diakibatkan dari suatu hubungan antara satu
perilaku dengan system hukuman dan hadiah; dalam hal ini termasuk kondisi
klasik dan belajar dengan mencoba-coba (trial and error)
- Imitasi
adalah perilaku yang diakibatkan karena adanya proses pengamatan dan
meniru individu lain
- Inovasi
adalah perilaku yang timbul dan berkembang karena terjadi respons terhadap
suatu keadaan yang baru, tanpa mencoba-coba atau imitasi, dikatakan juga
sebagai problem solving
3.2 Saran
Setelah kita belajar mengenai perilaku hewan, diharapkan
kita lebih mengenal hewan dengan lebih baik lagi apalagi bagi kita yang memiliki
hewan peliharaan sehingga hewan bisa hidup lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Alcock,
J. 1979. Animal Behaviour, an Evolutionariy Approach 2nd Edition.
Massachusetts: Sinauer Associates, Inc.
Belsky,
J. (Ed). 1988. Infancy, Childhood and
adollescene. Clinical Implication of Attachment. Lawrence Erlbaum Associate
Campbell,
N. A. & Reece, J. B. 2008. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 3. Terjemahan oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Crain,
William. 2007. Teori Perkembangan :
Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar
Ervika,
Eka. 2000. Kualitas Kelekatan dan
Kemampuan Berempati pada Anak. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Santrock,
John W. 2002. Life-Span Development.
Dallas : University of Texas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar