LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
KECEPATAN PENGGUNAAN OKSIGEN DALAM
PROSES RESPIRASI
Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
I.
Judul
Kecepatan
Penggunaan Oksigen dalam Proses Respirasi
II.
Tujuan
2.1 Untuk
membuktikan bahwa pada proses respirasi memerlukan oksigen
2.2 Untuk
membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh
berat tumbuhan
III.
Dasar
Teori
Respirasi menggambarkan berbagai
proses yang menggunakan tanaman untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan
(misalnya ATP) dan kerangka karbon (dibutuhkan untuk biosintesis). Substrat
utama untuk respirasi adalah karbohidrat larut yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Energi diperlukan seluruh tanaman untuk pertumbuhan, reduksi
nitrat dalam akar dan daun, simbiosis N2 fiksasi, penyerapan nutrisi
dari tanah, sintesis dan floem, protein dan membran lipid, pemeliharaan ion gradien
antara kompartemen selular, melindungi aparat fotosintesis terhadap kerusakan
dari cahaya tinggi, dan memperbaiki kerusakan jika tidak terjadi. Bila
dikombinasikan, respirasi yang terjadi di atas dan di bawah tanah dari tanaman
merupakan 30-65 % dari total CO2 yang dilepaskan ke atmosfer pada
tingkat ekosistem, dengan daun respirasi berkontribusi antara 30 dan 60 % dari
total tersebut (Ian, 2005).
Respirasi adalah proses penguraian
bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun
tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan
baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua
aktivitas makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan.
Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat
tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia
pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan
fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan
energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan
tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang
disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian
senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi
sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi (Lovelles, 1997).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari
lingkungan, tidak semua tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tujuan
proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan
energi dengan cara menguraikan bahan-bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam
proses pernapasan aerob/anaerab akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap
air. Gas dan uap air tersebut dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan
karbon dioksida yang dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas-gas
tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti
sel yang ditemukan pada kulit batang. Akar yang berada dalam tanah juga dapat
melakukan proses keluar masuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah
rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar dari tanah. Akar ini disebut
akar panas. Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk
siklus reaksi respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi). Beberapa reaksi
kimia membolehkan mencampur dengan fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi
aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas
enzim (Kimball, 1983).
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh
makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut
harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang
terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan
cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan
tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak
akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang
berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil
hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga peningkatan
fotosintat akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi untuk
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman. Untuk
mencapai produksi yang tinggi tanaman memerlukan faktor-faktor tumbuh yang
optimum baik berupa hormon yang dihasilkan oleh tanaman sendiri maupun zat
pengatur tumbuh. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, air dan zat hara yang
berkaitan erat dengan lingkungan berupa kondisi tanah, daerah dan iklim juga
mempengaruhi produksi tanaman (Lestari,
2008).
Reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut :
C6H12O6
+ 6 O2 ®6
CO2 + 6 H2O
Respirasi
banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Proses respirasi ini menghasilkan
senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut
meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan karbon
untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol,
karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu
lainnya, seperti lignin. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi
dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan (Ross, 1995).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Respirasi Aerobik (aerob): respirasi
aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan
energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat
dituliskan:
C6H12O6 +
6H2O –>>6H2O + 6CO2 + 675 kal
2. Respirasi Anaerobik (anaerob):
respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan
energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa
tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat
hidrogedn dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi
pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air,
biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel-sel ragi dan
bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa.
Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat
diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan
energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi
yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >>
2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal
Dari
persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan (Lukman, 1997).
Pada kondisi aerob pelepasan CO2 terutama berasal dari proses
dekomposisi material organik secara aerob yaitu melalui proses respirasi.
Sedangkan pada kondisi yang anaerob, pelepasan CO 2 terutama berasal dari
proses dekomposisi material organik secara anaerob yaitu melalui proses
fermentasi. Pada umumnya dekomposisi material organik secara aerob lebih cepat
daripada dekomposisi material organik secara anaerob. Hal ini muncul dari
fenomena energi yang dihasilkan pada respirasi aerob yang jauh lebih tinggi
daripada respirasi anaerob. Pada respirasi aerob dihasilkan 38 ATP sedangkan
pada respirasi anaerob hanya dihasilkan 2 ATP. Perbedaan energi sangat besar
ini menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan, yang selanjutnya berpengaruh nyata
pada laju dekomposisi. Tetapi ada penelitian yang menunjukkan fenomena laju
dekomposisi pada kondisi anaerob jauh lebih tinggi daripada dekomposisi pada
kondisi aerob (Azizah, 2007).
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
dijelaskan sebagai berikut :
a. Ketersediaan substrat
Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat
b. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara
organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama
c. Suhu
Umumnya,
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Adapun
pengaruh yang terdapat dari suhu. Faktor ini sangat berkaitan dengan faktor
Q10, dimana suhu dan laju reaksi respirasi berubah secara bersamaan, yaitu
setiap kali suhu naik sebesar 10o C, maka laju respirasi juga
meningkat. Demikian juga pada suhu 0oC, laju repirasi sangat rendah.
Apabila suhu tersebut naik sampai 35-45oC maka perlajuan respirasi
sangat cepat, akan tetapi temperature yang terlalu panas akan menurunkannya.
Hal ini dikarenakan oleh enzim-enzim yang mengalami denaturasi pada suhu di
atas 45oC (Mulyani, 2007).
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan
untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua
(Ross, 1995).
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
Bahan
-
Kecambah kedelai, kacang hijau kecil dan
besar segar
-
Kristal KOH / NaOH
-
Kapas
-
Vaselin
-
Eosin
Alat
-
Unit respirometer
-
Beaker glass
-
Pipet
-
Timbangan
-
Stopwatch
4.2 Cara Kerja
V.
Pembahasan
Respirasi adalah proses penguraian
bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi menggambarkan
berbagai proses yang menggunakan tanaman untuk menghasilkan energi yang dapat
digunakan (misalnya ATP) dan kerangka karbon (dibutuhkan untuk biosintesis).
Substrat utama untuk respirasi adalah karbohidrat larut yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Energi diperlukan seluruh tanaman untuk pertumbuhan, reduksi
nitrat dalam akar dan daun, simbiosis N2 fiksasi, penyerapan nutrisi
dari tanah, sintesis dan floem, protein dan membran lipid, pemeliharaan ion gradien
antara kompartemen selular, melindungi aparat fotosintesis terhadap kerusakan
dari cahaya tinggi, dan memperbaiki kerusakan jika tidak terjadi. Pada
praktikum yang kami lakukan yaitu tentang kecepatan penggunaan oksigen dalam
proses respirasi, yang bertujuan untuk membuktikan bahwa pada proses respirasi
membutuhkan oksigen dan untuk membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses
respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan. Dalam praktikum ini, digunakan kecambah kacang hijau dan kecambah
kedelai karena kecambah dari kacang hijau dan kedelai sudah dapat melakukan
proses respirasi secara sempurna.
Pada pengamatan ini digunakan alat yang disebut respirometer.
Respirometer berfungsi untuk
mengukur jumlah oksigen yang diperlukan dalam respirasi. Langkah awal yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu menimbang kecambah kacang hijau dan kecambah
kedelai dengan berat yang bervariasi, yaitu 3 gram, 6 gram, 9 gram dan 12 gram.
Setelah itu kecambah 3 gram yang telah dihitung dimasukkan ke dalam tabung yang
telah diisi oleh KOH yang dibungkus oleh kapas. KOH berfungsi untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan
dari eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Akibatnya udara di dalam tabung lama-kelamaan
habis dan akhirnya oksigen dari luar akan tertarik masuk ke dalam tabung
respirometer melalui selang karet. Masuknya oksigen dari luar ini ditandai
dengan naiknya larutan eosin yang dimasukkan dalam pipa kaca.
Jadi dapat dibuktikan bahwa dalam
respirasi dibutuhkan oksigen. Selanjutnya adalah memasukkan eosin pada ujung
pipa kapiler dengan menggunakan pipet tetes sebanyak satu tetes, dan kemudian
mengamati pergerakan eosin tiap satu menit selama 10 kali. Fungsi dari eosin
ini adalah sebagai penanda untuk melihat kecepatan penggunaan oksigen yang
dilakukan oleh kecambah dengan melihat pergerakan dari cairan eosin tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan pada kecambah dengan berat 6 gr, 9 gr dan 12 gr.
Telah diketahui bahwa hasil akhir
dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi bila
substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas
terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2
dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi
seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya
digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh.
Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa
dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Hasil akhir dari proses respirasi
tersebut yang berupa CO2 dan H2O akan menjadi bahan baku
utama untuk terjadinya proses fotosintesis. CO2 dan H2O
dalam proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari dan klorofil akan
menjadi suatu senyawa karbohidrat yang kompleks serta oksigen. Hasil akhir dari
fotosintesis yang berupa karbohidrat serta oksigen akan menjadi bahan baku
utama untuk terjadinya proses respirasi. Pada proses respirasi karbohidrat
tersebut akan dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, sehingga antara
proses fotosintesis serta respirasi merupakan 2 proses penting dalam tubuh
tumbuhan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhisatu sama lain.
Hasil pengamatan yang
diperoleh dari percobaan pertama yaitu dengan menggunakan Kecambah kacang hijau
kecil adalah sebagai berikut:
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kacang hijau kecil dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin
per menit sebesar 0,102 ml.. Untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 6
gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,072 ml. Sedangkan untuk
kecambah kacang hijau kecil dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per
menit sebesar 0,088 ml dan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 12 gr
didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,12 ml. Dari hasil tersebut
diperoleh grafik yang naik turun untuk kecepatan cairan eosin. Pada kecambah
kacang hijau kecil dengan massa 6 gram menggalami kenaikan grafik ke 9 dan 12
gram. Hal ini dikarenakan makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan
oksigen semakin besar pula sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap
menitnya. Dimana kecepatan cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar
berat tumbuhan tersebut. Jika kita kaji dari faktor substrat, hasil yang
diperoleh sesuai dengan literatur, karena semakin berat suatu substrat maka
akan menyebabkan semakin tinggi laju respirasinya, otomatis kecepatan gerakan
eosin dalam pipa kapiler juga akan semakin cepat.
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kacang hijau kecil dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan
oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0339 ml. Untuk kecambah kacang hijau
kecil dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi
sebesar 0,0119 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 9
gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0098 ml
dan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 12 gr didapatkan hasil
kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0099 ml. Pada
pengamatan kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada
pengamatan kecambah kacang hijau kecil didapatkan bahwa kecepatan oksigennya
jika dilihat dari grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
Interval/waktu yaitu grafiknya merupakan suatu garis yang naik turun. Ini
menunjukkan bahwa berat tumbuhan seiring dengan interval yang ada tidak
berpengaruh pada proses respirasi. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan
dasar teori yang mengatakan bahwa semakin berat tumbuhan maka semakin cepat
proses respirasinya. Hal ini dikarenakan semakin berat tumbuhan massa semakin
banyak sel yang menyusunnya, sehinga semakin banyak pula oksigen yang
dibutuhkan untuk proses respirasi. Untuk mengimbangi hal tersebut maka tumbuhan
yang memiliki massa relatif tinggi melakukan respirasi yang semakin cepat.
Sedangkan jika dilihat pada hasil pengamatan berat kecambah 3 gram, 6 gram, 9
gram serta 12 gram grafik kecepatannya naik turun sehingga hasil pengamatan ini
tidak sesuai dengan dasar teori. Hal ini juga dikarenakan
kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung kecepatan respirasi. Menurut
literatur rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen
dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10. Namun praktikan menggunakan rumus
Interval/waktu, jadi hasil kecepatan
penggunaan oksigen yang diperoleh berbanding terbalik dengan kecepatan cairan
eosin.
Hasil pengamatan yang
diperoleh dari percobaan kedua yaitu dengan menggunakan Kecambah kacang hijau
besar adalah sebagai berikut:
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kacang hijau besar dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin
per menit sebesar 0,037 ml.. Untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 6
gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,054 ml. Sedangkan untuk
kecambah kacang hijau besar dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin
per menit sebesar 0,087 ml dan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat
12 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,104 ml. Dari hasil
tersebut diperoleh grafik yang naik untuk kecepatan cairan eosin. Hal ini
dikarenakan makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan oksigen semakin
besar pula sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap menitnya. Dimana
kecepatan cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar berat tumbuhan
tersebut. Jika kita
kaji dari faktor substrat, hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, karena
semakin berat suatu substrat maka akan menyebabkan semakin tinggi laju
respirasinya, otomatis kecepatan gerakan eosin dalam pipa kapiler juga akan
semakin meningkat.
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kacang hijau besar dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan
oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0124 ml. Untuk kecambah kacang hijau besar
dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar
0,0100 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 9 gr
didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0097 ml dan
untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan
oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0096 ml. Pada pengamatan kecepatan oksigen
pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada pengamatan kecambah kacang
hijau kecil didapatkan bahwa kecepatan oksigennya jika dilihat dari grafik
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Interval/waktu yaitu grafiknya
merupakan suatu garis yang naik turun. Ini menunjukkan bahwa berat tumbuhan
seiring dengan interval yang ada tidak berpengaruh pada proses respirasi. Hasil
pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori yang mengatakan bahwa semakin
berat tumbuhan maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan
semakin berat tumbuhan massa semakin banyak sel yang menyusunnya, sehinga
semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi. Untuk
mengimbangi hal tersebut maka tumbuhan yang memiliki massa relatif tinggi
melakukan respirasi yang semakin cepat. Sedangkan jika dilihat pada hasil pengamatan
berat kecambah 3 gram, 6 gram, 9 gram serta 12 gram grafik kecepatannya turun
sehingga hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori.
Hal ini juga dikarenakan kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung
kecepatan respirasi. Menurut literatur rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10.
Namun praktikan menggunakan rumus Interval/waktu, jadi hasil kecepatan penggunaan oksigen yang diperoleh
berbanding terbalik dengan kecepatan cairan eosin.
Hasil pengamatan yang
diperoleh dari percobaan kedua yaitu dengan menggunakan Kecambah kedelai adalah
sebagai berikut:
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kedelai dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per
menit sebesar 0,087 ml. Untuk kecambah kedelai dengan berat 6 gr didapatkan
hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,047 ml. Sedangkan untuk kecambah kedelai
dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,072 ml
dan untuk kecambah kedelai dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan eosin
per menit sebesar 0,103 ml. Dari hasil tersebut diperoleh grafik yang naik
turun untuk kecepatan cairan eosin. Pada kecambah kacang hijau kecil dengan
massa 6 gram menggalami kenaikan grafik ke 9 dan 12 gram. Hal ini dikarenakan
makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan oksigen semakin besar pula
sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap menitnya. Dimana kecepatan
cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar berat tumbuhan tersebut. Jika kita kaji dari faktor substrat,
hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, karena semakin berat suatu
substrat maka akan menyebabkan semakin tinggi laju respirasinya, otomatis
kecepatan gerakan eosin dalam pipa kapiler juga akan semakin meningkat.
Pada hasil pengamatan
dari kecambah kedelai dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada
proses respirasi sebesar 0,0291 ml. Untuk kecambah kedelai dengan berat 6 gr
didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0079 ml.
Sedangkan untuk kecambah kedelai dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan
oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0081 ml dan untuk kecambah kedelai dengan
berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0084
ml. Pada
pengamatan kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada
pengamatan kecambah kedelai didapatkan bahwa kecepatan
oksigennya jika dilihat dari grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
Interval/waktu yaitu grafiknya merupakan suatu garis yang naik turun. Ini
menunjukkan bahwa berat tumbuhan seiring dengan interval yang ada tidak
berpengaruh pada proses respirasi. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan
dasar teori yang mengatakan bahwa semakin berat tumbuhan maka semakin cepat
proses respirasinya. grafik yang terbentuk dari hasil perhitungan kecepatan
penggunaan oksigen didapatkan bahwa grafik membentuk suatu garis yang posisinya
naik turun. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori. Seharusnya garisnya
merupakan suatu garis lurus yang posisinya semakin naik seiring dengan
pertambahan interval dan berat massa. Kenaikan garis tersebut dikarenakan
tumbuhan yang memiliki massa yang tinggi maka sel yang hidup dalam tumbuhan
tersebut juga semakin tinggi sehingga semakin banyak energi yang dibutuhkan.
Untuk mencukupi hal tersebut tumbuhan melakukan proses respirasi yang semakin
cepat agar kebutuhan tumbuhan akan energi dapat terpenuhi.
Hal ini juga dikarenakan kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung
kecepatan respirasi. Menurut literatur rumus yang digunakan untuk menghitung
kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10.
Namun praktikan menggunakan rumus Interval/waktu, jadi hasil kecepatan penggunaan oksigen yang diperoleh
berbanding terbalik dengan kecepatan cairan eosin.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain:, bobot
dari tumbuhan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta
cahaya juga mempengaruhi rata-ratarespirasi tumbuhan. Selain itu juga respirasi
tumbuhan juga dipengaruhi oleh temperatur,, kadar 02 di udara, serta persediaan
air.
Jika kita bandingkan kecepatan
respirasi antara kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Dari dua
jenis kecambah tersebut, kecambah kacang hijau memiliki laju respirasi yang
lebih tinggi, hal ini ditinjau dari aspek substrat, yaitu :
§ Kacang
hijau (Phaseolus radiatus) memiliki
komposisi yang dapat dijadikan substrat respirasi berupa protein 22.2 gram,
lemak 1.2 gram, dan karbohidrat 62.9 gram dalam setiap 100 gram
§ Kacang
kedelai (Glycine max) memiliki komposisi yang dapat dijadikan substrat
respirasi berupa protein 30.2 gram, lemak 15,6 gram dan karbohidrat 30,1 gram
dalam setiap 100 gram
Seperti yang sudah
dijelaskan pada literatur bahwa sebenarnya tidak hanya karbohidrat yang menjadi
substat respirasi, lemak dan protein pun bisa menjadi substrat respirasi,
tetapi karbohidrat lebih cepat mengalami pembongkaran daripada lemak dan
protein sehingga diasumsikan bahwa karbohidrat menjadi substrat yang paling
berpengaruh pada laju respirasi, dari beberapa biji yang diujikan maka
kandungan karbohidrat dari kedua biji, yang memilki karbohidrat dalam jumlah
terbanyak adalah kacang hijau sehingga akan dihasilkan CO2 paling
tinggi (laju respirasi yang lebih tinggi). Dari hasil praktikum ini dapat kita
lihat bahwa hasil untuk respirasi kacang hijau cenderung lebih tinggi dari pada
laju respirasi kecambah kacang kedelai.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain: bobot
dari tumbuhan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta
cahaya juga mempengaruhi rata-ratarespirasi tumbuhan. Selain itu juga respirasi
tumbuhan juga dipengaruhi oleh temperatur, kadar 02 di udara, serta persediaan
air.
VI.
Penutup
6.1 Kesipulan
a) Dalam
proses respirasi dibutuhkan oksigen dan melepaskan karbondioksida sebagai hasil
pembuangan respirasi yang dibuktikan dengan bergeraknya cairan eosin pada pipa
kapiler.
b) Semakin
berat suatu tumbuhan maka semakin tinggi pula kecepatan penggunaan oksigen. Hal
ini dikarenakan semakin berat suatu tumbuhan maka kebutuhan akan oksigen
semakin tinggi.
Kecambah kacang hijau memiliki laju respirasi lebih tinggi
dibandingkan kecambah kacang kedelai, karena ketersediaan substrat pada kacang
hijau lebih tinggi dari pada kacang kedelai.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan respirasi pada tumbuhan antara lain adalah umur/usia
tumbuhan, berat tumbuhan, keadaan lingkungan sekitar tumbuhan, serta cahaya.
6.2 Saran
Sebaiknya asisten lebih
menjalaskan mengenai penggunaan rumus kecepatan penggunaan oksigen dalam proses
respirasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,
Subagyo, dan Rosanti. 2007. Pengaruh Air Terhadap Laju Respirasii Tanah Tambah
Pada Penggunaan Katul Padi Sebagaipriming Agent. Jurnal Ilmu Kelautan. ISSN 0853-7291. Vol. 12 (2): 67-68.
Campbell, 1999. Biologi
Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga.
Jakarta.
Ian J., Wright. 2005. Irradiance, temperature and rainfall influence leaf dark respiration in
woody plants: evidence from comparisons across 20 sites. Department of
Biological Sciences, Macquarie University, New South Wales 2109, Australia.
Kimball, Jhon.W. 1983. Biologi
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Lestari,
Solichatun, dan Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, Dan Laju
Respirasi Tanaman Garut (Maranta
Arundinacea L.) Setalah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurnal Bioteknologi. ISSN: 0216-6887.
Vol. 5 (1): 2.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi
Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta.
Lukman, Diah. 1997. Buku
Ajar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.
Mulyani, Sri
2008. Anatomi Tumbuhan. Surabaya.
Kanisius
Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.lackwell Publishing Ltd
kak boleh minta kontac personnya ? bales ya kak
BalasHapuska boleh minta kontak person nya ..saya mahasiswa untirta
BalasHapus