Kamis, 21 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN: KECEPATAN PENGGUNAAN OKSIGEN DALAM PROSES RESPIRASI



Description: Description: UNEJ

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
KECEPATAN PENGGUNAAN OKSIGEN DALAM PROSES RESPIRASI







 













Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
I.                Judul
Kecepatan Penggunaan Oksigen dalam Proses Respirasi

II.             Tujuan
2.1  Untuk membuktikan bahwa pada proses respirasi memerlukan oksigen
2.2  Untuk membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan

III.           Dasar Teori
            Respirasi menggambarkan berbagai proses yang menggunakan tanaman untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan (misalnya ATP) dan kerangka karbon (dibutuhkan untuk biosintesis). Substrat utama untuk respirasi adalah karbohidrat larut yang dihasilkan dalam fotosintesis. Energi diperlukan seluruh tanaman untuk pertumbuhan, reduksi nitrat dalam akar dan daun, simbiosis N2 fiksasi, penyerapan nutrisi dari tanah, sintesis dan floem, protein dan membran lipid, pemeliharaan ion gradien antara kompartemen selular, melindungi aparat fotosintesis terhadap kerusakan dari cahaya tinggi, dan memperbaiki kerusakan jika tidak terjadi. Bila dikombinasikan, respirasi yang terjadi di atas dan di bawah tanah dari tanaman merupakan 30-65 % dari total CO2 yang dilepaskan ke atmosfer pada tingkat ekosistem, dengan daun respirasi berkontribusi antara 30 dan 60 % dari total tersebut (Ian, 2005).
            Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energi dengan cara menguraikan bahan-bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses pernapasan aerob/anaerab akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbon dioksida yang dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas-gas tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada kulit batang. Akar yang berada dalam tanah juga dapat melakukan proses keluar masuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar dari tanah. Akar ini disebut akar panas. Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengan fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983).
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga peningkatan fotosintat akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman. Untuk mencapai produksi yang tinggi tanaman memerlukan faktor-faktor tumbuh yang optimum baik berupa hormon yang dihasilkan oleh tanaman sendiri maupun zat pengatur tumbuh. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, air dan zat hara yang berkaitan erat dengan lingkungan berupa kondisi tanah, daerah dan iklim juga mempengaruhi produksi tanaman  (Lestari, 2008).
Reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 ®6 CO2 + 6 H2O
            Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Proses respirasi ini menghasilkan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Ross, 1995).
Ditinjau dari kebutuhannya  akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.     Respirasi Aerobik (aerob): respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
C6H12O+ 6H2O –>>6H2O + 6CO+ 675 kal
2.     Respirasi Anaerobik (anaerob): respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogedn dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel-sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
C6H12ORagi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal
       Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan (Lukman, 1997).
Pada kondisi aerob pelepasan CO2 terutama berasal dari proses dekomposisi material organik secara aerob yaitu melalui proses respirasi. Sedangkan pada kondisi yang anaerob, pelepasan CO 2 terutama berasal dari proses dekomposisi material organik secara anaerob yaitu melalui proses fermentasi. Pada umumnya dekomposisi material organik secara aerob lebih cepat daripada dekomposisi material organik secara anaerob. Hal ini muncul dari fenomena energi yang dihasilkan pada respirasi aerob yang jauh lebih tinggi daripada respirasi anaerob. Pada respirasi aerob dihasilkan 38 ATP sedangkan pada respirasi anaerob hanya dihasilkan 2 ATP. Perbedaan energi sangat besar ini menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan, yang selanjutnya berpengaruh nyata pada laju dekomposisi. Tetapi ada penelitian yang menunjukkan fenomena laju dekomposisi pada kondisi anaerob jauh lebih tinggi daripada dekomposisi pada kondisi aerob (Azizah, 2007).
            Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dijelaskan sebagai berikut :
a.      Ketersediaan substrat
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat
b.     Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama
c.      Suhu
Umumnya, laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
Adapun pengaruh yang terdapat dari suhu. Faktor ini sangat berkaitan dengan faktor Q10, dimana suhu dan laju reaksi respirasi berubah secara bersamaan, yaitu setiap kali suhu naik sebesar 10­o C, maka laju respirasi juga meningkat. Demikian juga pada suhu 0oC, laju repirasi sangat rendah. Apabila suhu tersebut naik sampai 35-45oC maka perlajuan respirasi sangat cepat, akan tetapi temperature yang terlalu panas akan menurunkannya. Hal ini dikarenakan oleh enzim-enzim yang mengalami denaturasi pada suhu di atas 45oC (Mulyani, 2007).
d.     Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua (Ross, 1995).

IV.           Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
Bahan
-        Kecambah kedelai, kacang hijau kecil dan besar segar
-        Kristal KOH / NaOH
-        Kapas
-        Vaselin
-        Eosin
Alat
-        Unit respirometer
-        Beaker glass
-        Pipet
-        Timbangan
-        Stopwatch

4.2  Cara Kerja











Rounded Rectangle: Menimbang kecambah sebanyak 3, 6, 9 dan 12 gram






Rounded Rectangle: Memasukkan kedalam respirometer, memasukkan pula kristal KOH / NaOH yang telah dibungkus kapas






Rounded Rectangle: Menutup tabung dengan pipa kapiler yang terdapat pada respirometer, melapisi dengan vaselin






Rounded Rectangle: Meletakkan respirometer pada posisi horizontal






Rounded Rectangle: Memasukkan eosin kedalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet tetes sebanyak 1 tetes






Rounded Rectangle: Mengamati dan mengukur kecepatan gerakan cairan tiap satu menit sampai 10 kali






Rounded Rectangle: Menghitung kecepatan penggunaan O2 tiap menit dalam tiap gram kecambah





Rounded Rectangle: Melakukan untuk berat kecambah 6, 9 dan 12 gram
 































V.              Pembahasan

            Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi menggambarkan berbagai proses yang menggunakan tanaman untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan (misalnya ATP) dan kerangka karbon (dibutuhkan untuk biosintesis). Substrat utama untuk respirasi adalah karbohidrat larut yang dihasilkan dalam fotosintesis. Energi diperlukan seluruh tanaman untuk pertumbuhan, reduksi nitrat dalam akar dan daun, simbiosis N2 fiksasi, penyerapan nutrisi dari tanah, sintesis dan floem, protein dan membran lipid, pemeliharaan ion gradien antara kompartemen selular, melindungi aparat fotosintesis terhadap kerusakan dari cahaya tinggi, dan memperbaiki kerusakan jika tidak terjadi. Pada praktikum yang kami lakukan yaitu tentang kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi, yang bertujuan untuk membuktikan bahwa pada proses respirasi membutuhkan oksigen dan untuk membuktikan bahwa keperluan oksigen dalam proses respirasi dipengaruhi oleh berat tumbuhan. Dalam praktikum ini,  digunakan kecambah kacang hijau dan kecambah kedelai karena kecambah dari kacang hijau dan kedelai sudah dapat melakukan proses respirasi secara sempurna.
Pada pengamatan ini digunakan alat yang disebut respirometer. Respirometer berfungsi untuk mengukur jumlah oksigen yang diperlukan dalam respirasi. Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu menimbang kecambah kacang hijau dan kecambah kedelai dengan berat yang bervariasi, yaitu 3 gram, 6 gram, 9 gram dan 12 gram. Setelah itu kecambah 3 gram yang telah dihitung dimasukkan ke dalam tabung yang telah diisi oleh KOH yang dibungkus oleh kapas. KOH berfungsi untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Akibatnya udara di dalam tabung  lama-kelamaan habis dan akhirnya oksigen dari luar akan tertarik masuk ke dalam tabung respirometer melalui selang karet. Masuknya oksigen dari luar ini ditandai dengan naiknya larutan eosin yang dimasukkan dalam pipa kaca. Jadi dapat  dibuktikan bahwa dalam respirasi dibutuhkan oksigen. Selanjutnya adalah memasukkan eosin pada ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet tetes sebanyak satu tetes, dan kemudian mengamati pergerakan eosin tiap satu menit selama 10 kali. Fungsi dari eosin ini adalah sebagai penanda untuk melihat kecepatan penggunaan oksigen yang dilakukan oleh kecambah dengan melihat pergerakan dari cairan eosin tersebut. Hal yang sama juga dilakukan pada kecambah dengan berat 6 gr, 9 gr dan 12 gr.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Hasil akhir dari proses respirasi tersebut yang berupa CO2 dan H2O akan menjadi bahan baku utama untuk terjadinya proses fotosintesis. CO2 dan H2O dalam proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari dan klorofil akan menjadi suatu senyawa karbohidrat yang kompleks serta oksigen. Hasil akhir dari fotosintesis yang berupa karbohidrat serta oksigen akan menjadi bahan baku utama untuk terjadinya proses respirasi. Pada proses respirasi karbohidrat tersebut akan dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana, sehingga antara proses fotosintesis serta respirasi merupakan 2 proses penting dalam tubuh tumbuhan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhisatu sama lain.
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan pertama yaitu dengan menggunakan Kecambah kacang hijau kecil adalah sebagai berikut:
 
Pada hasil pengamatan dari kecambah kacang hijau kecil dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,102 ml.. Untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,072 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,088 ml dan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,12 ml. Dari hasil tersebut diperoleh grafik yang naik turun untuk kecepatan cairan eosin. Pada kecambah kacang hijau kecil dengan massa 6 gram menggalami kenaikan grafik ke 9 dan 12 gram. Hal ini dikarenakan makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan oksigen semakin besar pula sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap menitnya. Dimana kecepatan cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar berat tumbuhan tersebut. Jika kita kaji dari faktor substrat, hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, karena semakin berat suatu substrat maka akan menyebabkan semakin tinggi laju respirasinya, otomatis kecepatan gerakan eosin dalam pipa kapiler juga akan semakin cepat.

Pada hasil pengamatan dari kecambah kacang hijau kecil dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0339 ml. Untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0119 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0098 ml dan untuk kecambah kacang hijau kecil dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0099 ml. Pada pengamatan kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada pengamatan kecambah kacang hijau kecil didapatkan bahwa kecepatan oksigennya jika dilihat dari grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Interval/waktu yaitu grafiknya merupakan suatu garis yang naik turun. Ini menunjukkan bahwa berat tumbuhan seiring dengan interval yang ada tidak berpengaruh pada proses respirasi. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori yang mengatakan bahwa semakin berat tumbuhan maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan semakin berat tumbuhan massa semakin banyak sel yang menyusunnya, sehinga semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi. Untuk mengimbangi hal tersebut maka tumbuhan yang memiliki massa relatif tinggi melakukan respirasi yang semakin cepat. Sedangkan jika dilihat pada hasil pengamatan berat kecambah 3 gram, 6 gram, 9 gram serta 12 gram grafik kecepatannya naik turun sehingga hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori. Hal ini juga dikarenakan kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung kecepatan respirasi. Menurut literatur rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10. Namun praktikan menggunakan rumus Interval/waktu, jadi hasil  kecepatan penggunaan oksigen yang diperoleh berbanding terbalik dengan kecepatan cairan eosin.

Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kedua yaitu dengan menggunakan Kecambah kacang hijau besar adalah sebagai berikut:

Pada hasil pengamatan dari kecambah kacang hijau besar dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,037 ml.. Untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,054 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,087 ml dan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,104 ml. Dari hasil tersebut diperoleh grafik yang naik untuk kecepatan cairan eosin. Hal ini dikarenakan makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan oksigen semakin besar pula sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap menitnya. Dimana kecepatan cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar berat tumbuhan tersebut. Jika kita kaji dari faktor substrat, hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, karena semakin berat suatu substrat maka akan menyebabkan semakin tinggi laju respirasinya, otomatis kecepatan gerakan eosin dalam pipa kapiler juga akan semakin meningkat.

Pada hasil pengamatan dari kecambah kacang hijau besar dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0124 ml. Untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0100 ml. Sedangkan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0097 ml dan untuk kecambah kacang hijau besar dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0096 ml. Pada pengamatan kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada pengamatan kecambah kacang hijau kecil didapatkan bahwa kecepatan oksigennya jika dilihat dari grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Interval/waktu yaitu grafiknya merupakan suatu garis yang naik turun. Ini menunjukkan bahwa berat tumbuhan seiring dengan interval yang ada tidak berpengaruh pada proses respirasi. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori yang mengatakan bahwa semakin berat tumbuhan maka semakin cepat proses respirasinya. Hal ini dikarenakan semakin berat tumbuhan massa semakin banyak sel yang menyusunnya, sehinga semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi. Untuk mengimbangi hal tersebut maka tumbuhan yang memiliki massa relatif tinggi melakukan respirasi yang semakin cepat. Sedangkan jika dilihat pada hasil pengamatan berat kecambah 3 gram, 6 gram, 9 gram serta 12 gram grafik kecepatannya turun sehingga hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori. Hal ini juga dikarenakan kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung kecepatan respirasi. Menurut literatur rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10. Namun praktikan menggunakan rumus Interval/waktu, jadi hasil  kecepatan penggunaan oksigen yang diperoleh berbanding terbalik dengan kecepatan cairan eosin.

Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan kedua yaitu dengan menggunakan Kecambah kedelai adalah sebagai berikut:

Pada hasil pengamatan dari kecambah kedelai dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,087 ml. Untuk kecambah kedelai dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,047 ml. Sedangkan untuk kecambah kedelai dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,072 ml dan untuk kecambah kedelai dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan eosin per menit sebesar 0,103 ml. Dari hasil tersebut diperoleh grafik yang naik turun untuk kecepatan cairan eosin. Pada kecambah kacang hijau kecil dengan massa 6 gram menggalami kenaikan grafik ke 9 dan 12 gram. Hal ini dikarenakan makin berat tumbuhan kebutuhan akan penggunaan oksigen semakin besar pula sehingga cairan akan bergerak lebih cepat tiap menitnya. Dimana kecepatan cairan akan semakin tinggi dengan semakin besar berat tumbuhan tersebut. Jika kita kaji dari faktor substrat, hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur, karena semakin berat suatu substrat maka akan menyebabkan semakin tinggi laju respirasinya, otomatis kecepatan gerakan eosin dalam pipa kapiler juga akan semakin meningkat.

Pada hasil pengamatan dari kecambah kedelai dengan berat 3 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0291 ml. Untuk kecambah kedelai dengan berat 6 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0079 ml. Sedangkan untuk kecambah kedelai dengan berat 9 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0081 ml dan untuk kecambah kedelai dengan berat 12 gr didapatkan hasil kecepatan oksigen pada proses respirasi sebesar 0,0084 ml. Pada pengamatan kecepatan oksigen pada proses respirasi diperoleh suatu data, pada pengamatan kecambah kedelai didapatkan bahwa kecepatan oksigennya jika dilihat dari grafik hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Interval/waktu yaitu grafiknya merupakan suatu garis yang naik turun. Ini menunjukkan bahwa berat tumbuhan seiring dengan interval yang ada tidak berpengaruh pada proses respirasi. Hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan dasar teori yang mengatakan bahwa semakin berat tumbuhan maka semakin cepat proses respirasinya. grafik yang terbentuk dari hasil perhitungan kecepatan penggunaan oksigen didapatkan bahwa grafik membentuk suatu garis yang posisinya naik turun. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori. Seharusnya garisnya merupakan suatu garis lurus yang posisinya semakin naik seiring dengan pertambahan interval dan berat massa. Kenaikan garis tersebut dikarenakan tumbuhan yang memiliki massa yang tinggi maka sel yang hidup dalam tumbuhan tersebut juga semakin tinggi sehingga semakin banyak energi yang dibutuhkan. Untuk mencukupi hal tersebut tumbuhan melakukan proses respirasi yang semakin cepat agar kebutuhan tumbuhan akan energi dapat terpenuhi. Hal ini juga dikarenakan kesalahan dalam penggunaan rumus untuk menghitung kecepatan respirasi. Menurut literatur rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi adalah (Vn-Vn-1)/10. Namun praktikan menggunakan rumus Interval/waktu, jadi hasil  kecepatan penggunaan oksigen yang diperoleh berbanding terbalik dengan kecepatan cairan eosin.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain:, bobot dari tumbuhan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-ratarespirasi tumbuhan. Selain itu juga respirasi tumbuhan juga dipengaruhi oleh temperatur,, kadar 02 di udara, serta persediaan air.

Jika kita bandingkan kecepatan respirasi antara kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Dari dua jenis kecambah tersebut, kecambah kacang hijau memiliki laju respirasi yang lebih tinggi, hal ini ditinjau dari aspek substrat, yaitu :
§  Kacang hijau (Phaseolus radiatus) memiliki komposisi yang dapat dijadikan substrat respirasi berupa protein 22.2 gram, lemak 1.2 gram, dan karbohidrat 62.9 gram dalam setiap 100 gram
§  Kacang kedelai (Glycine max) memiliki komposisi yang dapat dijadikan substrat respirasi berupa protein 30.2 gram, lemak 15,6 gram dan karbohidrat 30,1 gram dalam setiap 100 gram
Seperti yang sudah dijelaskan pada literatur bahwa sebenarnya tidak hanya karbohidrat yang menjadi substat respirasi, lemak dan protein pun bisa menjadi substrat respirasi, tetapi karbohidrat lebih cepat mengalami pembongkaran daripada lemak dan protein sehingga diasumsikan bahwa karbohidrat menjadi substrat yang paling berpengaruh pada  laju respirasi, dari beberapa biji yang diujikan maka kandungan karbohidrat dari kedua biji, yang memilki karbohidrat dalam jumlah terbanyak adalah kacang hijau sehingga akan dihasilkan CO2 paling tinggi (laju respirasi yang lebih tinggi). Dari hasil praktikum ini dapat kita lihat bahwa hasil untuk respirasi kacang hijau cenderung lebih tinggi dari pada laju respirasi kecambah kacang kedelai.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain: bobot dari tumbuhan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-ratarespirasi tumbuhan. Selain itu juga respirasi tumbuhan juga dipengaruhi oleh temperatur, kadar 02 di udara, serta persediaan air.


VI.           Penutup
6.1  Kesipulan
a)     Dalam proses respirasi dibutuhkan oksigen dan melepaskan karbondioksida sebagai hasil pembuangan respirasi yang dibuktikan dengan bergeraknya cairan eosin pada pipa kapiler.
b)     Semakin berat suatu tumbuhan maka semakin tinggi pula kecepatan penggunaan oksigen. Hal ini dikarenakan semakin berat suatu tumbuhan maka kebutuhan akan oksigen semakin tinggi.
Kecambah kacang hijau memiliki laju respirasi lebih tinggi dibandingkan kecambah kacang kedelai, karena ketersediaan substrat pada kacang hijau lebih tinggi dari pada kacang kedelai.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi pada tumbuhan antara lain adalah umur/usia tumbuhan, berat tumbuhan, keadaan lingkungan sekitar tumbuhan, serta cahaya.
6.2  Saran
Sebaiknya asisten lebih menjalaskan mengenai penggunaan rumus kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.




DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Subagyo, dan Rosanti. 2007. Pengaruh Air Terhadap Laju Respirasii Tanah Tambah Pada Penggunaan Katul Padi Sebagaipriming Agent. Jurnal Ilmu Kelautan. ISSN 0853-7291. Vol. 12 (2): 67-68.
Campbell, 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Ian J., Wright. 2005. Irradiance, temperature and rainfall influence leaf dark respiration in woody plants: evidence from comparisons across 20 sites. Department of Biological Sciences, Macquarie University, New South Wales 2109, Australia.
Kimball, Jhon.W. 1983. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Lestari, Solichatun, dan Sugiyarto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Klorofil, Dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta Arundinacea L.) Setalah Pemberian Asam Giberelat (GA3). Jurnal Bioteknologi. ISSN: 0216-6887. Vol. 5 (1): 2.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta.
Lukman, Diah. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.
Mulyani, Sri 2008. Anatomi Tumbuhan. Surabaya. Kanisius
Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.lackwell Publishing Ltd


2 komentar: