Kamis, 21 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN: PEMBUKTIAN DAYA HISAP DAUN

Description: Description: UNEJ

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PEMBUKTIAN DAYA HISAP DAUN







Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.                Judul
Pembuktian Daya Hisap Daun

II.             Tujuan
Untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke atas daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya

III.           Tinjaun Pustaka
            Daya hisap daun mempunyai peranan penting sehingga air tanah dapat naik keatas. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya hisap daun antara lain terang teduhnya cahaya, banyak sedikitnya daun, kelembaban udara dan cukupnya air tanah. Air bergerak secara vertical melalui pembuluh xylem melawan gravitasi. Xylem terdiri dari empat macam sel yaitu trakeid, unsure pembuluh, serat dan parenkim xylem. Trakeid dan unsur pembuluh yang tersusun tegak berperan dalam pengangkutan cairan xylem. Trakeid dan unsur pembuluh adalah sel yang berbentuk panjang tapi trakeid lebih panjang serta lebih sempit daripada unsure pembuluh. keduanya berfungsi sebagai unsur mati artinya sesudah terbentuk dari proses pertumbuhandan diferensiasi sel meristematik, sel itu mati dan protoplasmanya diserap oleh sel lain. Namun sebelum mati terjadi beberapa perubahan pada dindingnya yang penting untuk lalu-lalang air. Salah satu perubahanya adalah terbentuknya dinding sekunder yang sebagian besar terdiri dari selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang menutup sebagian besar dinding primer (Dwijoseputro, 1990).
            Air diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan :
1.     Menjadi penyusun utama protoplasma
2.     Menjadi pelarut bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan
3.     Menjadi alat transport untuk memindahkan zat hara
4.     Menjadi medium berlangsungnya reaksi metabolisme
5.     Menjadi bahan dasar-dasar untuk reaksi biokimia
6.     Mengatur turgor sel (untuk pembentangan dinding sel)
7.     Untuk mempertahankan temperature yang seragam diseluruh tubuh
8.     Alat gerak misalnya pada pulvinus tangkai daun (Mudakir, 2004).
            Tanaman yang berada pada daerah yang kondisi tanahnya kering atau memiliki kelembaban udara rendah akan mengalami transpirasi yang tinggi. Pada daerah ini fenomena tekanan akar tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena air di dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan menerima tekanan, tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan (tension). Jadi air bergerak ke atas karena adanya tarikan akibat terjadinya transpirasi dari daun sehingga menimbulkan daya hisap daun (Lakitan, 2004).
               Defisit air menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan fotosintesis dan rangkaian fisiologis yang disebabkannya. Proses yang paling dipengaruhi oleh deficit air adalah pertumbuhan sel. Kondisi stress air yang berat menyebabkan terhambatnya fotosintesis. Potensial air merupakan suatu ukuran basah atau keringnya suatu tanaman dan suatu indeks relative dari kondisi stress air yang sedang dialaminya (Charloq dan Setiado, 2005).
               Perubahan kandungan relative daun pada saat terjadi kekeringan menunjukkan perubahan volume sel atau kehilangan air dari jaringan tanaman. Defisit air juga mengurangi pertumbuhan dan mempengaruhi pengambilan nutrisi dari dalam tanah karena buruknya aktivitas akar. Berkurangnya pertumbuhan juga berhubungan dengan tekanan osmotic di dalam sel tanaman. Rendahnya potensial air di dalam tanah harus diimbangi dengan tekanan osmotic yang rendah pada sel tanaman untuk menjaga tekanan turgor (Charloq dan Setiado, 2005).
               Utuh terpasang daun matahari Hellanthus annuus dan bayangan daun Monstera deliciosa dan Hedera helix yang digunakan untuk mendapatkan kurva respon cahaya serapan CO2, isi zeaxanthin karotenoid (dibentuk oleh violaxanthin de-epoksidasi), serta pendinginan nonphotochemical (qNp) , dan konstanta laju disipasi energi radiationless (kD). Dua parameter terakhir dihitung dari penurunan klorofil fluoresensi di fotosistem tertutup 11 perangkap di menjenuhkan pulsa dalam terang. Di antara tiga spesies, kapasitas cahaya jenuh serapan CO2 berbeda secara luas dan saturasi cahaya serapan CO2 terjadi pada densitas foton fluks yang sangat berbeda. Pemadaman fluoresens dan konten zeaxanthin menunjukkan fitur yang umum untuk semua tiga spesies: di bawah cahaya kejenuhan serapan CO2 pendinginan nonphotochemical terjadi tanpa adanya zeaxanthin dan tidak disertai dengan turunnya hasil fluoresensi seketika. Pendinginan Nonphotochemical, qw., Meningkat hingga nilai-nilai yang berkisar antara 0,35 dan 0,5 bila berdasarkan nilai kontrol dari hasil fluoresensi variabel ditentukan setelah 12 jam kegelapan. Sebagai saturasi cahaya serapan CO2 didekati, qNp menunjukkan peningkatan sekunder dan isi zeaxanthin dari daun mulai meningkat. Ini juga merupakan titik dari mana hasil fluoresensi seketika mulai berkurang. Peningkatan zeaxanthin disejajarkan dengan peningkatan tetapan laju untuk energi radiationless dissipaffon kD, yang membuka kemungkinan bahwa zeaxanthin berhubungan dengan santai cepat "energi tinggi negara pendinginan" di daun (Deming, 1989).
Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Lebih lanjut Yasemin (2005) menyatakan bahwa selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun (Purwanto, 2010)
               Beberapa faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya tekan akar adalah sebagai berikut:
1)     Tekanan akar: berdasarkan fakta bahwa jika batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar
2)     Kapilaritas: merupakan gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi
3)     Sel pemompa: pergerakan vertikal air dari akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup
4)     Kohesi: penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991).
Penyerapan air oleh tumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) meskipun faktor lingkungan di atmosfer juga mempengaruhi, tetapi perannya dikalahkan oleh faktor tanah. Faktor dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu :
1)     Kecepatan transpirasi : penyerapan air hamper setara dengan transpirasi (penguapan lewat daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal ini terjadi karena adanya transpirasi menyebabkan daya hisap daun sebagai akibat kohesi yang diteruskan lewat system hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keadaan permukaan daun
2)     Sistem perakaran : berbagai tumbuhan menunjukkan perakaran yang berbeda, baik pada pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena penyerapan terutama berlangsung di bulu akar, maka jumlah bulu akar yang terutama terjadi akibat percabangan akar, menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan perakaran yang sempit disebut mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang akarnya sedikit tetapi tumbuhan memanjang dan masuk jauh kedalam tanah disebut perakaran ekstensif
3)     Pertumbuhan pucuk : bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan banyak air, menyebabkan daya serap bertambah
4)     Metabolisme : karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka kecepatan metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya penyerapan. Metabolisme yang juga memungkinkan pertumbuhan akar lebih baik, sehingga makin banyak cabang akar/buluh akara yan terbentukan
Faktor luar yaitu :
1)     Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah terletak antara kapasitas lapang, penyerapan akan terhambat karena akar berada dalam lingkungan anaerob
2)     Konsentrasi/potensial osmotic air tanah : karena ke dalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul maka potensial osmotiknya akan berubah bila yang larut berkurang atau bertambah. Bila ion atau molekul yang larut terlalu banyak sehingga potensial osmotiknya terlalu tinggi, tumbuhan halofit mampu menyerap air dari larutan dengan potensial osmotic yang lebih besar dari tumbuhan halofitik
3)     Temperatur tanah : temperatur berhubungan terhadap penyerapan melalui berbagai cara yaitu bia temperature rendah, air menjadi lebih kental sehingga sukar bergerak, perbilitas plasma berkurang dan pertumbuhan akar terhambat
4)     Aerasi : aerasi yang tidak baik menghambat respirasi aerob sehingga energi untuk penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob terjadi, hasil akhir berupa alcohol yang dapat melarutkan lipoprotein membrane plasma sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2 naik, pH larutan tanah turun, kekentalan protoplasma naik dan permeabilitas akar terhadap air berkurang (Mudakir, 2004).
IV.           Metode Penelitian
4.1  Alat dan Bahan
Alat
-        Photometer
-        Beaker glass
-        Stopwatch
Bahan
-        Tumbuhan pacar air beserta daunnya
-        Air
-        Vaselin

4.2  Cara Kerja





Rounded Rectangle: Mengisi unit photometer melalui pipa berbentuk Y pada bagian yang berukuran besar hingga seluruh pipa penuh dengan air







Rounded Rectangle: Menutup ujung pipa kapiler dengan jari tangan







Rounded Rectangle: Mencegah terjadinya kebocoran atau penguapan air selain melalui tumbuhan percobaan dengan mengolesi ujung selang karet pipa Y dengan vaselin





Rounded Rectangle: Meletakkan satu unit percobaan di tempat teduh dan satu unit lagi di tempat yang terik





Rounded Rectangle: Mengamati berapa jumlah air yang dihisap oleh daun dengan melihat gerakan air dalam pipa kapiler setiap 5 menit
 





























V.              Hasil Pengamatan

Waktu pengamatan
Teduh 3 daun
Teduh 5 daun
Terik 3 daun
Terik 5 daun
Skala
Interv
Skala
Interv
Skala
Interv
Skala
Interv
5 menit
0,03
0,03
0,06
0,06
0,01
0,01
0,18
0,18
10 menit
0,07
0,04
0,1
0,05
0,04
0,03
0,27
0,9
15 menit
0,09
0,02
0,12
0,01
0,07
0,03
0,37
1
20 menit
0,13
0,04
0,20
0,08
0,12
0,05
0,45
0,8
25 menit
0,17
0,04
0,23
0,03
0,17
0,05
0,52
0,7

0,098
0,034
0,142
0,046
0,082
0,034
0,358
0,716



VI.           Pembahasan
            Pada praktikum ini yaitu tentang pembuktian daya hisap daun, yang bertujuan untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada percobaan yang kami lakukan kami menggunakan tumbuhan Impatiens balsamina. Tanaman ini dipilih untuk percobaan daya hisap daun karena batang tanaman ini bening sehingga mudah diamati, selain itu tanaman pacar air merupakan salah satu tumbuhan herba yang 90% penyusunnya adalah air serta sangat cepat bila menghisap air, sehingga tanaman pacar air sangat cocok untuk digunakan. Bahan yang kami gunakan untuk percobaan ini diantaranya adalah air, larutan Eosin, diberi cairan eusin, karena eusin merupakan zat yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kecepatan air yang dihisap oleh masing-masing tumbuhan. digunakan karena larutan berwarna merah sehingga jelas saat dilihat pergerakannya apabila dimasukkan ke dalam pipa kapiler  dan Vaseline digunakan untuk menutupi bagian dari sambungan-sambungan pipa atau bagian-bagian lain yang dikhawatirkan akan menyebabkan kebocoran. Vaseline digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran atau penguapan air selain melalui tumbuhan.
            Percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut photometer. Alat ini merupakan stimulasi yang terbuat dari gelas dengan bentuk pipa Y dan terdapat pipa kapiler yang memiliki skala pergerakan sehingga dapat diketahui pergerakan larutan saat percobaan dilakukan. Pertama, dengan cara mengisi unit photometer melalui pipa yang berbentuk Y pada bagian yang berukuran besar sampai seluruh pipa terisi penuh dengan air. Kemudian menyumbat dengan karet sampai rapat dan membiarkan ujung yang berkaret tersebut tetap terbuka dan menutup pipa kapiler dengan jari tangan. Lalu menyiapkan batang pacar air dengan ukuran yang sesuai dengan lubang karet, dan memotong batang pacar air tersebut dilakukan didalam air untuk mencegah agar udara tidak masuk pada pembuluh xylem. Lalu memasukkan ke dalam pipa Y sampai pangkal terendam dalam air. Untuk mencegah kebocoran atau penguapan air melalui tumbuhan percobaan dengan menyumbat ujung selang karet pipa Y dan sambungan pada pipa dengan plastisin. Kemudian meletakkan satu unit percobaan di tempat teduh dan satu unit percobaan di tempat terik. Dan mengamati kecepatan jumlah air yang di hisap oleh daun dengan melihat gerakan eusin pada pipa kapiler. Daun pada tumbuhan yang digunakan yaitu 3 dan 5 daun, hal ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan daya hisap daun berdasarkan jumlah daun pada tumbuhan tersebut.
           
220px-Potometer           







Gambar 1 (Fotometer)
            Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Hasil yang diperoleh kelompok 1 dengan perlakuan percobaan pada tempat teduh, dan dengan perlakuan yang sama yakni dengan menyisakan 3 daun pada tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,03 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,07 ml/s. Pada menit ke-15 kecepatannya adalah 0,09 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya meningkat menjadi 0,13 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin meningkat yakni 0,17 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,098 ml/s.
            Hasil yang diperoleh kelompok 2 dengan perlakuan percobaan pada tempat teduh, dan menyisakan 5 daun pada tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,06 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,1 ml/s. Pada menit ke-15 kecepatannya adalah 0,12 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya meningkat menjadi 0,2 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin meningkat yakni 0,23 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,034 ml/s.
            Hasil yang diperoleh kelompok 3 dengan perlakuan percobaan pada tempat terik, dan menyisakan 3 daun pada tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,01 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,04 ml/s. Pada menit ke-15 kecepatannya adalah 0,07 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya meningkat menjadi 0,12 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin meningkat yakni 0,17 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,082 ml/s.
            Hasil yang diperoleh kelompok 4 dengan perlakuan percobaan pada tempat terik, dan menyisakan 5 daun pada tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,18 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,27 ml/s. Pada menit ke-15 kecepatannya adalah 0,37 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya meningkat menjadi 0,45 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin meningkat yakni 0,52 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,358 ml/s.
            Sehingga didapatkan kesimpulan dari hasil percobaan bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan daya hisap daun yaitu tempat terik lebih cepat dibanding tempat teduh. Berdasarkan teori, bahwa daya hisap daun pada tempat terang umumnya akan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya hisap daun tanaman pada tempat yang teduh, hal ini dikarenakan pada tempat yang terang (terik) intensitas cahaya yang dimiliki yaitu cukup tinggi sehingga proses fotosintesis akan berlangsung cepat, dengan demikian maka air yang dibutuhkan pada tempat yang terik akan lebih banyak. Selain itu faktor eksternal yang mempengaruhi laju daya hisap daun suatu tanaman selain teduh teriknya suatu daerah juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.
            Suhu dan kelembaban juga memiliki pengaruh terhadap daya hisap daun. Pada suhu yang lebih tinggi daun memiliki daya hisap daun yang lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena suhu dan kelembaban memiliki pengaruh terhadap proses transpirasi yaitu dengan tujuan untuk membuang kelebihan panas yang diterima dari lingkungan luar, untuk mencegah kerusakan sel-sel luar dari tanaman. Sedangkan bila kelembaban udara lebih rendah, maka akan mempercepat juga proses transpirasi. Kelembaban yang rendah memakasa air yang ada pada rongga jaringan bunga karang yang jenuh untuk mengeluarkan kelebihan airnya. Proses transpirasi yang cepat memaksa air yang ada dalam tanah untuk naik kedaun, menggantikan ruangan kosong dari tempat air yang telah menguap.
            Untuk pengaruh faktor internal yaitu jumlah daun dapat dilihat, berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka di dapatkan hasil untuk tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina) berdaun 5 kecepatan rata-rata dalam menghisap air yaitu sebesar 0,142 ml untuk tempat teduh sedangkan untuk tempat terik kecepatan rata-rata sebesar 0,358 ml, untuk berdaun 3 kecepatan rata-rata dalam menghisap air yaitu sebesar 0,098 ml untuk tempat teduh sedangkan untuk tempat terik kecepatan rata-rata sebesar 0,082 ml. Hal ini bisa saja terjadi karena selain banyaknya jumlah daun, lebar dan luas permukaan daun pada tanaman juga turut mempengaruhi kecepatan daya hisap daun,  dimana semakin luas permukaan daun maka proses fotosintesis akan berlangsung lebih cepat karena banyak nya stomata, akibatnya maka akan banyak air yang diserap untuk fotosintesis, sehingga laju daya hisap daun akan lebih tinggi. Dengan demikian maka laju daya hisap daun pada daun berjumlah 5 lebih cepat bila dibandingkan dengan daun berjumlah 3, dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kecepatan daya hisap daun, yaitu luas permukaan daun.                                                        Dapat diketahui bahwa terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi cepat tidaknya laju daya hisap daun pada suatu tanaman, faktor eksternal diantaranya terik teduhnya suatu tempat, suhu dan kelembaban dan faktor internal yang ada meliputi banyak sedikitnya jumlah daun, besar kecilnya daun, dan luas tidaknya permukaan daun.
            Beberapa penyebab kurang berhasil dalam melakukan percobaan diantaranya saat memberikan vaselin kurang rapat, sehingga tabung photometer bocor menyebabkan penguapan air yang terjadi tidak murni karena adanya daya hisap daun, selain itu juga ketika meletakkan tanaman pada photometer tidak diletakkan dalam bak air, sehingga xylem berisi udara dan menyebabkan daya hisap daun menjadi rendah, selain itu juga saat memasukkan larutan Eosin terkadang belum benar-benar masuk seutuhnya, faktor lain terjadi pada tanama yang digunakan pada percobaan tidak sama lebar daunnya sehingga terjadi perbedaan daya hisap daun.

VII.     Penutup
7.1 Kesimpulan
1.     Daya hisap daun merupakan suatu daya atau kemampuan daun untuk mengisap air dari sel-sel di sekelilingnya
2.     Kemampuan daya hisap daun ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
·       Cahaya : dengan intensitas cahaya yang tinggi maka proses fotosintesis akan berlangsung lancar, sehingga air yang dibutuhkan banyak, demikian pula sebaliknya
·       Kelembaban Udara : apabila kelembaban semakin meningkat, akibatnya jumlah air yang diserap juga rendah karena proses transpirasinya berjalan lambat demikian sebaliknya
·       Suhu : pada suhu rendah maka penyerapan air dan zat hara lebih cepat karena dipengaruhi oleh difusi osmosis begitu juga sebaliknya. Namun bila suhu terlalu tinggi maka menyebabkan kerusakan pada membran misalnya karena kebocoran protein
·       Jumlah Daun : semakin banyak jumlah daun, maka penyerapan zat hara atau air juga semakin meningkat, begitu sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan proses transpirasi karena semakin banyak jumlah daun makin memperluas bidang transpirasi

7.2  Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh valid



DAFTAR PUSTAKA


Charloq dan Hot Setiado. 2005. Analisis Stress Air terhadap Pertumbuhan Karet Unggul (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Jurnal komunikasi penelitian Vol. 17 (6), 2005, hal. 52.
Demmig-Adams, Barbara, Klaus Winter, Almuth Kruger, and Franz-Christian Czygan. 1989. Light Response of CO2 Assimilation, Dissipation of Excess Excitation Energy, and Zeaxanthin Content of Sun and Shade Leaves. Lehrstuhl fur Botanik 11 (B.D.-A., K.W.) and Lehrstuhl fur Pharmazeutische Biologie (A.K., F.-C.C.), Universitat Wurzburg, Mittlerer Dallenbergweg 64, 8700 Wurzburg, Federal Republic of Germany.
Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Gardner, F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.  Jakarta: UI press.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tanaman. Jember: Universitas Jember Press.
Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Kepadatan Gulma Teki dalam Kondisi Cekaman Kekeringan. Jurnal Agroland 17 (2): 85-90.
Tim Pembina Fisiologi Tanaman. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tanaman. Jember: Universitas Jember Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar