LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PEMBUKTIAN DAYA HISAP DAUN
Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
I.
Judul
Pembuktian
Daya Hisap Daun
II.
Tujuan
Untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke atas daun
disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
III.
Tinjaun
Pustaka
Daya
hisap daun mempunyai peranan penting sehingga air tanah dapat naik keatas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi daya hisap daun antara lain terang teduhnya
cahaya, banyak sedikitnya daun, kelembaban udara dan cukupnya air tanah. Air
bergerak secara vertical melalui pembuluh xylem melawan gravitasi. Xylem
terdiri dari empat macam sel yaitu trakeid, unsure pembuluh, serat dan parenkim
xylem. Trakeid dan unsur pembuluh yang tersusun tegak berperan dalam
pengangkutan cairan xylem. Trakeid dan unsur pembuluh adalah sel yang berbentuk
panjang tapi trakeid lebih panjang serta lebih sempit daripada unsure pembuluh.
keduanya berfungsi sebagai unsur mati artinya sesudah terbentuk dari proses
pertumbuhandan diferensiasi sel meristematik, sel itu mati dan protoplasmanya
diserap oleh sel lain. Namun sebelum mati terjadi beberapa perubahan pada
dindingnya yang penting untuk lalu-lalang air. Salah satu perubahanya adalah
terbentuknya dinding sekunder yang sebagian besar terdiri dari selulosa,
lignin, dan hemiselulosa yang menutup sebagian besar dinding primer
(Dwijoseputro, 1990).
Air diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian
terbesar tubuh tumbuhan yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi
tumbuhan :
1.
Menjadi penyusun
utama protoplasma
2.
Menjadi pelarut
bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan
3.
Menjadi alat transport
untuk memindahkan zat hara
4.
Menjadi medium
berlangsungnya reaksi metabolisme
5.
Menjadi bahan
dasar-dasar untuk reaksi biokimia
6.
Mengatur turgor
sel (untuk pembentangan dinding sel)
7.
Untuk
mempertahankan temperature yang seragam diseluruh tubuh
8.
Alat gerak
misalnya pada pulvinus tangkai daun (Mudakir, 2004).
Tanaman yang berada pada daerah yang
kondisi tanahnya kering atau memiliki kelembaban udara rendah akan mengalami
transpirasi yang tinggi. Pada daerah ini fenomena tekanan akar tidak terlihat.
Hal ini disebabkan karena air di dalam pembuluh xilem tidak dalam keadaan
menerima tekanan, tetapi sebaliknya sedang mengalami tarikan (tension). Jadi
air bergerak ke atas karena adanya tarikan akibat terjadinya transpirasi dari
daun sehingga menimbulkan daya hisap daun (Lakitan, 2004).
Defisit air menyebabkan gangguan
pada pertumbuhan dan fotosintesis dan rangkaian fisiologis yang disebabkannya.
Proses yang paling dipengaruhi oleh deficit air adalah pertumbuhan sel. Kondisi
stress air yang berat menyebabkan terhambatnya fotosintesis. Potensial air
merupakan suatu ukuran basah atau keringnya suatu tanaman dan suatu indeks
relative dari kondisi stress air yang sedang dialaminya (Charloq dan Setiado,
2005).
Perubahan kandungan relative daun
pada saat terjadi kekeringan menunjukkan perubahan volume sel atau kehilangan
air dari jaringan tanaman. Defisit air juga mengurangi pertumbuhan dan
mempengaruhi pengambilan nutrisi dari dalam tanah karena buruknya aktivitas
akar. Berkurangnya pertumbuhan juga berhubungan dengan tekanan osmotic di dalam
sel tanaman. Rendahnya potensial air di dalam tanah harus diimbangi dengan
tekanan osmotic yang rendah pada sel tanaman untuk menjaga tekanan turgor
(Charloq dan Setiado, 2005).
Utuh terpasang daun matahari Hellanthus annuus dan
bayangan daun Monstera deliciosa dan Hedera helix yang digunakan untuk
mendapatkan kurva respon cahaya serapan CO2, isi zeaxanthin karotenoid
(dibentuk oleh violaxanthin de-epoksidasi), serta pendinginan nonphotochemical
(qNp) , dan konstanta laju disipasi energi radiationless (kD). Dua parameter
terakhir dihitung dari penurunan klorofil fluoresensi di fotosistem tertutup 11
perangkap di menjenuhkan pulsa dalam terang. Di antara tiga spesies, kapasitas
cahaya jenuh serapan CO2 berbeda secara luas dan saturasi cahaya serapan CO2
terjadi pada densitas foton fluks yang sangat berbeda. Pemadaman fluoresens dan
konten zeaxanthin menunjukkan fitur yang umum untuk semua tiga spesies: di
bawah cahaya kejenuhan serapan CO2 pendinginan nonphotochemical terjadi tanpa
adanya zeaxanthin dan tidak disertai dengan turunnya hasil fluoresensi
seketika. Pendinginan Nonphotochemical, qw., Meningkat hingga nilai-nilai yang
berkisar antara 0,35 dan 0,5 bila berdasarkan nilai kontrol dari hasil
fluoresensi variabel ditentukan setelah 12 jam kegelapan. Sebagai saturasi
cahaya serapan CO2 didekati, qNp menunjukkan peningkatan sekunder dan isi
zeaxanthin dari daun mulai meningkat. Ini juga merupakan titik dari mana hasil
fluoresensi seketika mulai berkurang. Peningkatan zeaxanthin disejajarkan
dengan peningkatan tetapan laju untuk energi radiationless dissipaffon kD, yang
membuka kemungkinan bahwa zeaxanthin berhubungan dengan santai cepat
"energi tinggi negara pendinginan" di daun (Deming, 1989).
Cekaman
air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan
karbondioksida dan produksi berat kering. Lebih lanjut Yasemin (2005)
menyatakan bahwa selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju
fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan
transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun (Purwanto,
2010)
Beberapa faktor
yang yang dapat menyebabkan terjadinya daya hisap daun dan daya tekan akar
adalah sebagai berikut:
1)
Tekanan akar: berdasarkan fakta bahwa jika
batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air
raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang
berasal dari akar
2)
Kapilaritas: merupakan gejala yang timbul
akibat interaksi antara permukaan benda padat dengan benda cair yang
menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar,
misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan
tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi
3)
Sel pemompa: pergerakan vertikal air dari
akar ke daun adalah karena adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa
air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana
pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman
(pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup
4)
Kohesi: penyerapan vertikal air dalam
tanaman dapat dijelaskan dengan tiga elemen atau konsep kohesi yaitu: adanya
perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong,
adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul
air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga
keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem (Gardner, 1991).
Penyerapan air oleh
tumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) meskipun
faktor lingkungan di atmosfer juga mempengaruhi, tetapi perannya dikalahkan
oleh faktor tanah. Faktor dalam (disebut juga faktor tumbuhan) yaitu :
1) Kecepatan
transpirasi : penyerapan air hamper setara dengan transpirasi (penguapan lewat
daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal ini terjadi karena adanya
transpirasi menyebabkan daya hisap daun sebagai akibat kohesi yang diteruskan
lewat system hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi antara lain
ditentukan oleh banyaknya stomata dan keadaan permukaan daun
2) Sistem
perakaran : berbagai tumbuhan menunjukkan perakaran yang berbeda, baik pada
pertumbuhan maupun kemampuannya menembus tanah. Karena penyerapan terutama
berlangsung di bulu akar, maka jumlah bulu akar yang terutama terjadi akibat
percabangan akar, menentukan penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan
perakaran yang sempit disebut mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang
akarnya sedikit tetapi tumbuhan memanjang dan masuk jauh kedalam tanah disebut
perakaran ekstensif
3) Pertumbuhan
pucuk : bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan banyak air, menyebabkan
daya serap bertambah
4) Metabolisme
: karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka kecepatan metabolisme
terutama respirasi akan menentukan besarnya penyerapan. Metabolisme yang juga
memungkinkan pertumbuhan akar lebih baik, sehingga makin banyak cabang
akar/buluh akara yan terbentukan
Faktor
luar yaitu :
1) Ketersediaan
air tanah : tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan air tanah terletak
antara kapasitas lapang, penyerapan akan terhambat karena akar berada dalam
lingkungan anaerob
2) Konsentrasi/potensial
osmotic air tanah : karena ke dalam air tanah terlarut berbagai ion dan molekul
maka potensial osmotiknya akan berubah bila yang larut berkurang atau
bertambah. Bila ion atau molekul yang larut terlalu banyak sehingga potensial
osmotiknya terlalu tinggi, tumbuhan halofit mampu menyerap air dari larutan
dengan potensial osmotic yang lebih besar dari tumbuhan halofitik
3) Temperatur
tanah : temperatur berhubungan terhadap penyerapan melalui berbagai cara yaitu
bia temperature rendah, air menjadi lebih kental sehingga sukar bergerak,
perbilitas plasma berkurang dan pertumbuhan akar terhambat
4) Aerasi
: aerasi yang tidak baik menghambat respirasi aerob sehingga energi untuk
penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob terjadi, hasil akhir berupa
alcohol yang dapat melarutkan lipoprotein membrane plasma sehingga akar busuk.
Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2 naik, pH larutan tanah
turun, kekentalan protoplasma naik dan permeabilitas akar terhadap air
berkurang (Mudakir, 2004).
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
Alat
-
Photometer
-
Beaker glass
-
Stopwatch
Bahan
-
Tumbuhan pacar air beserta daunnya
-
Air
-
Vaselin
4.2 Cara Kerja
V.
Hasil
Pengamatan
Waktu
pengamatan
|
Teduh
3 daun
|
Teduh
5 daun
|
Terik
3 daun
|
Terik
5 daun
|
||||
Skala
|
Interv
|
Skala
|
Interv
|
Skala
|
Interv
|
Skala
|
Interv
|
|
5 menit
|
0,03
|
0,03
|
0,06
|
0,06
|
0,01
|
0,01
|
0,18
|
0,18
|
10 menit
|
0,07
|
0,04
|
0,1
|
0,05
|
0,04
|
0,03
|
0,27
|
0,9
|
15 menit
|
0,09
|
0,02
|
0,12
|
0,01
|
0,07
|
0,03
|
0,37
|
1
|
20 menit
|
0,13
|
0,04
|
0,20
|
0,08
|
0,12
|
0,05
|
0,45
|
0,8
|
25 menit
|
0,17
|
0,04
|
0,23
|
0,03
|
0,17
|
0,05
|
0,52
|
0,7
|
|
0,098
|
0,034
|
0,142
|
0,046
|
0,082
|
0,034
|
0,358
|
0,716
|
VI.
Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu tentang
pembuktian daya hisap daun, yang bertujuan untuk membuktikan bahwa air tanah
naik ke daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pada percobaan yang kami lakukan kami menggunakan tumbuhan Impatiens balsamina. Tanaman ini dipilih
untuk percobaan daya hisap daun karena batang tanaman ini bening sehingga mudah
diamati, selain itu tanaman pacar air merupakan salah satu tumbuhan herba yang
90% penyusunnya adalah air serta sangat cepat bila menghisap air, sehingga
tanaman pacar air sangat cocok untuk digunakan. Bahan yang kami gunakan untuk
percobaan ini diantaranya adalah air, larutan Eosin, diberi cairan eusin,
karena eusin merupakan zat yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
kecepatan air yang dihisap oleh masing-masing tumbuhan. digunakan karena
larutan berwarna merah sehingga jelas saat dilihat pergerakannya apabila
dimasukkan ke dalam pipa kapiler dan
Vaseline digunakan untuk menutupi bagian dari sambungan-sambungan pipa atau
bagian-bagian lain yang dikhawatirkan akan menyebabkan kebocoran. Vaseline
digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran atau penguapan air selain melalui
tumbuhan.
Percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut photometer. Alat ini merupakan stimulasi yang
terbuat dari gelas dengan bentuk pipa Y dan terdapat pipa kapiler yang memiliki
skala pergerakan sehingga dapat diketahui pergerakan larutan saat percobaan
dilakukan. Pertama, dengan cara mengisi unit photometer melalui pipa yang
berbentuk Y pada bagian yang berukuran besar sampai seluruh pipa terisi penuh
dengan air. Kemudian menyumbat dengan karet sampai rapat dan membiarkan ujung
yang berkaret tersebut tetap terbuka dan menutup pipa kapiler dengan jari
tangan. Lalu menyiapkan batang pacar air dengan ukuran yang sesuai dengan
lubang karet, dan memotong batang pacar air tersebut dilakukan didalam air
untuk mencegah agar udara tidak masuk pada pembuluh xylem. Lalu memasukkan ke
dalam pipa Y sampai pangkal terendam dalam air. Untuk mencegah kebocoran atau
penguapan air melalui tumbuhan percobaan dengan menyumbat ujung selang karet
pipa Y dan sambungan pada pipa dengan plastisin. Kemudian meletakkan satu unit
percobaan di tempat teduh dan satu unit percobaan di tempat terik. Dan
mengamati kecepatan jumlah air yang di hisap oleh daun dengan melihat gerakan
eusin pada pipa kapiler. Daun pada tumbuhan yang digunakan yaitu 3 dan 5 daun,
hal ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan daya hisap daun berdasarkan jumlah
daun pada tumbuhan tersebut.
Gambar 1 (Fotometer)
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut:
Hasil
yang diperoleh kelompok 1 dengan perlakuan percobaan pada tempat teduh, dan
dengan perlakuan yang sama yakni dengan menyisakan 3 daun pada tumbuhannya
diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap daunnya adalah
0,03 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,07 ml/s. Pada menit ke-15
kecepatannya adalah 0,09 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya meningkat menjadi
0,13 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin meningkat yakni 0,17 ml/s.
Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,098 ml/s.
Hasil
yang diperoleh kelompok 2 dengan perlakuan percobaan pada tempat teduh, dan
menyisakan 5 daun pada tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama
kecepatan daya hisap daunnya adalah 0,06 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya
adalah 0,1 ml/s. Pada menit ke-15 kecepatannya adalah 0,12 ml/s. Pada menit
ke-20 kecepatannya meningkat menjadi 0,2 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya
semakin meningkat yakni 0,23 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap
daunnya adalah 0,034 ml/s.
Hasil yang diperoleh kelompok 3
dengan perlakuan percobaan pada tempat terik, dan menyisakan 3 daun pada
tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap
daunnya adalah 0,01 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,04 ml/s. Pada
menit ke-15 kecepatannya adalah 0,07 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya
meningkat menjadi 0,12 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin
meningkat yakni 0,17 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya
adalah 0,082 ml/s.
Hasil yang diperoleh kelompok 4
dengan perlakuan percobaan pada tempat terik, dan menyisakan 5 daun pada
tumbuhannya diperoleh hasil yaitu pada 5 menit pertama kecepatan daya hisap
daunnya adalah 0,18 ml/s. Pada menit ke-10 kecepatannya adalah 0,27 ml/s. Pada
menit ke-15 kecepatannya adalah 0,37 ml/s. Pada menit ke-20 kecepatannya
meningkat menjadi 0,45 ml/s. Dan pada menit ke-25 kecepatannya semakin
meningkat yakni 0,52 ml/s. Dan diperoleh rata-rata kecepatan daya hisap daunnya
adalah 0,358 ml/s.
Sehingga
didapatkan kesimpulan dari hasil percobaan bahwa terdapat faktor eksternal yang
mempengaruhi kecepatan daya hisap daun yaitu tempat terik lebih cepat dibanding
tempat teduh. Berdasarkan teori, bahwa daya hisap daun pada tempat terang
umumnya akan lebih cepat bila dibandingkan dengan daya hisap daun tanaman pada
tempat yang teduh, hal ini dikarenakan pada tempat yang terang (terik)
intensitas cahaya yang dimiliki yaitu cukup tinggi sehingga proses fotosintesis
akan berlangsung cepat, dengan demikian maka air yang dibutuhkan pada tempat
yang terik akan lebih banyak. Selain itu faktor eksternal yang mempengaruhi
laju daya hisap daun suatu tanaman selain teduh teriknya suatu daerah juga
dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.
Suhu
dan kelembaban juga memiliki pengaruh terhadap daya hisap daun. Pada suhu yang
lebih tinggi daun memiliki daya hisap daun yang lebih besar. Hal ini dapat
terjadi karena suhu dan kelembaban memiliki pengaruh terhadap proses
transpirasi yaitu dengan tujuan untuk membuang kelebihan panas yang diterima
dari lingkungan luar, untuk mencegah kerusakan sel-sel luar dari tanaman.
Sedangkan bila kelembaban udara lebih rendah, maka akan mempercepat juga proses
transpirasi. Kelembaban yang rendah memakasa air yang ada pada rongga jaringan
bunga karang yang jenuh untuk mengeluarkan kelebihan airnya. Proses transpirasi
yang cepat memaksa air yang ada dalam tanah untuk naik kedaun, menggantikan
ruangan kosong dari tempat air yang telah menguap.
Untuk
pengaruh faktor internal yaitu jumlah daun dapat dilihat, berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan maka di dapatkan hasil untuk tanaman Pacar Air (Impatiens balsamina) berdaun 5 kecepatan
rata-rata dalam menghisap air yaitu sebesar 0,142 ml untuk tempat teduh
sedangkan untuk tempat terik kecepatan rata-rata sebesar 0,358 ml, untuk
berdaun 3 kecepatan rata-rata dalam menghisap air yaitu sebesar 0,098 ml untuk
tempat teduh sedangkan untuk tempat terik kecepatan rata-rata sebesar 0,082 ml.
Hal ini bisa saja terjadi karena selain banyaknya jumlah daun, lebar dan luas
permukaan daun pada tanaman juga turut mempengaruhi kecepatan daya hisap
daun, dimana semakin luas permukaan daun
maka proses fotosintesis akan berlangsung lebih cepat karena banyak nya
stomata, akibatnya maka akan banyak air yang diserap untuk fotosintesis,
sehingga laju daya hisap daun akan lebih tinggi. Dengan demikian maka laju daya
hisap daun pada daun berjumlah 5 lebih cepat bila dibandingkan dengan daun
berjumlah 3, dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kecepatan daya
hisap daun, yaitu luas permukaan daun. Dapat
diketahui bahwa terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi
cepat tidaknya laju daya hisap daun pada suatu tanaman, faktor eksternal
diantaranya terik teduhnya suatu tempat, suhu dan kelembaban dan faktor
internal yang ada meliputi banyak sedikitnya jumlah daun, besar kecilnya daun,
dan luas tidaknya permukaan daun.
Beberapa penyebab kurang berhasil dalam melakukan percobaan diantaranya saat memberikan vaselin kurang rapat, sehingga
tabung photometer bocor menyebabkan penguapan air yang terjadi tidak murni
karena adanya daya hisap daun, selain itu juga ketika meletakkan tanaman pada
photometer tidak diletakkan dalam bak air, sehingga xylem berisi udara dan
menyebabkan daya hisap daun menjadi rendah, selain itu juga saat memasukkan
larutan Eosin terkadang belum benar-benar masuk seutuhnya, faktor lain terjadi
pada tanama yang digunakan pada percobaan tidak sama lebar daunnya sehingga
terjadi perbedaan daya hisap daun.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
1. Daya
hisap daun merupakan suatu daya atau kemampuan daun untuk mengisap air dari
sel-sel di sekelilingnya
2. Kemampuan
daya hisap daun ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
· Cahaya
: dengan intensitas cahaya yang tinggi maka proses fotosintesis akan
berlangsung lancar, sehingga air yang dibutuhkan banyak, demikian pula
sebaliknya
· Kelembaban
Udara : apabila kelembaban semakin meningkat, akibatnya jumlah air yang diserap
juga rendah karena proses transpirasinya berjalan lambat demikian sebaliknya
· Suhu
: pada suhu rendah maka penyerapan air dan zat hara lebih cepat karena
dipengaruhi oleh difusi osmosis begitu juga sebaliknya. Namun bila suhu terlalu
tinggi maka menyebabkan kerusakan pada membran misalnya karena kebocoran
protein
· Jumlah
Daun : semakin banyak jumlah daun, maka penyerapan zat hara atau air juga
semakin meningkat, begitu sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan proses
transpirasi karena semakin banyak jumlah daun makin memperluas bidang
transpirasi
7.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan
percobaan agar hasil yang diperoleh valid
DAFTAR PUSTAKA
Charloq dan Hot Setiado. 2005. Analisis
Stress Air terhadap Pertumbuhan Karet Unggul (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Jurnal
komunikasi penelitian Vol. 17 (6),
2005, hal. 52.
Demmig-Adams,
Barbara, Klaus Winter, Almuth Kruger, and Franz-Christian Czygan. 1989. Light Response of CO2 Assimilation,
Dissipation of Excess Excitation Energy, and Zeaxanthin Content of Sun and
Shade Leaves. Lehrstuhl fur Botanik 11 (B.D.-A., K.W.) and Lehrstuhl fur
Pharmazeutische Biologie (A.K., F.-C.C.), Universitat Wurzburg, Mittlerer
Dallenbergweg 64, 8700 Wurzburg, Federal Republic of Germany.
Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Gardner,
F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI press.
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Mudakir,
Imam. 2004. Fisiologi Tanaman. Jember: Universitas Jember Press.
Purwanto. 2010. Kajian
Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Kepadatan Gulma Teki dalam Kondisi
Cekaman Kekeringan. Jurnal Agroland 17 (2): 85-90.
Tim Pembina Fisiologi Tanaman. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tanaman. Jember: Universitas Jember Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar