LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGUAPAN
AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI
Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
I.
Judul
Penguapan Air Melalui Proses
Transpirasi
II.
Tujuan
Untuk
mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses
transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya
III.
Tinjaun
Pustaka
Air merupakan salah satu faktor
penentu bagi keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam
tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses
masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh
tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air
dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau
hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di
sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi terjadi pada tumbuhan
dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme serta memberikan manfaat
bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan
dengan udara luar, yaitu jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting,
bunga, buah, dan bahkan akar. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan
transpirasi, akan tetapi biasanya yang dibicarakan adalah hanya transpirasi
yang melalui daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu
sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan
daun, dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara dibandingkan dengan
bagian tanaman yang lain (Dwidjoseputro, 1994).
Transpirasi ialah satu proses
kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air
diserap dari bulu akar tumbuhan,
kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Tidak
semua air yang diserap digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan
akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui
transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok
akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar –
besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar
transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan
daun-daun yang ada di uadara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti
terjadi; penguapan tak mungkin dicegahnya. Transpirasi pada tanaman itu lain daripada transpirasi pada manusia. Pada
manusia transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja
air, melainkan juga zat-zat sampah turut serta dikeluarkan dari badan (Dwijoseputro,
1994).
Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak
laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin
menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dikatakan nol (Fried, 2005).
Oleh karenanya menurut Justice dan Bass (1990) bahwa semakin tinggi suhu udara
dan semakin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat
(Putra, 2013)
It is widely accepted that plants
regulate stomatal aperture both to minimize water loss for a given amount of
carbon assimilated and to minimize xylem cavitation .C3 and C4 plants fix
carbon during the day and lose water from leaves as an unavoidable cost of
getting CO2 to the site of carboxylation. Although these plants are
generally expected to close their stomata at night to conserve water when
carbon gain is not occurring, significant nighttime leaf conductance (gnight)
and transpiration (Enight) have been observed in many C3 species across a wide range
of habitats (Howard, 2007).
Pada tanaman, transpirasi itu
pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral
dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan
penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat
dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan
air (Dwijoseputro, 1994).
Sinar menyebabkan membukanya
stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar
infra merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi
(Dwidjoseputro, 1994).
Daun juga sering
kali terbuka terhadap tingkat penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu
daun meningkatkan laju potensial kekurangan air. Kebanyakan air yang hilang
sebagai uap dari suatu daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam
yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomata,
dan hilang ke udara melalui pori stomata (tranpirasi stomata).
Kehilangan air dari daun
umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air kedalam daun dari berkas pembuluh
yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari
tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang
mempengaruhi pergerakannya.
Proses hilangnya air dalam
bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak diatas permukaan tanah
melewati stomata, lubang kutikula dan lentisel. Transpirasi pada tumbuhan yang
sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat
merugikan karena tumbuhan akan layu bahkan mati (Devlin, 1983).
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada
daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis
air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan
udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk
meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat.
Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada
air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air
akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas
melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini
menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan
kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak
suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh
daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik
transpirasional. ( Campbell, 2003 ) .
Transpirasi ditentukan oleh membuka
dan menutupnya stomata. Membuka menutupnya stoma ditentukan oleh turgor pada
sel penutup. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan akan
menutup apabila turgor sel rendah. Pada saat turgor tinggi maka dinding sel
penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang sehingga
celah menjadi terbuka. Naiknya turgor sel penutup ini disebabkan oleh adanya
air yang masuk dari sel tetangga. Akibatnya sel tetangga mengalami kekurangan
air dan selnya sedikit mengkerut dan menarik sel penutup ke belakang.
Sebaliknya, pada saat turgor sel penutup turun yang disenbabkan oleh kembalinya
air dari sel punutup ke sel tetangga, lalu sel tetangga akan mengembang lagi
dan mendorong sel penutup ke depan, sehingga akhirnya stomata menutup. Hal ini
dapat terjadi karena dinding sel penutup yang berhadapan di bagian celah
(stomata) memiliki dinding sel yang elastic , sehingga mudah membuka dan
menutup ( Reddy et al,. 2004).
Ada dua faktor yang mempengaruhi transpirasi, yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal transpirasi, antara lain:
1.
Cahaya mempengaruhi transpirasi dalam dua cara, yaitu
peningkatan tanspiration dengan meningkatnya suhu daun, dan hubungan erat
antara pembukaan stomata dengan intensitas cahaya. Semakin meningkat intensitas
cahaya sampai batas optimal, semakin lebar stomata membuka sehingga tranpirasi
semakin cepat.
2.
Kelembaban udara. Semakin lembab udaranya, maka laju
transpirasi akan semakin lambat.
3.
Temperatur udara. Semakin tinggi temperatur udara,
maka semakin cepat laju transpirasinya.
Faktor
internal transpirasi yang paling mempengaruhi adalah keadaan stomata; jumlah
stomata, distribusi, fitur struktural dan bagaimana stomata membuka (Roberts et
al,. 2000).
Transpirasi dapat
membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,
penyerapanair tidak mampu mengimbangi laju transpirasi,
Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu,layu permanent,
mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering,
perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap –
kapasitas lapangan (Salisburi,1992).
The
extent to which biomass production is limited by transpiration may vary with genetic
background, depending on how profligately water is used by the plant and on the
importance of factors other than transpiration that may also limit growth when
water is readily available. Although ABA may reduce assimilation by limiting gs, it may also improve
growth by increasing water status and cell turgor, or may influence growth and
development through direct effects on signaling pathways and cross talk with
other hormones. High transpiration rates are also important for leaf cooling in
hot environments, and breeding for high yields in such environments has led to
selection of cotton (Gossypium hirsutum) and wheat varieties with progressively
higher transpiration rates (Thompson, 2007).
IV.
Metodologi
Penelitian
4.1 Alat dan bahan
Alat
-
Gunting tanaman
-
Ember
-
Gelas ukur 10 ml
-
Timbangan
-
Gelas object dan penutup
-
Rak tabung
-
Mikroskop
Bahan
-
Batang/ranting Impatiens balsamina (Pacar Air)
-
Batang/ranting Bauhinia sp.
-
Minyak kelapa
-
Kuteks bening (cat kuku)
-
Timbangan
-
Kertas kuarto
-
Kertas grafik
4.2 Cara kerja
Perngaruh faktor dalam
4.3
Hasil Pengamatan
Kel.
|
Tumbuhan
|
Perlakuan
|
Laju Transpirasi
(ml/menit)
|
€ stomata
(mikroskop)
|
€ stomata/ lebar
daun
|
||||||
Waktu
|
Terang
|
Gelap
|
Kontrol
|
Terang
|
Gelap
|
Atas
|
Bawah
|
Atas
|
Bawah
|
||
3.
|
Pacar air
|
5
10
15
20
25
|
0
1
0
0
1
|
0
0
0
0
0
|
0
0
0
0
0
|
0.08
|
0
|
Gelap
|
Gelap
|
||
3
|
34
|
26.751
|
75.79
|
||||||||
Terang
|
Terang
|
||||||||||
23
|
49
|
146.5
|
1250
|
||||||||
4.
|
5
10
15
20
25
|
0.2
0
0.1
0
0
|
0.1
0
0
0
0
|
0
0
0
0
0
|
0.024
|
0.008
|
Gelap
|
Gelap
|
|||
22
|
46
|
140.1
|
129.9
|
||||||||
Terang
|
Terang
|
||||||||||
21
|
49
|
146.5
|
1250
|
||||||||
1.
|
Bauhinia sp.
|
5
10
15
20
25
|
0.1
0.1
0
0.05
0.1
|
0
0.1
0
0
0.1
|
0
0
0
0
0
|
0.0028
|
0.0016
|
Gelap
|
Gelap
|
||
2
|
21
|
61.14
|
624.03
|
||||||||
Terang
|
Terang
|
||||||||||
5
|
22
|
178.34
|
14267.515
|
||||||||
2.
|
5
10
15
20
25
|
0
0
0.1
0
2
|
0
0
0
0
0
|
0
0
0
0
0
|
0.084
|
0
|
Gelap
|
Gelap
|
|||
2
|
0
|
71.33
|
0
|
||||||||
Terang
|
Terang
|
||||||||||
1
|
0
|
43.31
|
0
|
V.
Pembahasan
Pada percobaan tentang penguapan air
melalui proses transpirasi yang bertujuan untuk mengetahui proses dan kecepatan
penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Kita tahu bahwa proses transpirasi merupakan satu proses
kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air.
Proses transpirasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam meliputi
besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak
sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor
luar yaitu meliputi radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara dan
keadaan air dalam tanah.
Kehilangan air transpirasi terjadi diseluruh
bagian tumbuhan yang langsung bersentuhan dengan atmosfir luar, terutama adalah
dari daun dan hampir seluruh transpirasi terjadi melalui pori-pori stomata.
Kutikula hanya melepaskan sejumlah uap air air, karena kutikula dari banyak
macam daun sangat tidak permiabel terhadap air. Fungsi transpirasi pada
tumbuhan, antara lain :
1. Meningkatkan daya isap daun pada proses
penyerapan air
2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan
jika terjadi penyerapan yang berlebihan
3. Dapat menumbuhkan tanaman
penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon
4. Mempengaruhi tanaman difusi
secara langsung tidak langsung memperlancar difusi sel
5. Mempengaruhi absorbsi air dan
mineral oleh akar
6. Mempengaruhi evaporasi dalam
sejumlah air
7. Mempertahankan kestabilan suhu daun
8. Mempengaruhi proses membuka dan
menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak mempengaruhi transpirasi
dan respirasi
Percobaan tersebut dilakukan dengan beberapa tahap
diantaranya yang pertama ialah memotong batang atau ranting tumbuhan Impatiens balsamina (Pacar air) dan Bauhinia sp. di bawah permukaan air.
Mengusahakan memotong batang tumbuhan selalu berada di dalam air, demikian juga
sewaktu memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur (usahakan
selalu terendam) hal ini bertujuan agar bekas potongan tidak tersumbat dengan
udara yang akan menghalangi penyerapan air. Kedua yang dilakukan yaitu mengisi
3 gelas ukur 10 ml dengan air sebanyak 8 ml (1 set). Kemudian yaitu memasukkan
potongan ranting tumbuhan ke dalam 2 gelas ukur yang telah disiapkan, sedangkan
1 gelas ukur lainnya dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai control. Setelah itu,
yaitu menetesi ketiga tabung (1 set) dengan minyak kelapa sampai seluruh
permukaan tertutup. Tujuannya yaitu agar air tidak menguap (mengalami
evaporasi). Lalu, langkah selanjutnya yaitu mencatat waktu pada saat memasukkan
daun dalam gelas. Setelah itu, meletakkan 1 gelas ukur di luar laboraturium
(terkena terik matahari), kemudian mencatat hasil pengamatan pada table data
pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit dengan membaca skala yang ada pada
gelas ukur. Langkah ke delapan yaitu mencatat jumlah air yang diuapkan setiap
periode tersebut dan menghitung rata – ratanya. Langkah selanjutnya yang
dilakukan ialah mengukur luas daun yang digunakan pada percobaan dengan salah
satu cara (metode penimbangan/metode dengan bantuan kertas grafik). Pada
langkah ini, kelompok kami menggunaka cara / metode dengan bantuan kertas
grafik. Dimana metode ini dilakukan dengan cara menjiplak daun pada kertas
grafik kemudian menghitung luas daun pada hasil jiplakan yang ada pada kertas
grafik. Setelah pengukuran luas daun, langkah selanjutnya adalah mengoleskan
kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan biarkan beberapa menit hingga
mongering. Setelah mongering, menarik kuteks dengan bantuan pinset dan kemudian
meletakkan diatas gelas obyek, memberi sedikit air dan menutup dengan gelas
penutup. Lalu, Mengamati dibawah mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan
menghitung jumlah stomata/mm2.
Hasil yang diperoleh dari percobaan
tentang kecepatan transpirasi pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) dan Bauhinia
sp. yang diletakkan pada tempat yang teduh dan tempat yang terik adalah sebagai
berikut;
Pacar air (Impatiens balsamina) kelompok 3 yang diletakkan pada tempat yang teduh
didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur
adalah 8 ml, pada 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit
berikutnya, volume air tersebut tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 8
ml. Diperoleh data rata-rata air menguap 0,1 ml. Laju transpirasi tumbuhan
tersebut adalah 0 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah
dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada
epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 3 stomata dan pada
epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 34 stomata.
Pacar air (Impatiens
balsamina) kelompok 3 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan
hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8
ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut tetap 8 ml,
pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,9 ml,
pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9
ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut juga tetap 7,9
ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu
menjadi 7,8 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tidak mengalami
perubahan volume yaitu tetap 7,8 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah
0,08 ml/menit. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata
yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh
jumlah stomata sebanyak 23 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh
stomata dengan jumlah 49 stomata.
Pacar air (Impatiens
balsamina) kelompok 4 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan
hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8
ml, pada 5 menit selanjutnya volume air tersebut menjadi 7,9 ml. Pada 10 menit,
15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit berikutnya, volume air tersebut
tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 7,9 ml. Laju transpirasi tumbuhan
tersebut adalah 0,008 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah
dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada
epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 22 stomata dan pada
epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 46 stomata.
Pacar air (Impatiens
balsamina) kelompok 4 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan
hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8
ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut 7,8 ml, pada
10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,8 ml,
pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,7
ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut juga tetap 7,7
ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu
menjadi 7,7 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tidak mengalami
perubahan volume yaitu tetap 7,7 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah
0,024 ml/menit. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata
yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh
jumlah stomata sebanyak 21 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh
stomata dengan jumlah 49 stomata.
Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 1 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan
hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8
ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut tetap menjadi
8 ml, pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi
7,9 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi
7,9 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap
menjadi 7,9 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami
perubahan yaitu menjadi 7,8 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut
tetap menjadi 7,9 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,0016 ml/s.
Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada
daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata
sebanyak 2 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan
jumlah 21 stomata.
Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 1 yang diletakkan pada tempat yang terik
didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur
adalah 8 ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut
menjadi 7,9 ml, pada 10 menit berikutnya
volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,8 ml, pada 15 menit berikutnya
volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,8 ml, pada 20 menit
berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,75 ml, pada 25 menit
selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,65 ml dan
pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 7,65 ml. Laju
transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,0028 ml/s. Berdasarkan
percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan
tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 5
stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 22
stomata.
Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 2 yang diletakkan pada tempat yang teduh
didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur
adalah 8 ml, pada 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit
terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 8 ml. Laju transpirasi tumbuhan
tersebut adalah 0 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah
dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada
epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 2 stomata dan pada
epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 0 stomata.
Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 2 yang diletakkan pada tempat yang terik
didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur
adalah 8 ml, pada 5 menit dan 10 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur
tersebut tetap menjadi 8 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas
ukur tersebut menjadi 7,9 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas
ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air
tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,7 ml dan pada 30 menit terakhir,
volume air tersebut tetap menjadi 7,7 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut
adalah 0,084 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung
jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun
atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 1 stomata dan pada epidermis bawah daun
diperoleh stomata dengan jumlah 0 stomata.
Pada masing-masing tanaman jika
dibandingkan hasil laju transpirasinya berdasarkan perlakuan pada tempat yang
teduh dan tempat yang terik diperoleh hasil bahwa laju transpirasi tanaman yang
diletakkan pada tempat yang terik lebih cepat dari pada di tempat yang teduh. Pada pacar air (Impatiens
balsamina) laju transpirasi pada tempat terik sebesar 0,08 dan 0,024 ml/s
sedangkan pada tempat yang teduh laju transpirasinya adalah 0 dan 0,008 ml/s.
Sedangkan pada Bauhinia sp. lajut
ranspirasi pada tempat terik lebih kecil dari pada tempat teduh, yaitu sebesar 0,0028
dan 0,084 ml/s sedangkan pada tempat yang teduh laju transpirasinya adalah 0,0016
dan 0 ml/s.
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
jika dibandingkan hasilnya maka laju transpirasi antara pacar air (Impatiens balsamina) dengan Bauhinia sp. berdasarkan luas permukaan
daunnya Bauhinia sp. lebih cepat
mengalami transpirasi dan laju trasnpirasinya lebih besar daripada pacar air (Impatiens balsamina) karena luas
permukaan daunnya lebih besar. Jika kita tinjau dari struktur batang kedua
jenis tumbuhan ini jelas berbeda. Batang tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) adalah batang basah
(herbaceous), yaitu batang lunak dan berair. Sedangkan batang tumbuhan
kupu-kupu (Bauhinia sp.) adalah
batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar
jaringannya terdiri atas kayu. Dari jenis batang, kita bisa menganalisis bahwa
laju transpirasi tumbuhan pacar air akan cenderung lebih lambat atau sedikit,
karena karakteristik tumbuhan berbatang basah adalah akan meminimalisir
kehilangan air untuk cadangan air dalam batang itu sendiri. Batang herbaceous
akan tetap melakukan proses transpirasi tetapi tidak dalam jumlah atau skala
yang berlebihan, proses kehilangan airnya sampai keadaan air dalam tumbuhan itu
seimbang. Berbeda dengan tumbuhan berkayu, yang jika kita tinjau dari krakteristiknya
struktur sudah berbeda. Tumbuhan berkayu memiliki susunan yang lebih kompleks,
selain itu proses pengangkutan air tidak akan banyak disimpan di dalam batang
karena jenis batang berkayu adalah kering, tidak basah seperti pada pacar air. Jadi proses transpirasi akan cenderung lebih
besar karena tidak perlu menyimpan cadangan air dalam batang dengan jumlah yang
besar.
Hal ini menandakan bahwa pada tempat
terik (dibawah cahaya matahari) terjadi proses transpirasi , karena sinar menyebabkan membukanya stomata dan pada
tempat gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
transpirasi sangat aktif. Karena sinar mengandung panas (terutama sinar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu.
Faktor
dalam yang juga mempengaruhi proses transpirasi adalah luas permukaan daun.
Semakin luas permukaan daun suatu tumbuhan maka proses transpirasinya akan
semakin besar, demikian pula sebaliknya, jika semakin kecil luas permukaan daun
suatu tumbuhan maka laju transpirasinya akan semakin rendah. Karena semakin luas permukaan daun maka
proses penyerapan air akan lebih luas dan kemungkinan kehilangan air permukaan
akan semakin besar, selain itu semakin luas suatu daun maka jumlah stomata yang
dimiliki akan semakin banyak pula.
Jumlah stomata pada daun tumbuha
akan mempengaruhi suatu laju transpirasi pada tumbuhan itu sendiri, karena
semakin banyak jumlah stomata maka kecenderungan air akan keluar (kehilangan
air) melalui stomata akan semakin besar.
VI. Penutup
6.1 Kesimpulan
-
Transpirasi merupakan proses kehilangan
air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan
tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata
-
Proses transpirasi dipengaruhi oleh faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi besar kecilnya daun, tebal
tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan banyak
sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar yaitu meliputi radiasi,
temperatur, kelembaban udara, tekanan udara dan keadaan air dalam tanah
-
Untuk tumbuhan yang berada di daerah terik
matahari mempunyai laju transpirasi yang lebih besar daripada tumbuhan di
tempat teduh. Karena cahaya matahari akan memacu proses transpirasi lebih besar
akibat kenaikan suhu pada daun dan membukanya stomata karena rangsang cahaya
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi
dalam melakukan percobaan dan harus disesuaikan dengan langkah kerjanya
sehingga hasil yang diperoleh sesuai
Daftar
Pustaka
Devlin,
R.M and K.H.Withan. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Dwijoseputro,
D. 1988. Pengantar Fisioogi Tumbuhan.
Jakarta : PT. Gramedia.
Howard , Ava R. and Lisa A. Donovan. Helianthus Nighttime Conductance and
Transpiration Respond to Soil Water But Not Nutrient Availability. Vol.
143, pp. 145–155. Department of Plant Biology, University of Georgia, Athens, Georgia
30602–7271
Putra, Gustiansyah Perdhana. Charloq, Jasmani Ginting. Respons Morfologi
Benih Karet (Hevea Brasiliensis Muell
Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Pemberianpeg 6000 Dalam Penyimpanan Pada Dua Masa
Pengeringan. Jurnal
Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 145-152,
Desember 2013
Reddy, S.M,
M.M. Rao, A.S. Reddy, M.M. Reddy, and S.J. Chavy. 2004. University Botany-3.
New Age International. New Delhi.
Roberts, M.,
Michael. R, and Brace, M. 2000. Advanced Biology. Nelson. United Kingdom.
Salisbury, F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition. California: Wadsworth Publishing Co. Belmount.
Thompson Andrew J., John Andrews. Plant Physiol. Overproduction of Abscisic Acid in Tomato Increases
Transpiration Efficiency and Root Hydraulic Conductivity and Influences Leaf
Expansion. Vol. 143, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar