Kamis, 21 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN: PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI


Description: Description: UNEJ

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI












 












Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.                Judul
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi

II.             Tujuan
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya

III.           Tinjaun Pustaka
            Air merupakan salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi terjadi pada tumbuhan dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme serta memberikan manfaat bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang dibicarakan adalah hanya transpirasi yang melalui daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain (Dwidjoseputro, 1994).
            Transpirasi ialah satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari bulu akar  tumbuhan, kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Tidak semua air yang diserap digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Transpirasi itu suatu akibat yang tidak dapat dielakkan. Luasnya permukaan daun-daun yang ada di uadara itu suatu kondisi yang menyebabkan penguapan mesti terjadi; penguapan tak mungkin dicegahnya. Transpirasi pada tanaman itu lain daripada transpirasi pada manusia. Pada manusia transpirasi dilakukan oleh kelenjar-kelenjar kulit, dimana bukan saja air, melainkan juga zat-zat sampah turut serta dikeluarkan dari badan (Dwijoseputro, 1994). 
Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dikatakan nol (Fried, 2005). Oleh karenanya menurut Justice dan Bass (1990) bahwa semakin tinggi suhu udara dan semakin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat (Putra, 2013)
            It is widely accepted that plants regulate stomatal aperture both to minimize water loss for a given amount of carbon assimilated and to minimize xylem cavitation .C3 and C4 plants fix carbon during the day and lose water from leaves as an unavoidable cost of getting CO2 to the site of carboxylation. Although these plants are generally expected to close their stomata at night to conserve water when carbon gain is not occurring, significant nighttime leaf conductance (gnight) and transpiration (Enight) have been observed in many C3 species across a wide range of habitats (Howard, 2007).
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakekatnya suatu penguapan air yang baru yang membawa garam-garam mineral dari dalam tanah. Pula, transpirasi juga bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagia dari sinar matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air (Dwijoseputro, 1994). 
Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi (Dwidjoseputro, 1994).
Daun juga sering kali terbuka terhadap tingkat penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju potensial kekurangan air. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap dari suatu daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomata, dan hilang ke udara melalui pori stomata (tranpirasi stomata).
Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air kedalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak diatas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula dan lentisel. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan layu bahkan mati (Devlin, 1983).
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional. ( Campbell, 2003 ) .
Transpirasi ditentukan oleh membuka dan menutupnya stomata. Membuka menutupnya stoma ditentukan oleh turgor pada sel penutup. Stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan akan menutup apabila turgor sel rendah. Pada saat turgor tinggi maka dinding sel penutup yang berhadapan pada celah stomata akan tertarik kebelakang sehingga celah menjadi terbuka. Naiknya turgor sel penutup ini disebabkan oleh adanya air yang masuk dari sel tetangga. Akibatnya sel tetangga mengalami kekurangan air dan selnya sedikit mengkerut dan menarik sel penutup ke belakang. Sebaliknya, pada saat turgor sel penutup turun yang disenbabkan oleh kembalinya air dari sel punutup ke sel tetangga, lalu sel tetangga akan mengembang lagi dan mendorong sel penutup ke depan, sehingga akhirnya stomata menutup. Hal ini dapat terjadi karena dinding sel penutup yang berhadapan di bagian celah (stomata) memiliki dinding sel yang elastic , sehingga mudah membuka dan menutup ( Reddy et al,. 2004).
Ada dua faktor yang mempengaruhi transpirasi, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal transpirasi, antara lain:
1.     Cahaya mempengaruhi transpirasi dalam dua cara, yaitu peningkatan tanspiration dengan meningkatnya suhu daun, dan hubungan erat antara pembukaan stomata dengan intensitas cahaya. Semakin meningkat intensitas cahaya sampai batas optimal, semakin lebar stomata membuka sehingga tranpirasi semakin cepat.
2.     Kelembaban udara. Semakin lembab udaranya, maka laju transpirasi akan semakin lambat.
3.     Temperatur udara. Semakin tinggi temperatur udara, maka semakin cepat laju transpirasinya.
Faktor internal transpirasi yang paling mempengaruhi adalah keadaan stomata; jumlah stomata, distribusi, fitur struktural dan bagaimana stomata membuka (Roberts et al,. 2000).
Transpirasi dapat membahayakan  tanaman  jika  lengas  tanah  terbatas, penyerapanair  tidak mampu mengimbangi  laju  transpirasi, Ψw  sel  turun, Ψp menurun,  tanaman  layu,layu permanent, mati, hasil  tanaman menurun. Sering  terjadi di daerah kering, perlu  irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan (Salisburi,1992).
            The extent to which biomass production is limited by transpiration may vary with genetic background, depending on how profligately water is used by the plant and on the importance of factors other than transpiration that may also limit growth when water is readily available. Although ABA may reduce assimilation by limiting gs, it may also improve growth by increasing water status and cell turgor, or may influence growth and development through direct effects on signaling pathways and cross talk with other hormones. High transpiration rates are also important for leaf cooling in hot environments, and breeding for high yields in such environments has led to selection of cotton (Gossypium hirsutum) and wheat varieties with progressively higher transpiration rates (Thompson, 2007).

IV.           Metodologi Penelitian
4.1  Alat dan bahan
Alat
-        Gunting tanaman
-        Ember
-        Gelas ukur 10 ml
-        Timbangan
-        Gelas object dan penutup
-        Rak tabung
-        Mikroskop
Bahan
-        Batang/ranting Impatiens balsamina (Pacar Air)
-        Batang/ranting Bauhinia sp.
-        Minyak kelapa
-        Kuteks bening (cat kuku)
-        Timbangan
-        Kertas kuarto
-        Kertas grafik

4.2  Cara kerja
      Perngaruh faktor dalam
























Rounded Rectangle: Memotong batang atau rantin tumbuhan Impatiens balsamina dan Bauhinia sp. dibawah permukaan air. Mengusahakan pemotongan selalu dibawah air.






Rounded Rectangle: Mengisi  3 gelas ukur 10 mL dengan air sebanyak 6-7 mL






Rounded Rectangle: Segera memasukkan potongan batang atau ranting Impatiens balsamina dan Bauhinia sp. ke dalam gelas ukur di bawah permukaan air (tabung 1 ditempatkan di tempat terik, tabung 2 ditempatkan di tempat teduh, tabung 3 sebagai kontrol)






Rounded Rectangle: Meneteskan minyak pada masing-masing tabung sampai menutupi permukaan air (mencegah agar air yang ada didalam tabung tidak menguap)








Rounded Rectangle: Mengamati dan mencatat perubahan volume air yang terjadi dalam masing-masing gelas ukur setiap 5 menit selama 30 menit






Rounded Rectangle: Mencatat jumlah air yang diuapkan setiap periode tersebut dan menghitung rata-ratanya






Rounded Rectangle: Menimbang berat kertas quarto, kemudian membuat pola daun di atasnya, mengguntingnya kemudian menimbang guntingan pola daun tersebut






Rounded Rectangle: Mengukur luas daun menggunakan metode penimbangan dan metode bantuan kertas grafik






Rounded Rectangle: Mengoleskan kutex di bagian atas dan bawah daun dan ditunggu sampai kering






Rounded Rectangle: Menarik kutex yang sudah mengering kemudian mengamatinya menggunakan mikroskop untuk menghitung jumlah stomata pada bagian atas dan bawah daun






Rounded Rectangle: Menghitung luas bidang pandang dengan menggunakan rumus yang sudah ada pada dasar teori






Rounded Rectangle: Mengkonversikan jumlah stomata per satuan mm2 luas daun, kemudian menulis hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
 



















































 

4.3 Hasil Pengamatan
Kel.
Tumbuhan
Perlakuan
Laju Transpirasi (ml/menit)
€ stomata
(mikroskop)
€ stomata/ lebar daun
Waktu
Terang
Gelap
Kontrol
Terang
Gelap
Atas
Bawah
Atas
Bawah
3.
Pacar air
5
10
15
20
25
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0


0.08


0
Gelap
Gelap
3
34
26.751
75.79
Terang
Terang
23
49
146.5
1250
4.
5
10
15
20
25
0.2
0
0.1
0
0
0.1
0
0
0
0
0
0
0
0
0


0.024


0.008
Gelap
Gelap
22
46
140.1
129.9
Terang
Terang
21
49
146.5
1250
1.
Bauhinia sp.
5
10
15
20
25
0.1
0.1
0
0.05
0.1
0
0.1
0
0
0.1
0
0
0
0
0


0.0028


0.0016
Gelap
Gelap
2
21
61.14
624.03
Terang
Terang
5
22
178.34
14267.515
2.
5
10
15
20
25
0
0
0.1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0


0.084


0
Gelap
Gelap
2
0
71.33
0
Terang
Terang
1
0
43.31
0

V.              Pembahasan
            Pada percobaan tentang penguapan air melalui proses transpirasi yang bertujuan untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Kita tahu bahwa proses transpirasi merupakan satu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air.
            Proses transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar yaitu meliputi radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara dan keadaan air dalam tanah.
   Kehilangan air transpirasi terjadi diseluruh bagian tumbuhan yang langsung bersentuhan dengan atmosfir luar, terutama adalah dari daun dan hampir seluruh transpirasi terjadi melalui pori-pori stomata. Kutikula hanya melepaskan sejumlah uap air air, karena kutikula dari banyak macam daun sangat tidak permiabel terhadap air. Fungsi transpirasi pada tumbuhan, antara lain :
1.     Meningkatkan daya isap daun pada proses penyerapan air
2.     Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang berlebihan
3.     Dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta meningkatkan hormon 
4.     Mempengaruhi tanaman difusi   secara langsung tidak langsung  memperlancar difusi sel 
5.     Mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar 
6.     Mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air 
7.     Mempertahankan kestabilan suhu daun
8.     Mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak mempengaruhi transpirasi dan respirasi
Percobaan tersebut dilakukan dengan beberapa tahap diantaranya yang pertama ialah memotong batang atau ranting tumbuhan Impatiens balsamina (Pacar air) dan Bauhinia sp. di bawah permukaan air. Mengusahakan memotong batang tumbuhan selalu berada di dalam air, demikian juga sewaktu memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur (usahakan selalu terendam) hal ini bertujuan agar bekas potongan tidak tersumbat dengan udara yang akan menghalangi penyerapan air. Kedua yang dilakukan yaitu mengisi 3 gelas ukur 10 ml dengan air sebanyak 8 ml (1 set). Kemudian yaitu memasukkan potongan ranting tumbuhan ke dalam 2 gelas ukur yang telah disiapkan, sedangkan 1 gelas ukur lainnya dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai control. Setelah itu, yaitu menetesi ketiga tabung (1 set) dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup. Tujuannya yaitu agar air tidak menguap (mengalami evaporasi). Lalu, langkah selanjutnya yaitu mencatat waktu pada saat memasukkan daun dalam gelas. Setelah itu, meletakkan 1 gelas ukur di luar laboraturium (terkena terik matahari), kemudian mencatat hasil pengamatan pada table data pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit dengan membaca skala yang ada pada gelas ukur. Langkah ke delapan yaitu mencatat jumlah air yang diuapkan setiap periode tersebut dan menghitung rata – ratanya. Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah mengukur luas daun yang digunakan pada percobaan dengan salah satu cara (metode penimbangan/metode dengan bantuan kertas grafik). Pada langkah ini, kelompok kami menggunaka cara / metode dengan bantuan kertas grafik. Dimana metode ini dilakukan dengan cara menjiplak daun pada kertas grafik kemudian menghitung luas daun pada hasil jiplakan yang ada pada kertas grafik. Setelah pengukuran luas daun, langkah selanjutnya adalah mengoleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan biarkan beberapa menit hingga mongering. Setelah mongering, menarik kuteks dengan bantuan pinset dan kemudian meletakkan diatas gelas obyek, memberi sedikit air dan menutup dengan gelas penutup. Lalu, Mengamati dibawah mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan menghitung jumlah stomata/mm2.
            Hasil yang diperoleh dari percobaan tentang kecepatan transpirasi pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. yang diletakkan pada tempat yang teduh dan tempat yang terik adalah sebagai berikut;
             
            Pacar air (Impatiens balsamina) kelompok 3 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit berikutnya, volume air tersebut tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 8 ml. Diperoleh data rata-rata air menguap 0,1 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 3 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 34 stomata.
Pacar air (Impatiens balsamina) kelompok 3 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut tetap 8 ml, pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,9 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut juga tetap 7,9 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,8 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 7,8 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,08 ml/menit. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 23 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 49 stomata.
Pacar air (Impatiens balsamina) kelompok 4 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit selanjutnya volume air tersebut menjadi 7,9 ml. Pada 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit berikutnya, volume air tersebut tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 7,9 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,008 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 22 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 46 stomata.
Pacar air (Impatiens balsamina) kelompok 4 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut 7,8 ml, pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,8 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,7 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut juga tetap 7,7 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,7 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tidak mengalami perubahan volume yaitu tetap 7,7 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,024 ml/menit. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 21 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 49 stomata.
            Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 1 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut tetap menjadi 8 ml, pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,8 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 7,9 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,0016 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 2 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 21 stomata.
            Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 1 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut menjadi 7,9  ml, pada 10 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,8 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,8 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,75 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,65 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 7,65 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,0028 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 5 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 22 stomata.
            Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 2 yang diletakkan pada tempat yang teduh didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit dan 30 menit terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 8 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 2 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 0 stomata.
            Pada tumbuhan Bauhinia sp. kelompok 2 yang diletakkan pada tempat yang terik didapatkan hasil pada pengamatan menit ke-0 volume air yang ada pada gelas ukur adalah 8 ml, pada 5 menit dan 10 menit berikutnya volume air dalam gelas ukur tersebut tetap menjadi 8 ml, pada 15 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut menjadi 7,9 ml, pada 20 menit berikutnya volume air pada gelas ukur tersebut tetap menjadi 7,9 ml, pada 25 menit selanjutnya volume air tersebut mengalami perubahan yaitu menjadi 7,7 ml dan pada 30 menit terakhir, volume air tersebut tetap menjadi 7,7 ml. Laju transpirasi tumbuhan tersebut adalah 0,084 ml/s. Berdasarkan percobaan tersebut setelah dihitung jumlah stomata yang ada pada daun tumbuhan tersebut yaitu pada epidermis daun atas diperoleh jumlah stomata sebanyak 1 stomata dan pada epidermis bawah daun diperoleh stomata dengan jumlah 0 stomata.
            Pada masing-masing tanaman jika dibandingkan hasil laju transpirasinya berdasarkan perlakuan pada tempat yang teduh dan tempat yang terik diperoleh hasil bahwa laju transpirasi tanaman yang diletakkan pada tempat yang terik lebih cepat dari pada di tempat yang teduh. Pada pacar air (Impatiens balsamina) laju transpirasi pada tempat terik sebesar 0,08 dan 0,024 ml/s sedangkan pada tempat yang teduh laju transpirasinya adalah 0 dan 0,008 ml/s. Sedangkan pada Bauhinia sp. lajut ranspirasi pada tempat terik lebih kecil dari pada tempat teduh, yaitu sebesar 0,0028 dan 0,084 ml/s sedangkan pada tempat yang teduh laju transpirasinya adalah 0,0016 dan 0 ml/s.
            Berdasarkan hasil yang diperoleh, jika dibandingkan hasilnya maka laju transpirasi antara pacar air (Impatiens balsamina) dengan Bauhinia sp. berdasarkan luas permukaan daunnya Bauhinia sp. lebih cepat mengalami transpirasi dan laju trasnpirasinya lebih besar daripada pacar air (Impatiens balsamina) karena luas permukaan daunnya lebih besar. Jika kita tinjau dari struktur batang kedua jenis tumbuhan ini jelas berbeda. Batang tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) adalah batang basah (herbaceous), yaitu batang lunak dan berair. Sedangkan batang tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia sp.) adalah batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat karena sebagian besar jaringannya terdiri atas kayu. Dari jenis batang, kita bisa menganalisis bahwa laju transpirasi tumbuhan pacar air akan cenderung lebih lambat atau sedikit, karena karakteristik tumbuhan berbatang basah adalah akan meminimalisir kehilangan air untuk cadangan air dalam batang itu sendiri. Batang herbaceous akan tetap melakukan proses transpirasi tetapi tidak dalam jumlah atau skala yang berlebihan, proses kehilangan airnya sampai keadaan air dalam tumbuhan itu seimbang. Berbeda dengan tumbuhan berkayu, yang jika kita tinjau dari krakteristiknya struktur sudah berbeda. Tumbuhan berkayu memiliki susunan yang lebih kompleks, selain itu proses pengangkutan air tidak akan banyak disimpan di dalam batang karena jenis batang berkayu adalah kering, tidak basah seperti pada pacar air.  Jadi proses transpirasi akan cenderung lebih besar karena tidak perlu menyimpan cadangan air dalam batang dengan jumlah yang besar.
            Hal ini menandakan bahwa pada tempat terik (dibawah cahaya matahari) terjadi proses transpirasi , karena  sinar menyebabkan membukanya stomata dan pada tempat gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga transpirasi sangat aktif. Karena sinar mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu.
            Faktor dalam yang juga mempengaruhi proses transpirasi adalah luas permukaan daun. Semakin luas permukaan daun suatu tumbuhan maka proses transpirasinya akan semakin besar, demikian pula sebaliknya, jika semakin kecil luas permukaan daun suatu tumbuhan maka laju transpirasinya akan semakin rendah.  Karena semakin luas permukaan daun maka proses penyerapan air akan lebih luas dan kemungkinan kehilangan air permukaan akan semakin besar, selain itu semakin luas suatu daun maka jumlah stomata yang dimiliki akan semakin banyak pula.
            Jumlah stomata pada daun tumbuha akan mempengaruhi suatu laju transpirasi pada tumbuhan itu sendiri, karena semakin banyak jumlah stomata maka kecenderungan air akan keluar (kehilangan air) melalui stomata akan semakin besar.

VI. Penutup
6.1  Kesimpulan
-        Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata
-        Proses transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak sedikitnya bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar yaitu meliputi radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara dan keadaan air dalam tanah
-        Untuk tumbuhan yang berada di daerah terik matahari mempunyai laju transpirasi yang lebih besar daripada tumbuhan di tempat teduh. Karena cahaya matahari akan memacu proses transpirasi lebih besar akibat kenaikan suhu pada daun dan membukanya stomata karena rangsang cahaya
6.2   Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan dan harus disesuaikan dengan langkah kerjanya sehingga hasil yang diperoleh sesuai


Daftar Pustaka


Devlin, R.M and K.H.Withan. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Dwijoseputro, D. 1988. Pengantar Fisioogi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.
Howard , Ava R. and Lisa A. Donovan. Helianthus Nighttime Conductance and Transpiration Respond to Soil Water But Not Nutrient Availability. Vol. 143, pp. 145–155. Department of Plant Biology, University of Georgia, Athens, Georgia 30602–7271
Putra, Gustiansyah Perdhana. Charloq, Jasmani Ginting. Respons Morfologi Benih Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Pemberianpeg 6000 Dalam Penyimpanan Pada Dua Masa Pengeringan. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 145-152, Desember 2013
Reddy, S.M, M.M. Rao, A.S. Reddy, M.M. Reddy, and S.J. Chavy. 2004. University Botany-3. New Age International. New Delhi.
Roberts, M., Michael. R, and Brace, M. 2000. Advanced Biology. Nelson. United Kingdom.
Salisbury, F.B. and C.W.Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition. California: Wadsworth Publishing Co. Belmount.
Thompson Andrew J., John Andrews. Plant Physiol. Overproduction of Abscisic Acid in Tomato Increases Transpiration Efficiency and Root Hydraulic Conductivity and Influences Leaf Expansion. Vol. 143, 2007.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar