LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PERTUMBUHAN
PUCUK
Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
I.
Judul
Pertumbuhan Pucuk
II.
Tujuan
Untuk mengetahui letak daerah
morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucut tanaman
III.
Dasar
Teori
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak
dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan
dengan kurve yang sigmoid. Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal
dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan
persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai
pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan
biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang
(Kaufman et al., 1975).
Zat
Pengatur Tumbuh (plant growth regulator) adalah senyawa organik bukan
nutrisi yang dalam konsentrasi rendah (<1 2008="" 2012="" adalah="" ardiyani.="" atau="" auksin.="" dalam="" dan="" dua="" ewi.="" golongan="" ini="" kualitatif="" kultur="" mempengaruhi="" mendorong="" menghambat="" mengubah="" mm="" morfogenesis="" pengatur="" penting="" perkembangan="" pertumbuhan="" rimarsetiowati="" sangat="" secara="" sitokinin="" span="" tanaman="" tumbuh="" yang="" zat="">1>
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang
merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan
volumenya. Pertumbuhan tanamna setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses
diantaranya (Dwijoseputro, 1983):
1. Fase pembentukan sel
2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel
3. Fase diferensiasi sel
Selain perubahan bentuk, pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya
perubahan aktifitas fisiologi, susunan biokimiwianya serta struktur dalamnya.
Proses ini dinamakan diferensiasi. Diferensiasi itu terjadi sebagai akibat
perbedaan dalam penambahan plasma, jenis organelnya, arah pembentangannya,
permukaan dinding selnya, kematian protoplas dan seterusnya. Proses pertumbuhan
diawali
dengan proses perkecambahan biji, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangan
biji atau spora menjadi kecambah (semai muda) (Campbell, 2000).
Semua sel membelah terus tetapi pada pertemuan dan
perkembangan selanjutnya pembelahan sel dan pertambahan jumlah sel menjadi
terbatas pada daerah yang sangat sedikit mengalami diferensiasi yaitu suatu
jaringan yang tetap bersifat embrionik di dalam jaringan dan sel-selnya tetap
mempunyai kemampuan membelah. Jaringan embrionik di dalam jaringan dewasa ini
yang kita sebut jaringan meristem (Sitompul, 1995).
Meristem adalah jaringan yang
sel-selnya tetap bersifat embrional artinya mampu terus menerus membelah diri
tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel penyusun meristem biasanya
isodioometrik dan berdinding tipis serta realtif lebih kaya protoplas
dibandingkan dengan sel-sel jaringan dewasa walaupun tidak menemukan kriteria
umum secara morfologis untuk membedakan sel meristem dan sel jaringan dewasa
yang belum mengalami spesialisasi. Kemungkinan sl-sel meristematik yang besar
atau suatu sel inisiasi, atau sel yang dekat dengan sel inisial makin besar
makin banyak vakuolanya (Wilkins, 1989).
Meristem apikal berasal dari organ
lain tidak berasal dari embrio tetapi berasal dari jaringan sekunder yang sudah
dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah
meristem primer. Meristem apikal dibagi menjadi dua daerah penting yaitu:
promeristem, prokambium dan meristem dasar yang dapat dibedakan. Promeristem
akan menghasilkan sistem epidermal, meristem apikal daerah prokambium
menghasilkan jaringan pengangkut primer dan meristem dasar akan membentuk
jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkima dan sklerenkima dan korteks dan
empulur serta kolenkima korteks (Lakitan, 2007).
Daerah meristematis pucuk batang mengalami pertumbuhan primer seperti yang
terjadi pada akar. Namun, caranya lebih kompleks karena tidak hanya proliferasi
aksis batang namun juga pembentukan organ lateral lainnya. Pembelahan sel pada
batang umumnya terjadi pada internodus paling atas. Selam periode pertumbuhan
aktif, meristem ujung batang yang tipis, berdinding lembut dan isodiametris,
aktif melakukan proliferasi sel. Pemanjangan sel diperpanjang sepanjang
internodus. Semakin jauh dari internodus maka kecepatan pemanjangan semakin
lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang biasanya 10 cm
panjangnya Proses pemanjangan tunas
terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas
tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam
ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan yang terus menerus sehingga
mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas (Campbell, 2000). Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung
daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung
(Loveless, 1991).
Tidak semua sel pada tubuh tumbuhan
tersebut mampu melakukan
perbesaran dan pembelahan. Kegiatan perbesaran dan pembelahan sel dilkasanakan
pada daerah tertenu yang terbatas pada tumbuhan yaitu daerah yang disbut daerah
embrionik misalnya ,eristem. Meristem pada tumbuhan terdapatt pada daerah
pucuk, ujung akar, kambium dan daerah-daerah dekat buku pada tanman monokotil (Samudin. 2009).
Dominansi pertumbuhan terdapat
dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal.
Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas
lateral dalam hal pertumbuhan. Sedangkan menurut dominansi apikal merupakan
konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal
secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar (Dartius, 1991).
Dominansi apikal atau dominanis pucuk biasanya menandai
pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral.
Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Filter, 1991).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung kara, batang,
pembentukan bunga yang berfungsi untuk pengatur pembesaran sel di daerah
belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua
jenis tanaman nama lain dari hormon ini adalah IAA atau Asam Indol Asetat.
Hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar, fungsi dari hormon
auksin ini adalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan baik
pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat pematangan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. Salah satu fungsi auksin adalah mematahkan
dominanis pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar
tidak mau berkembang (Salisbury, 1992).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan
1.
Gen
Gen adalah
faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam sel makhluk hidup. Gen
berpengaruh pada setiap struktur makhluk hidup dan juga perkembangannya,
walaupun gen bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhinya. Masing-masing
jenis (spesies), bahkan masing-masing individu memiliki gen untuk sifat
tertentu.
2.
Nutrisi
Air dan
zat-zat hara yang merupakan bahan baku bagi tumbuhan hijau akan diubah menjadi
zat makanan melalui proses fotosintesis. Air dan zat-zat hara itu merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Tanpa
air dan zat-zat hara, tumbuhan hijau tidak akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
3.
Hormon
Fitohormon
yang dihasilkan oleh tumbuhan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan / tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yaitu berupa
pembelahan sel, pertumbuhan akar, pertumbuhan batang, pertumbuhan bunga,
pertumbuhan kuncup dan sebagainya. Hormon tumbuhan yang telah diketahui antara
lain auksin, giberelin, dan sitokinin.
4.
Lingkungan
Faktor
lingkungan merupakan faktor eksternal. Faktor lingkungan berperan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan terutama adalah suhu, udara, cahaya, dan
kelembapan.
5.
Suhu udara
Tumbuhan/tanaman
membutuhkan suhu tertentu untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Setiap
spesies tumbuhan umumnya memiliki suhu optimum yang berbeda-beda.
6. Cahaya
Cahaya
mutlak dibutuhkan tumbuhan hijau untuk proses fotosintesis. Namun demikian,
cahaya merupakan faktor yang menghambat pertumbuhan tumbuhan. Karena cahaya
akan menyebabkan zat tumbuh menjadi zat yang menghambat pertumbuhan.
7.
Kelembapan
Sampai batas-batas tertentu, tanah
dan udara yang lembap berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini
karena air yang diisap oleh tanaman lebih banyak dan lebih sedikit air yang
diuapkan sehingga menyebabkan pembentangan sel-sel. Dengan demikian, sel-sel
tanaman akan lebih cepat mencapai ukuran yang maksimum.
Faktor-faktor
lingkungan tersebut di atas yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman bersifat kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak bekerja
sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Muhammad
Azrai, dkk, 2003).
Selain jenis
media, pertumbuhan tanaman dalam media kultur akan leboh optimal jika didalam
media tersebut ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT yang sering digunakan
adalah Indole Acetic Acid (IAA), Naphtalene Acetic Acid (NAA), 2,4
Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D) dari kelompok auksin dan Benzil Amino Purin
(BAP), Kinetin, Zeatin, Benzil adenine (BA) untuk kelompok sitokinin yang
berfungsi dalam proses pemanjangan sel. Penggunaan sitokinin BA secara tunggal
dapat merangsang proses pemanjangan dan pembelahan sel. Keberhasilan penggunaan
BA untuk inisisai tunas pada tanaman dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi yang
diberikan (0-8 ppm) maka semakin cepat pembentukan tunas aksilar (Sari, 2009).
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat
-
Bak atau pot
-
Alat penyiram (hansprayera)
-
Jangka sorong
4.2 Bahan
-
Benih kacang hijau
-
Spidol hitam
-
Tanah, pasir, air
4.3 Cara kerja
Mengisi
bal / pot dengan tanah yang dicampur pasir, menyiram dengan air secukupnya
|
Memberi
10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk
tumbuhan. Meletakkan kembali ketempat gelap.
|
Mengamati
pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling
lambat
|
Setelah
48 jam mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai rata-rata
panjang pada masing-masing interval
|
Meletakkan
ditempat gelap selama 5 hari
|
Menanam
benih kacang hijau sebanyak 5 biji tiap bak, menyiram dengan air secukupnya
|
V.
Hasil
Pengamatan
Tabel Interval Pertumbuhan
|
|||||||||||||||||||
Interval (@2mm)
|
Gelap (mm)
|
Terang (mm)
|
Rata-Rata
|
||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1
|
5
|
9
|
6
|
6
|
4
|
6
|
8
|
10
|
6
|
6
|
12
|
20
|
24
|
30
|
27
|
35
|
13,38
|
||
2
|
7
|
6
|
4
|
10
|
4
|
7
|
6
|
8
|
4
|
2
|
10
|
14
|
13
|
12
|
16
|
29
|
9,50
|
||
3
|
4
|
4
|
3
|
7
|
4
|
4
|
4
|
6
|
1
|
2
|
7
|
5
|
6
|
8
|
4
|
20
|
5,56
|
||
4
|
3
|
2
|
3
|
3
|
3
|
10
|
4
|
4
|
1
|
1
|
5
|
3
|
6
|
4
|
|
10
|
4,13
|
||
5
|
5
|
1
|
2
|
2
|
2
|
5
|
5
|
7
|
|
|
3
|
3
|
|
3
|
|
|
3,45
|
||
6
|
1
|
2
|
1
|
1
|
1
|
6
|
3
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,25
|
||
7
|
2
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,88
|
||
8
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
3
|
1
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,63
|
||
9
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,88
|
||
10
|
1
|
2
|
1
|
0
|
3
|
1
|
2
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,38
|
||
Tabel Interval Pertumbuhan
|
||||||||||||||||||
Interval (@2mm)
|
Gelap (mm)
|
Terang (mm)
|
Rata-rata
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|||
1
|
7
|
11
|
8
|
8
|
6
|
8
|
10
|
12
|
8
|
8
|
14
|
22
|
26
|
32
|
29
|
37
|
15,38
|
|
2
|
9
|
8
|
6
|
12
|
6
|
9
|
8
|
10
|
6
|
4
|
12
|
16
|
15
|
14
|
18
|
31
|
11,50
|
|
3
|
6
|
6
|
5
|
9
|
6
|
6
|
6
|
8
|
3
|
4
|
9
|
7
|
8
|
10
|
6
|
22
|
7,56
|
|
4
|
5
|
4
|
5
|
5
|
5
|
12
|
6
|
6
|
3
|
3
|
7
|
5
|
8
|
6
|
|
12
|
6,13
|
|
5
|
7
|
3
|
4
|
4
|
4
|
7
|
7
|
9
|
|
|
5
|
5
|
|
5
|
|
|
5,45
|
|
6
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
8
|
5
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4,25
|
|
7
|
4
|
5
|
3
|
3
|
3
|
3
|
5
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3,88
|
|
8
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
5
|
3
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3,63
|
|
9
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2,88
|
|
10
|
3
|
4
|
3
|
2
|
5
|
3
|
4
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3,38
|
|
VI.
Pembahasan
Pertumbuhan tanaman adalah suatu
proses yang kompleks yang merupakan proses yang vital menyebabkan suatu
perubahan yang tetap pada setiap tanaman, dari sudut ukuran, bentuk, berat dan
volumenya. Selain perubahan
bentuk, pertumbuhan juga menyebabkan terjadinya perubahan aktifitas fisiologi,
susunan biokimiwianya serta struktur dalamnya. Pada praktikum ini kami
melakukan percobaan tentang pertumbuhan pucuk, yang bertujuan untuk mengetahui
letak daerah mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan. Dalam
percobaan tersebut tumbuhan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau yaitu dengan
meletakkan 1 pot yang berisi 5 tanaman pada tempat yang gelap dan 1 pot yang
berisi 5 tanaman pada tempat yang terkena sinar matahari selama 48 jam. Sebelum
diletakkan di tempat tersebut, pada bagian epikotilnya diberi 10 tanda sebuah
garis dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk tumbuhan. Setelah 48 jam
akan dilakukan pengamatan pada bagian mana yang mengalami pertumbuhan tercepat
dan yang paling lambat.
Lagkah kerja praktikum ini yaitu kami memilih 5 biji kacang hijau (Vigna
radiata). Kemudian biji kacang hijau
(Vigna radiata) tersebut ditanam pada gelas air mineral yang telah berisi kapas yang sudah dibasahi dengan air.
Kapas yang basah tersebut berfungsi sebagai medium/substrat agar enzim dan hormone pertumbuhan yang ada pada
biji kacang hijau (Vigna radiata)
aktif sehingga enzim tersebut dapat digunakan untuk mengkatalis proses reaksi
dalam proses pembentukan energi yang digunakan untuk pembentukan sel-sel
sehingga biji dapat tumbuh, begitupula dengan hormon yang dapat membantu pertumbuhan
biji tersebut. Perlakuan yang dilakukan yaitu dengan meletakkan benih tersebut
pada tempat gelap dan tempat terang. Masing-masing perlakuan dengan menggunakan 5 benih kacang hijau (Vigna radiata).
Benih kacang hijau tersebut kemudian tumbuh, dari setiap harinya
pertumbuhan kecambah tersebut semakin panjang, dan pertumbuhan antara tempat
gelap dengan tempat terang mengalmi perbedaan yang signifikan. Pada 5 hari pertama pertumbuhan pada batang kecambah tersebut diberi tanda pada bagian epikotilnya dengan menggunakan spidol dengan
interval 2mm. Di lihat dari tanda
tersebut dapat diketahui panjang pertumbuhan dari kacang hijau tersebut,
pemberian tanda tersebut sebanyak 10
tanda. Pemberian tanda pada interval
pertama dimulai dari pucuk batang. Setelah itu kacang hijau tersebut
kembali di letakkan pada tempatnya masing-masing, sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Pemberian tanda ini
bertujuan untuk mengetahui daerah mana yang paling cepat pemanjangan selnya
atau pertumbuhannya kemudian setelah itu dibiarkan kembali selama 2 hari. Setelah pada waktu praktikum, mengukur panjang interval dari tanda garis spidol tadi. Pengukuran ini dilakukan dengan pertambahan jarak panjang dari satu garis psidol
ke garis yang lain. Setelah itu menghitung panjang rata-rata pada masing-masing
interval dan mengamati pada interval yang mana yang mengalami pertumbuhan
paling cepat dan yang paling lambat.
Dari percobaan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut; pada tanaman
yang diletakkan ditempat yang terang untuk interval ke-1 diperoleh rata-rata pertambahan
panjangnya adalah 13,38 mm, interval ke-2 rata-rata pertambahan panjangnya
adalah 9,50 mm, ke-3 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 5,56 mm, ke-4
rata-rata pertambahan panjangnya adalah 4,13 mm, ke-5 rata-rata pertambahan
panjangnya adalah 3,45 mm, ke-6 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 2,25
mm, ke-7 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 1,88 mm, ke-8 rata-rata pertambahan
panjangnya adalah 1,63 mm, ke-9 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 0,88
mm, ke-10 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 1,38 mm.
Pada tanaman yang diletakkan
ditempat yang gelap untuk interval ke-1 diperoleh rata-rata pertambahan
panjangnya adalah 15,38 mm, interval ke-2 rata-rata pertambahan panjangnya
adalah 11,50 mm, ke-3 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 7,6 mm, ke-4
rata-rata pertambahan panjangnya adalah 6,13 mm, ke-5 rata-rata pertambahan
panjangnya adalah 5,45 mm, ke-6 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 4,25
mm, ke-7 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 3,88 mm, ke-8 rata-rata
pertambahan panjangnya adalah 3,63 mm, ke-9 rata-rata pertambahan panjangnya
adalah 2,88 mm, ke-10 rata-rata pertambahan panjangnya adalah 3,38 mm.
Dari hasil yang diperoleh, dapat
kita lihat bahwa dari perlakuan tumbuhan yang diletakkan pada tempat yang
terik, jika dilihat dari rata-rata data yang diperoleh dari pertumbuhan kacang
hijau yaitu pertumbuhan paling cepat adalah pada daerah apikal yaitu daerah
yang dekat dengan daun, sedangkan pada daerah pada batang pertumbuhannya lebih
lambat. Daerah apikal yang pertumbuhannya paling cepat yaitu pada interval ke-1
yaitu sepanjang 13,38 mm. Begitu pula pada tumbuhan yang diletakkan pada tempat yang gelap,
pertumbuhan pada daerah apikal yaitu daerah yang dekat dengan daun lebih cepat
dari pada daerah batang. Daerah apikal yang pertumbuhannya paling cepat yaitu
pada interval ke-1 yaitu sepanjang 15,38 mm. Dan dari kedua data yang diperoleh
dari percobaan tersebut, semakin menuju batang maka kecepatan tumbuhnya semakin
melambat, yaitu pada interval ke-9 sepanjang 0,88 mm pada tempat yang terang
dan pada interval ke -10 sepanjang 2,88 mm pada tempat yang gelap. Tumbuhan
yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat. Hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan
ditempat gelap, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh
sinar matahari.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui secara
garis besar interval pertumbuhan yang paling cepat adalah kecambah pada
interval 1,2 dan interval 3. Berdasarkan perhitungan rata-rata jarak pada
interval 1,2 dan sangat besar dibaandingkan dengan interval pada interval
dibawah nya. Perlu diketahui bahwa pada interval 1,2 dan 3 adalah morfologi
batang yang letak nya berada di pucuk. Hal ini sesuai dengan teori “Menurut
Tim
Pembina Fisiologi Tumbuhan (2014) yang menyatakan bahwa pada jaringan meristem
apikal titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau ujung, sedangkan jaringan
baru ada di bawahnya”.
Jadi bagian batang yang letak nya berada di pucuk memiliki kecepatan tumbuh
yang maksimal. Daerah ini merupakan daerah yang paling
ujung dan merupakan tempat terbentuknya sel-sel baru. Sel-sel di daerah ini
mempunyai inti sel yang relatif besar, berdinding tipis, dan aktif membelah
diri. Pada daerah ini banyak tersusun oleh jaringan meristem yang tersusun atas
sel-sel yang bersifat embrionik artinya mampu terus menerus membelah diri untuk
menambah jumlah sel tubuh. Sel meristem ini merupakan sel muda yang belum
mengalami diferensiasi dan spesialisasi, dinding sel nya tipis, banyak
mengandung protoplasma, dengan vakuola kecil, inti besar dan plastida yang
belum matang. Meristem yang berada ujung batang ini merupakan meristem primer
karena meristem tersebut merupakan lanjutan dari sel embrionik yang menyebabkan
ujung batang bertambah panjang. Sehingga memungkinkan pada daerah ujung atau
apikal inilah menyebabkan lebih cepat pertumbuhannya daripada daerah-daerah di
bawahnya hal ini juga di pengaruhi adanya kinerja hormon yang berfungsi untuk
pertumbuhan
dan perkembangan jaringan tanaman
yaitu hormon auksin, giberelin. Stokinin, etilen dan asam absisat
(ABA).
Pada perbandingan
kecambah yang diletakkan pada daerah gelap dan terang pertumbuhan interval yang
paling cepat yaitu kedua nya sama-sama pada interval nomor 1, 2 dan 3. Sedangkan interval pertumbuhan yang paling pendek ada
pada interval nomor 9 dan 10. Hal ini dikarenakan batang yang berada pada
interval nompr 9 dan 10 merupakan daerah yang terletak di bawah
daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah ini umumnya mempunyai dinding yang
menebal dan beberapa di antaranya mengalami diferensiasi menjadi epidermis,
korteks, dan empulur. Sel yang lain berdiferensiasi menjadi jaringan parenkim,
jaringan penunjang, dan jaringan pengangkut (xilem dan floem). Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan yang berbeda-beda pada masing-masing zona sehingga jarak
pertumbuhannya pun berbeda dan tentu nya memiliki interval yang paling pendek. Pada pertumbuhan batang terdapat eberapa zona
pertumbuhan yaitu :
a. Daerah pembelahan (daerah meristematik).
Merupakan
daerah yang paling ujung dan merupakan tempat terbentuknya sel-sel baru. Sel-sel
di daerah ini mempunyai inti sel yang relatif besar, berdinding tipis, dan
aktif membelah diri.
b. Daerah pemanjangan
Merupakan
daerah hasil pembelahan sel-sel meristem. Sel-sel hasil pembelahan tersebut
akan bertambah besar ukurannya sehingga menjadi bagian dari daerah
perpanjangan. Ukuran selnya bertambah beberapa puluh
kali dibandingkan sel-sel meristematik.
c.
Daerah
diferensiasi
Merupakan
daerah yang terletak di bawah daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah ini umumnya
mempunyai dinding yang menebal dan beberapa di antaranya mengalami diferensiasi
menjadi epidermis, korteks, dan empulur
Tumbuhan yang diletakkan
di tempat gelap akan mempunyai batang yang lebih panjang dari pada tumbuhan
yang ada di tempat terik. Pertumbuan
pada tempat yang gelap cenderung lebih tinggi namun warna tumbuhan pucat
sedangkan tumbuhan pada tempat terang warnanya segar namun tinggi tanaman
sedang (artinya tidak pendek ataupun tinggi seperti tumbuhan pada tempat
gelap). Hal ini diakibatkan oleh perbedaan beberapa factor yang mempengaruhi
laju pertumbuhan. Sehingga tumbuhan yang diletakkan di
tempat gelap mempunyai panjang batang yang lebih tinggi dari pada tumbuhan yang
diletakkan di tempat terang. Dengan kata lain, semakin banyak intensitas cahaya
maka pertumbuhan batangnya akan semakin lambat. Dari analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang ada di tempat gelap akan mempunyai batang yang lebih
panjang karena adanya aktivitas hormon auksin. Pemanjangan yang terjadi pada
tumbuhan yang di tempatkan di tempat gelap ini bertujuan untuk mencari cahaya
matahari. Dalam gerak fototropisme dapat diketahui bahwa daun menghadap
datangnya cahaya matahari, karena hormon auksin mengalami penumpukan pada
batang yang tidak terkena cahaya sehingga batang seperti menekuk dan
menyebabkan daun tepat menghadap matahari. Pada tahap pertumbuhan ini, hormon
auksin yang melimpah akan menghambat hormon sitokinin, jadi pada proses ini
masih belum terjadi pertumbuhan lateral, pertumbuhan masih terkonsentrasi pada
pertumbuhan pucuk.
Dari
hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa daerah yang mengalami
pertambahan panjang tertinggi adalah di daerah pucuk. Hasil yang diperoleh juga
sudah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pembelahan sel pada batang umumnya terjadi pada internodus
paling atas. Selama periode pertumbuhan aktif, meristem ujung batang yang tipis, berdinding
lembut dan isodiametris, aktif melakukan proliferasi sel. Pemanjangan sel
diperpanjang sepanjang internodus. Semakin jauh dari internodus maka kecepatan
pemanjangan semakin lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang
biasanya 10 cm panjangnya. Di tempat ini, hormon auksin
disintesis untuk mempercepat pembelahan sel sehingga batang akan bertambah
panjang.
Peristiwa
dominansi apikal berkaitan dengan peranan berbagai jenis hormon dan interaksi
antara hormon–hormon tersebut. Hormon auksin, sitokinin, etilen dan ABA
perperan dalam peristiwa dominansi apikal ini. Auksin disintesis pada bagian
tanaman yang sedang aktif mengalami pertumbuhan antara lain di bagian apikal
batang. Secara basipetal, auksin tersebut ditransport ke bagian bawah secara
terus menerus sehingga konsentrasi auksin pada bagian nodus (ketiak daun) cukup
tinggi. Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan menghambat aktifitas
enzim isopentenil transferase yang merupakan katalisator pembentukan sitokinin,
sehingga sintesis sitokinin dihambat. Keseimbangan konsentrasi sitokinin yang
rendah dan auksin yang tinggi ini akan menghambat diferansiasi sel pada nodus
untuk membentuk primordia cabang. Selain itu, konsentrasi IAA yang tinggi dan
terhambatnya aktifitas enzim isopentenil transferase di nodus secara tidak
langsung akan berakibat memacu sintesis ABA yang akan menghambat pertumbuhan
cabang lateral.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan pucuk, yaitu :
·
Faktor Dalam yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Tumbuhan:
a. Faktor gen : Faktor
penurunan sifat pada keturunan terkandung di dalam gen. Informasi genetik pada
gen mengendalikan terbentuknya sifat penampakan secara fisik (fenotip) melalui
interaksinya dengan faktor lingkungan.
b.
Zat pengatur tumbuh (hormon):
Zat pengatur tumbuh (hormon) pada tanaman ialah
senyawa organik yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan
mengubah proses fisiologis tumbuhan. Pada konsentrasi tertentu hormon dapat
memacu pertumbuhan, tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menekan
pertumbuhan.
· Faktor Luar yang Mempengaruhi
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan
a. Nutrisi : Nutrisi
terdiri atas unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia sebagai sumber energi dan
sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama
pertumbuhan. Nutrisi umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan
kation, sebagian lagi diambil dari udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak disebut unsur makro (C, H, O, N, P, K, S,
Ca, Fe, Mg). Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur
mikro (B, Mn, Mo, Zn, Cu, Cl). Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur
tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan unsur yang disebut defisiensi.
Defisiensi mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat.
b. Air : Air
berperan di dalam melarutkan unsur hara dalam proses penyerapan. Air dibutuhkan
tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan dan
sebagai medium reaksi enzimatis. Sebagai pelarut, air juga memengaruhi kadar enzim
dan
substrat sehingga secara tidak langsung memengaruhi laju metabolisme.
Kekurangan air pada tanah menyebabkan terhambatnya proses osmosis. Proses
osmosis akan terhenti atau berbalik arah yang berakibat keluarnya materi-materi
dari protoplasma sel-sel tumbuhan, sehingga tanaman kering dan mati.
c. Cahaya : Cahaya
mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya secara langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan setiap tanaman. Pengaruh cahaya secara langsung dapat
diamati dengan membandingkan tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan
terang. Pada keadaan gelap, pertumbuhan tanaman mengalami etiolasi yang
ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak
berkembang, dan batang tidak kukuh. Sebaliknya, dalam keadaan terang tumbuhan
lebih pendek, batang kukuh, daun berkembang sempurna dan berwarna hijau. Dalam
fotosintesis, cahaya berpengaruh langsung terhadap ketersediaan makanan.
Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil, sehingga
daun menjadi pucat.
d. Suhu : Suhu
berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain memengaruhi kerja enzim.
Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses
pertumbuhan. Suhu yang paling baik untuk pertumbuhan disebut suhu optimum (100–380C)
e. Kelembapan : Tanah
dan udara yang lembap berpengaruh terhadap pertumbuhan. Pada keadaan lembap,
banyak air yang diserap oleh tumbuhan dan sedikit penguapan yang terjadi
sehingga mengakibatkan pertumbuhan menjadi cepat. Akibat pemanjangan sel-sel
yang cepat, tumbuhan bertambah besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air
sangat kecil karena transpirasi yang kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan
air, tumbuhan beradaptasi dengan memiliki permukaan helaian daun yang lebar.
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang
merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanaman atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya
Pertumbuan kacang hijau pada tempat yang gelap cenderung lebih
tinggi karena kerja auksin tidak terhambat oleh sinar matahari, sedangkan pada
tempat terang, kerja auksin dihambat oleh sinar matahari
Hasil yang diperoleh pada tempat gelap ataupun tempat terang
menunjukkan pertumbuhan yang paling cepat berada pada daerah pucuk tumbuhan
pada interval 1-3, karena merupakan daerah yang memiliki sel paling muda dan
aktifitas meristematiknya paling tinggi, interval selanjutnya mengalami
pertumbuhan namun cenderung lambat
Ada 2 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan pucuk, yaitu factor dari dalam (gen dan hormone) serta
factor dari luar (nutrisi, cahaya, suhu, air, dan kelembaban).
7.2 Saran
Pada saat melakukan
percobaan tersebut, membaca hasil maupun pemberian tanda (interval) pada
masing-masing batang harus lebih teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori
DAFTAR PUSTAKA
Campbell.
2000. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta
: Erlangga.
Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Medan: USU-Press.
Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Gramedia
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay.
1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Yogyakarta: UGM Press.
Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, N.S
Ghosheh. 1975. Laboratory
Experiment in Plant Physiology.
Macmillan Publishing Co., Inc.
New York.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:
Raja Grafindo Persad.a
Loveless,
A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi
Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad
Azrai, Firdaus Kasim, Sutrisno, dan Sugiono Moeljopawiro. 2003. Identifikasi Lokus Karakter Kuantitatif
Pertahanan Penyakit Bulai Pada Jagung Menggunakan Maraka RFLP. Jurnal
Bioteknologi Pertanaian, Vol. 8, No. 1, pp 8-14. Bogor.s
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Sari, Yanti Puspita. 2009. Respon Pertumbuhan Tunas Meranti Merah (Shorea seminis (de Vriese) Slooten) Dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh BA (Benzil
Adenin) Secara In vitro. Bioprospek, volume 6, Nomor II, September 2009.
ISSN 1829-7226. FMIPA Biologi Universitas Mulawarman.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B.
1995. Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press.
Wilkins, M.
B. 1989. Fisologi Tanaman. Jakarta:
Bumi Aksara.
Samudin,
S.2009. Pengaruh
Kombinasi Auksin-Sitokinin Terhadap Pertumbuhan Buah Naga. Palu:Universitas
Tadulako. Jurnal Media Litbang Sulteng.
Vol 2 (1) : 62 – 66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar