LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGARUH
HORMON IAA TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR TUMBUHAN
Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
I.
Judul
Pengaruh hormon IAA terhadap
pertumbuhan akar tumbuhan
II.
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh
beberapa terhadap pertumbuhan akar dan
proses pembentukan akar tumbuhan
III.
Dasar
Teori
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang
merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanmana atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan
volumenya. Pertumbuhan tanamna setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses
diantaranya:
1. Fase pembentukan sel
2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel
3. Fase diferensiasi sel (Dwijoseputro,
1983).
Di
dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks
atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal
diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal
pertumbuhan. Dominansi apikal merupakan
konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal
secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar (Campbell, 2012).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk
biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang
dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan
lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan
memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral
(Dwidjoseputro, 1983).
Hormon, adalah molekul sinyal yang
dihasilkan dalam jumlah kecil oleh salah satu tubuh organisme, dan ditranspor
ke bagian-bagian yang lain, tempat hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik
dan memicu respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan target. Hormon-hormon tumbuhan dihasilkan
dalam konsentrasi yang sangat rendah, namun hormon dalam jumlah yang kecil
dapat memiliki efek yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan organ
tumbuhan. Suatu hormon bisa bertindak dengan mengubah ekspresi gen-gen, memengaruhi
aktifitas enzim-enzim yang sudah ada atau mengubah aktivitas membran.tindakan
manapun dapat mengarahkan kembali metabolisme dan perkembangan sebuah sel yang
merespon molekul-molekul hormon dalam jumlah kecil (Campbell, 2012).
Zat pengatur tumbuh yang paling dikenal
dikelompokkan menjadi 5, yaitu auxin, giberelin, sitokinin, etilen dan
inhibitor (asam absisat). Auxin dicirikan dengan struktur kimia yang khas yaitu
indol ring. Beberapa struktur kimia zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke
dalam auxin adalah IAA, NAA, IBA, IAN, 2.4 D dan banyak lagi yang lainnya.
Percobaan
Luckwill pada tahun 1965 dengan menggunakan zat kimia NAA (Alpha Naphtalene
Acetic Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan IAN (Indole-3-Aceto Nitrille) pada
kecambah kacang menunjukkan bahwa ketiga jenis auxin tersebut mampu mendorong
pertumbuhan primordial akar kacang. Dari hasil penelitian mengatakan bahwa
pemberian IAA yang relative tinggi pada akar menyebabkan terhambatnya
perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar (Sasmitamihardja,1996).
Istilah auksin pertama kali
digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada
tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA. Senyawa
ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua
mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir
dari rantai triphtofan. Enzim yang
paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan
muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling
tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada
konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya. IAA dapat
memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin
endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA berperan dalam aspek
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau
batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat
pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas
dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat
perbesaran sel-sel akar.
Peranan
auksin dalam tumbuhan ialah mempengaruhi pertambahan panjang
batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah;
dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme. Istilah auksin diberikan
pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong
pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasikan
secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic
acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid)
dan beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (napthalene
acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4
chlorophenoxyacetic acid) (Prawiranata, 1981).
Hormon auksin
Auksin
merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang
perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon
pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan
konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Salisbury, 1995).
Auksin
adalah asam indol asetat (IAA) atau C10H9O2N.
IAA merupakan suatu group dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin
asetat (C12H10O2) dan asam 2,4 diklorofenoksi
asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat
2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat mudah untuk mengetahui apakah senyawa
itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin adalah kemampuan untuk
mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya
suatau group atau di dalam molekul auksin tersebut.
Hormon
ini dihasilkan pada ujung pucuk yang sedang tumbuh dan akan mendatangkan efek
atau akibat apabila telah bergerak kebagian organ yang lain. Fungsi auksin
dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengaturan perbesaran sel dan
pergerakan auksin selalu menjauhi arah cahaya (Loveless, 1991). Pengaruh auksin
terhadap rangsangan berbeda-beda, rangsangan yang paling kuat adalah rangsangan
terhadap sel-sel meristem apikal batang dan koleoptil. Pada kadar yang sangat
tinggi, auksin lebih bersifat menghambat daripada merangsang pertumbuhan.
Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa
auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein,
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang
kemudian diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke
dalam sel yang disertai dengan kenaikan volume sel. Dengan adanya kenaikkan
sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan
(Hendaryono, 1994).
Auksin
yang terlibat dalam banyak peraturan terutama yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman proses pada tanaman. Fungsi auksin dalam
transmisi isyarat lingkungan seperti cahaya dan gravitasi, regulasi percabangan
proses dalam tunas dan akar, karena mereka menemukan lebih baru-baru ini, pola
diferensiasi sel-sel di meristem dan organ dewasa. Hal ini tentu sinyal spasial
dan temporal serbaguna. Auksin transportasi menghasilkan konsentrasi maksimum
auksin dan terdegradasi dalam jaringan yang berperan dalam regulasi beragam
proses perkembangan berbagai tanaman, termasuk embriogenesis, organogenesis
pembentukan, jaringan pembuluh darah dan tropisme. Mekanisme transport auksin
hanya signal molecule sebagian besar mendasari plastisitas yang luar biasa dari
perkembangan tanaman danmpertumbuhan yang memungkinkan arsitektur untuk berubah
sesuai dengan lingkungan (Yong, 2009).
Mekanisme
kerja auksin
Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel
tanaman khususnya akar yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan
cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein
tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan
enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai
molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah
pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material
dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain
adalah dominasi apikal, yaitu pertumbuhan ujung apikal dan
penghambatan pertumbuhan tunas lateral.
IV.
Metode
Penelitian
4.1 Alat
-
Beaker glass
-
Pisau
-
Gelas ukur
-
Penggaris atau meteran
4.2 Bahan
-
Tumbuhan kacang panjang berumur 5 hari
-
IAA konsentrasi 0 ppm (kontrol: aquades),
1 ppm, 10 ppm, 100 ppm
-
Larutan hara
-
Aquades
4.3 Cara kerja
V.
Hasil
Pengamatan
5.1
Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan Akar Tumbuhan
Perlakuan (ppm)
|
Akar
|
Panjang Akar (cm)
|
Rata-rata (cm)
|
1 (0)
|
10
|
0,38
|
|
17
|
0,44
|
12
|
0,53
|
14
|
0,207
|
2 (1)
|
16
|
0,54
|
|
12
|
0,45
|
9
|
0,64
|
12
|
0,608
|
3 (10)
|
12
|
0,43
|
|
10
|
0,185
|
12
|
0,55
|
12
|
0,55
|
4 (100)
|
1
|
0,1
|
0,397
|
8
|
0,218
|
9
|
0,57
|
8
|
0,7
|
5.2 Pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan jumlah akar tanaman
1.
Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors
|
|
|
Value Label
|
N
|
Perlakuan
|
1.00
|
kontrol
|
4
|
2.00
|
1 ppm
|
4
|
3.00
|
10 ppm
|
4
|
4.00
|
100 ppm
|
4
|
2. Tabel
Rata-Rata Jumlah Akar
Descriptives
|
|
Jumlah Akar
|
|
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Perlakuan
|
Control
|
4
|
13.2500
|
2.98608
|
1 ppm
|
4
|
12.2500
|
2.87228
|
10 ppm
|
4
|
11.5000
|
1.00000
|
100 ppm
|
4
|
6.5000
|
3.69685
|
Total
|
16
|
10.8750
|
3.68556
|
|
|
|
|
|
3.
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
|
Dependent Variable:Jumlah Akar
|
Source
|
Type III Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected Model
|
108.250a
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Intercept
|
1892.250
|
1
|
1892.250
|
237.770
|
.000
|
Perlakuan
|
108.250
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Error
|
95.500
|
12
|
7.958
|
|
|
Total
|
2096.000
|
16
|
|
|
|
Corrected Total
|
203.750
|
15
|
|
|
|
a. R
Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)
|
ANOVA
|
Jumlah Akar
|
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Between Groups
|
108.250
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Within Groups
|
95.500
|
12
|
7.958
|
|
|
Total
|
203.750
|
15
|
|
|
|
4.
Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman
· Pengaruh
perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman
1. Tabel
Panjang Akar
Between-Subjects Factors
|
|
|
Value Label
|
N
|
Perlakuan
|
1.00
|
kontrol
|
4
|
2.00
|
1 ppm
|
4
|
3.00
|
10 ppm
|
4
|
4.00
|
100 ppm
|
4
|
Tests of Between-Subjects Effects
|
Dependent
Variable:Panjang Akar
|
Source
|
Type III Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected
Model
|
.075a
|
3
|
.025
|
.737
|
.550
|
Intercept
|
3.149
|
1
|
3.149
|
92.682
|
.000
|
Perlakuan
|
.075
|
3
|
.025
|
.737
|
.550
|
Error
|
.408
|
12
|
.034
|
|
|
Total
|
3.632
|
16
|
|
|
|
Corrected
Total
|
.483
|
15
|
|
|
|
a.
R Squared = .156
(Adjusted R Squared = -.056)
|
Dari
tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550.
Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa
perlakuan tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di
lanjutkan pada analisis selanjutnya.
VI.
Pembahasan
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses
yang kompleks dan vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya (dipandang dari sudut
ukuran, bentuk, berat dan volumenya). Dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan pada bagian apeks atau
ujung organ, yang disebut sebagai dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan
antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Dominansi
apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana
kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar. Dominansi
apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman
yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal berpengaruh dalam
menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas
lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat
dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan
tunas lateral.
Hormon atau zat pengatur tumbuh adalah suatu
senyawa organik yang disintesis di suatu bagian tumbuhan dan dapat dipindahkan
ke bagian tumbuhan yang lain, yang dalam konsentrsi kecil dapat menyebabkan pertumbuhan, tetapi dalam konsentrasi
yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan. Pada banyak tanaman, pucuk lateral
tidak akan
tumbuh jika
pucuk terminalnya utuh. Bila pucuk
terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh. Bagian
pucuk (terminal) menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya
menghambat pertumbuhan pucuk lateral.
Bila disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral saja yang
menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang pertumbuhan.
Percobaan yang kami
lakukan adalah tentang pengaruh hormon IAA terhadap
pertumbuhan akar tumbuhan yang
betujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan
akar tumbuhan. Alat dan bahan yang
kami gunakan adalah tumbuhan kecambah kacang hijau berumur 5 hari, IAA
konsentrasi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm dan kontrol (aquades), larutan hara, beaker
glass, pisau, gelas ukur dan penggaris atau meteran.
Langkah kerja yang
dilakukan yaitu kecambah kacang hijau yang sudah dibuang bagian hipokotilnya
dimasukkan kedalam larutan hara selama 2 jam. Kemudian mengisi 4 gelas aqua
masing-masing dengan aquades, IAA konsentrasi 1 ppm, IAA konsentrasi 10 ppm,
dan IAA konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya memasukkan kedalam masing-masing gelas
aqua 3 kecambah kacang hijau yang sudah dipotong bagian hipokotilnya.
Pemotongan hipokotil dilakukan didalam air, hal ini untuk menghindari masuknya
gelembung udara kedalam sel tumbuhan. Setelah 2 jam, tumbuhan dipindahkan
kedalam gelas aqua yang berisi IAA dengan berbagai konsentrasi. Kecambah kacang
hiaju disimpan di tempat terang selama 1 minggu. Mengamati dan menghitung
jumlah serta panjang akar yang tumbuh pada kacang hijau tersebut.
Akar memiliki bagin-bagian/
komponen-komponen penyusun akar, salah satunya adalah tudung akar yang berada pada
bagian ujung akar. Dibagian belakang tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh
berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem
terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjang atu disebut sebagi daerah
perpanjangan. Perpanjangan bagian meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi
oleh adanya hormon tumbuh pada akar.
Setelah satu minggu,
diperoleh hasil sebagai berikut;
Hasil yang diperoleh pada
konsentrasi 0,0 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,389 cm, pada konsentrasi
1,0 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,560 cm, pada konsentrasi 10 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,429 cm, dan pada konsentrasi 100 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,397 cm.
Dilihat dari hasil yang diperoleh,
maka pada konsentrasi 1 ppm adalah konsentrasi paling optimal dalam pertumbuhan
akar yaitu sebesar 0,560 cm. Sedangkan pada konsentrasi 10 ppm, rata-ratanya
lebih rendah dan jumlah akar yang tumbuh juga semakin banyak. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi rendah IAA akan memacu pertumbuhan sel akar,
tetapi dalam konsentrasi yang tinggi justru akan menghambat pertumbuhan akar,
tetapi jumlah akar yang tumbuh semakin banyak.
Hasil
interpretasi dengan menggunakan SPSS adalah:
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
jumlah akar tanaman
5.
Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors
|
|
|
Value Label
|
N
|
Perlakuan
|
1.00
|
kontrol
|
4
|
2.00
|
1 ppm
|
4
|
3.00
|
10 ppm
|
4
|
4.00
|
100 ppm
|
4
|
Perlakuan
1 = 0 ppm
2 = 1 ppm
3 = 10 ppm
4 = 100 ppm
Pada praktikum ini
terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu dengan 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing
dengan 4 kali pengulangan.
6. Tabel
Rata-Rata Jumlah Akar
Descriptives
|
|
Jumlah Akar
|
|
|
N
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Perlakuan
|
Control
|
4
|
13.2500
|
2.98608
|
1 ppm
|
4
|
12.2500
|
2.87228
|
10 ppm
|
4
|
11.5000
|
1.00000
|
100 ppm
|
4
|
6.5000
|
3.69685
|
Total
|
16
|
10.8750
|
3.68556
|
|
|
|
|
|
Dari tabel diatas didapatkan Rata-rata jumlah akar
tertinggi adalah pada perlakuan control yaitu 132500 dengan Standar Deviasi
(Std. Deviation) 2.98608 dan rata-rata jumlah
akar terendah adalah 6.5000 dengan standar deviasi (Std. Deviation) 3.69685 pada perlakuan 100ppm.
7.
Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
|
Dependent Variable:Jumlah Akar
|
Source
|
Type III Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected Model
|
108.250a
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Intercept
|
1892.250
|
1
|
1892.250
|
237.770
|
.000
|
Perlakuan
|
108.250
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Error
|
95.500
|
12
|
7.958
|
|
|
Total
|
2096.000
|
16
|
|
|
|
Corrected Total
|
203.750
|
15
|
|
|
|
a. R
Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)
|
ANOVA
|
Jumlah Akar
|
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Between Groups
|
108.250
|
3
|
36.083
|
4.534
|
.024
|
Within Groups
|
95.500
|
12
|
7.958
|
|
|
Total
|
203.750
|
15
|
|
|
|
Dari
tabel diperoleh nilai F = 4,534 dengan nilai signifikasi 0,024. Karena nilai
signifikasi kurang dari 0,05 (<0 akar="" berarti="" berpengaruh="" dapat="" data="" di="" dikatakan="" jumlah="" karena="" ke="" lanjutkan="" maka="" nyata="" perlakuan="" selanjutnya.="" signifikan.="" signifikan="" span="" tanaman="" terhadap="" uji="">0>
8.
Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman
Dari grafik di atas,
dapat diketahui bahwa tidak terjadi kenaikan, namun terjadi penurunan yang
sangat tajam hingga pada titik rata-rata jumlah pertumbuhan. penurunan grafik ini tidak sesuai jika dihubungkan
dengan rata-rata jumlah akar dan berbagai konsentrasi larutan IAA yang
digunakan.
· Pengaruh
perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman
2. Tabel
Panjang Akar
Between-Subjects Factors
|
|
|
Value Label
|
N
|
Perlakuan
|
1.00
|
kontrol
|
4
|
2.00
|
1 ppm
|
4
|
3.00
|
10 ppm
|
4
|
4.00
|
100 ppm
|
4
|
Pada praktikum ini
terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu dengan 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing
dengan 4 kali pengulangan.
Tests of Between-Subjects Effects
|
Dependent
Variable:Panjang Akar
|
Source
|
Type III Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected
Model
|
.075a
|
3
|
.025
|
.737
|
.550
|
Intercept
|
3.149
|
1
|
3.149
|
92.682
|
.000
|
Perlakuan
|
.075
|
3
|
.025
|
.737
|
.550
|
Error
|
.408
|
12
|
.034
|
|
|
Total
|
3.632
|
16
|
|
|
|
Corrected
Total
|
.483
|
15
|
|
|
|
b.
R Squared = .156
(Adjusted R Squared = -.056)
|
Dari
tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550.
Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa
perlakuan tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di
lanjutkan pada analisis selanjutnya.
Sehingga dapat diketahui bahwa berpengaruh dalam pertumbuhan akar, yaitu IAA
akan memacu pemanjangan akar jika diberikan dalam konsentrasi yang sangat
rendah. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu
pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang, penghambatan mata tunas samping.
Pemberian IAA pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan mata tunas
untuk menjadi tunas absisi.
Sedangkan pengaruh auksin terhadap
berbagai aspek perkembangan tumbuhan, yaitu :
1. Pemanjangan sel : IAA atau auksin
lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan
koleoptil. Distribusi IAA yang tidak
merata dalam akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan
pembengkokan organ. Sel-sel meristem
dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA. Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan
sel-sel jaringan akar
2. Tunas ketiak : IAA yang dibentuk
pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas
ketiak (lateral). Jika meristem apikal
dipotong, tunas lateral akan berkembang
3. Absisi daun : daun akan terpisah
dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan
fisik. Proses absisi dikontrol oleh dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi
4. Aktivitas cambium : auksin
merangsang pembelahan sel dalam daerah cambium
5. Tumbuh akar : dalam akar, pengaruh
IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat
rendah
Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel
tanaman khususnya akar yaitu auksin akan
menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran/pelenturan
dinding sel. Auksin akan memacu
protein tertentu yang ada pada membran plasma sel tumbuhan
untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini yang akan mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan
kemudian memanjang yang diakibatkan oleh air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini,
sel akan terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma.
Dari data diatas dapatr dibuktikan,
bahwa semakin banyak jumlah auksin yang ditambahkan akan menyebabkan
penghambatan pertumbuhan akar namun memperbanyak jumlah akar. Sehingga antara
panjang akar dan jumlah akar berbanding terbalik, semakin tinggi konsentrasi
yang diberikan maka ukuran akr semakin pendek tetapi jumlahnya semakin banyak. Tetapi
semakin rendah konsentrasi yang diberikan, maka ukuran akar semakin panjang dan
jumlahnya sedikit. Sehingga hasil yang diperoleh pada percobaan ini sesuai
dengan teori yang ada.
Pengaruh dari auksin (disamping struktur kimiawi), aktivitas
suatu senyawa tergantung pula pada faktor luar dan dalam, antara lain :
a.
Lingkungan
luar (suhu, radiasi, kelembaban)
b.
Kemampuan
senyawa untuk melalui kutikula atau menbran sel
c.
Translokasi
dalam tumbuhan ke daerah kegiatan
d.
Cara
inaktivasi dalam tumbuhan
e.
Ketersediaan
ATP atau nukleotida lain
f.
Kebutuhan
akan logam atau kofaktor jika terlibat reaksi-rekasi enzimatik
VII.
Penutup
7.1 Kesimpulan
-
Hormon, adalah molekul sinyal yang
dihasilkan dalam jumlah kecil oleh salah satu tubuh organisme, yang ditranspor
ke bagian-bagian yang lain, hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan
memicu respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan target.
-
Auksin berpengaruh dalam proses
pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan
akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme.
-
Jika yang diberikan relative tinggi, maka akan
menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar dan akan meningkatkan jumlah akar.
7.2 Saran
Pada saat melakukan
percobaan, praktikan harus melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar dan
sesuai dengan prosedur agar hasil yang diperoleh sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence
G.Mitchell. 2012. Biologi jilid 2 edisi
kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro.
1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta: PT Gramedia.
Hendaryono, D.P
dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur
Jaringan: Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-modern.
Yogyakarta: Kanisius.
Loveless, A.
R. 1991.
Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta :
Erlangga.
Prawiranata.
W., S. Haran, dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon
W. 1995.
Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB.
Sasmitamihardja,
Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Yong, Jean W. H.
2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocos
nucifera L.) Water Molecules,
14, 5144-5164; doi:10.3390/molecules14125144.