Kamis, 21 Mei 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN : PEMATAHAN DORMANSI BIJI



Description: Description: UNEJ

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PEMATAHAN DORMANSI BIJI












 













Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.                Judul
Pematahan dormansi biji

II.             Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi

III.           Dasar Teori
Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury, 1995). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Tipe dormansi biji antara lain (Salisbury, 1995) :
1.     Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan structural terhadap perkedcambahan. seperti kulit biji ynag keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis tanaman
2.     Dormansi fisiologis : dapat disebabkan oleh bebrapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh factor-faktor dalam sepert immaturity atau ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologis lainnya

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN: PENGARUH HORMON IAA TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR TUMBUHAN

Description: Description: UNEJ

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGARUH HORMON IAA TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR TUMBUHAN












 












Oleh:
Zakyah
120210153086
A-International

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

I.                Judul
Pengaruh hormon IAA terhadap pertumbuhan akar tumbuhan

II.             Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh beberapa  terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan

III.           Dasar Teori
Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanmana atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya. Pertumbuhan tanamna setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses diantaranya:
1.     Fase pembentukan sel
2.     Fase perpanjangan dan pembesaran sel
3.     Fase diferensiasi sel (Dwijoseputro, 1983).
Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar (Campbell, 2012).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Dwidjoseputro, 1983).
            Hormon, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh salah satu tubuh organisme, dan ditranspor ke bagian-bagian yang lain, tempat hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan target. Hormon-hormon tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat rendah, namun hormon dalam jumlah yang kecil dapat memiliki efek yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan organ tumbuhan. Suatu hormon bisa bertindak dengan mengubah ekspresi gen-gen, memengaruhi aktifitas enzim-enzim yang sudah ada atau mengubah aktivitas membran.tindakan manapun dapat mengarahkan kembali metabolisme dan perkembangan sebuah sel yang merespon molekul-molekul hormon dalam jumlah kecil (Campbell, 2012).
    Zat pengatur tumbuh yang paling dikenal dikelompokkan menjadi 5, yaitu auxin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor (asam absisat). Auxin dicirikan dengan struktur kimia yang khas yaitu indol ring. Beberapa struktur kimia zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auxin adalah IAA, NAA, IBA, IAN, 2.4 D dan banyak lagi yang lainnya.
Percobaan Luckwill pada tahun 1965 dengan menggunakan zat kimia NAA (Alpha Naphtalene Acetic Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan IAN (Indole-3-Aceto Nitrille) pada kecambah kacang menunjukkan bahwa ketiga jenis auxin tersebut mampu mendorong pertumbuhan primordial akar kacang. Dari hasil penelitian mengatakan bahwa pemberian IAA yang relative tinggi pada akar menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar (Sasmitamihardja,1996).
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA. Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan.  Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh.  Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya. IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar  pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar.
Peranan auksin dalam tumbuhan ialah mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme. Istilah auksin diberikan pada  sekelompok senyawa kimia  yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin  dihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin  sintetik, misalnya NAA (napthalene acetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) (Prawiranata, 1981).

Hormon auksin
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Salisbury, 1995).
Auksin adalah asam indol asetat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu group dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat (C12H10O2) dan asam 2,4 diklorofenoksi asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan sangat mudah untuk mengetahui apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek karakteristik auksin adalah kemampuan untuk mendorong pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatau group atau di dalam molekul auksin tersebut.
Hormon ini dihasilkan pada ujung pucuk yang sedang tumbuh dan akan mendatangkan efek atau akibat apabila telah bergerak kebagian organ yang lain. Fungsi auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengaturan perbesaran sel dan pergerakan auksin selalu menjauhi arah cahaya (Loveless, 1991). Pengaruh auksin terhadap rangsangan berbeda-beda, rangsangan yang paling kuat adalah rangsangan terhadap sel-sel meristem apikal batang dan koleoptil. Pada kadar yang sangat tinggi, auksin lebih bersifat menghambat daripada merangsang pertumbuhan. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang kemudian diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan kenaikan volume sel. Dengan adanya kenaikkan sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan (Hendaryono, 1994).
Auksin yang terlibat dalam banyak peraturan terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman proses pada tanaman. Fungsi auksin dalam transmisi isyarat lingkungan seperti cahaya dan gravitasi, regulasi percabangan proses dalam tunas dan akar, karena mereka menemukan lebih baru-baru ini, pola diferensiasi sel-sel di meristem dan organ dewasa. Hal ini tentu sinyal spasial dan temporal serbaguna. Auksin transportasi menghasilkan konsentrasi maksimum auksin dan terdegradasi dalam jaringan yang berperan dalam regulasi beragam proses perkembangan berbagai tanaman, termasuk embriogenesis, organogenesis pembentukan, jaringan pembuluh darah dan tropisme. Mekanisme transport auksin hanya signal molecule sebagian besar mendasari plastisitas yang luar biasa dari perkembangan tanaman danmpertumbuhan yang memungkinkan arsitektur untuk berubah sesuai dengan lingkungan (Yong, 2009).

Mekanisme kerja auksin
            Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman khususnya akar yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel  dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu  yang ada di membran  plasma sel tumbuhan untuk  memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel.  Sel tumbuhan kemudian  memanjang akibat air  yang masuk secara osmosis.  Setelah pemanjangan  ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu pertumbuhan  ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral.


IV.           Metode Penelitian
4.1  Alat
-        Beaker glass
-        Pisau
-        Gelas ukur
-        Penggaris atau meteran

4.2  Bahan
-        Tumbuhan kacang panjang berumur 5 hari
-        IAA konsentrasi 0 ppm (kontrol: aquades), 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm
-        Larutan hara
-        Aquades

4.3  Cara kerja








Rounded Rectangle: Mengambil 3 tumbuhan kacang panjang dan memotong bagian hipokotilnya didalam air





Rounded Rectangle: Merendam dengan larutan IAA selama 1 jam





Rounded Rectangle: Memindah kan kedalam beaker glass yang berisi larutan hara





Rounded Rectangle: Menyimpan ditempat terang selama 1 minggu





Rounded Rectangle: Mengamati proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mencapat perlakuan IAA





Rounded Rectangle: Menghitung dan mengukur panjang akar yang ada





Rounded Rectangle: Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan sesuai jumlah kelompok





Rounded Rectangle: Manganalisis data hasil pengamatan dengan software SPSS
 





























V.              Hasil Pengamatan

5.1 Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan Akar Tumbuhan
Perlakuan (ppm)
Akar

Panjang Akar (cm)

Rata-rata (cm)
1 (0)
10
0,38
0,389
17
0,44
12
0,53
14
0,207
2 (1)
16
0,54
0,560
12
0,45
9
0,64
12
0,608
3 (10)
12
0,43
0,429

10
0,185
12
0,55
12
0,55
4 (100)
1
0,1
0,397
8
0,218
9
0,57
8
0,7







5.2 Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah akar tanaman
1.   Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors


Value Label
N
Perlakuan
1.00
kontrol
4
2.00
1 ppm
4
3.00
10 ppm
4
4.00
100 ppm
4

2.     Tabel Rata-Rata Jumlah Akar
Descriptives

Jumlah Akar


N
Mean
Std. Deviation
Perlakuan
Control
4
13.2500
2.98608
1 ppm
4
12.2500
2.87228
10 ppm
4
11.5000
1.00000
100 ppm
4
6.5000
3.69685
Total
16
10.8750
3.68556








3.     Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Jumlah Akar
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
108.250a
3
36.083
4.534
.024
Intercept
1892.250
1
1892.250
237.770
.000
Perlakuan
108.250
3
36.083
4.534
.024
Error
95.500
12
7.958


Total
2096.000
16



Corrected Total
203.750
15



a. R Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)

ANOVA
Jumlah Akar

Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
108.250
3
36.083
4.534
.024
Within Groups
95.500
12
7.958


Total
203.750
15






4.     Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman



 














·       Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman
1.   Tabel Panjang Akar
Between-Subjects Factors


Value Label
N
Perlakuan
1.00
kontrol
4
2.00
1 ppm
4
3.00
10 ppm
4
4.00
100 ppm
4


Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Panjang Akar
Source
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
.075a
3
.025
.737
.550
Intercept
3.149
1
3.149
92.682
.000
Perlakuan
.075
3
.025
.737
.550
Error
.408
12
.034


Total
3.632
16



Corrected Total
.483
15



a.      R Squared = .156 (Adjusted R Squared = -.056)

Dari tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550. Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa perlakuan tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di lanjutkan pada analisis selanjutnya.


VI.           Pembahasan

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses yang kompleks dan vital yang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap tanaman atau bagiannya (dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan volumenya). Dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan pada bagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagai dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar. Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
Hormon atau zat pengatur tumbuh adalah suatu senyawa organik yang disintesis di suatu bagian tumbuhan dan dapat dipindahkan ke bagian tumbuhan yang lain, yang dalam konsentrsi kecil dapat menyebabkan pertumbuhan, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya  pertumbuhan. Pada banyak tanaman, pucuk lateral tidak akan tumbuh jika pucuk terminalnya utuh.  Bila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral mulai tumbuh.  Bagian pucuk (terminal) menghasilkan auksin dalam jumlah besar sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan pucuk lateral.  Bila disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral saja yang menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang pertumbuhan.
Percobaan yang kami lakukan adalah tentang pengaruh hormon IAA terhadap pertumbuhan akar tumbuhan yang betujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa  terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan. Alat dan bahan yang kami gunakan adalah tumbuhan kecambah kacang hijau berumur 5 hari, IAA konsentrasi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm dan kontrol (aquades), larutan hara, beaker glass, pisau, gelas ukur dan penggaris atau meteran.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu kecambah kacang hijau yang sudah dibuang bagian hipokotilnya dimasukkan kedalam larutan hara selama 2 jam. Kemudian mengisi 4 gelas aqua masing-masing dengan aquades, IAA konsentrasi 1 ppm, IAA konsentrasi 10 ppm, dan IAA konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya memasukkan kedalam masing-masing gelas aqua 3 kecambah kacang hijau yang sudah dipotong bagian hipokotilnya. Pemotongan hipokotil dilakukan didalam air, hal ini untuk menghindari masuknya gelembung udara kedalam sel tumbuhan. Setelah 2 jam, tumbuhan dipindahkan kedalam gelas aqua yang berisi IAA dengan berbagai konsentrasi. Kecambah kacang hiaju disimpan di tempat terang selama 1 minggu. Mengamati dan menghitung jumlah serta panjang akar yang tumbuh pada kacang hijau tersebut.
Akar memiliki bagin-bagian/ komponen-komponen penyusun akar, salah satunya adalah tudung akar yang berada pada bagian ujung akar. Dibagian belakang tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjang atu disebut sebagi daerah perpanjangan. Perpanjangan bagian meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh adanya hormon tumbuh pada akar.
Setelah satu minggu, diperoleh hasil sebagai berikut;
            Hasil yang diperoleh pada konsentrasi 0,0 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,389 cm, pada konsentrasi 1,0 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,560 cm, pada konsentrasi 10 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,429 cm, dan pada konsentrasi 100 ppm rata-rata pertumbuhannya adalah 0,397 cm.
            Dilihat dari hasil yang diperoleh, maka pada konsentrasi 1 ppm adalah konsentrasi paling optimal dalam pertumbuhan akar yaitu sebesar 0,560 cm. Sedangkan pada konsentrasi 10 ppm, rata-ratanya lebih rendah dan jumlah akar yang tumbuh juga semakin banyak. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi rendah IAA akan memacu pertumbuhan sel akar, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi justru akan menghambat pertumbuhan akar, tetapi jumlah akar yang tumbuh semakin banyak.

Hasil interpretasi dengan menggunakan SPSS adalah:
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah akar tanaman
5.   Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors


Value Label
N
Perlakuan
1.00
kontrol
4
2.00
1 ppm
4
3.00
10 ppm
4
4.00
100 ppm
4
Perlakuan
1 = 0 ppm
2 = 1 ppm
3 = 10 ppm
4 = 100 ppm
Pada praktikum ini terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu dengan 0  ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing dengan 4 kali pengulangan.

6.     Tabel Rata-Rata Jumlah Akar
Descriptives

Jumlah Akar


N
Mean
Std. Deviation
Perlakuan
Control
4
13.2500
2.98608
1 ppm
4
12.2500
2.87228
10 ppm
4
11.5000
1.00000
100 ppm
4
6.5000
3.69685
Total
16
10.8750
3.68556





Dari tabel diatas didapatkan Rata-rata jumlah akar tertinggi adalah pada perlakuan control yaitu 132500 dengan Standar Deviasi (Std. Deviation) 2.98608 dan rata-rata jumlah akar terendah adalah 6.5000 dengan standar deviasi (Std. Deviation)  3.69685 pada perlakuan 100ppm.

7.     Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Jumlah Akar
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
108.250a
3
36.083
4.534
.024
Intercept
1892.250
1
1892.250
237.770
.000
Perlakuan
108.250
3
36.083
4.534
.024
Error
95.500
12
7.958


Total
2096.000
16



Corrected Total
203.750
15



a. R Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)

ANOVA
Jumlah Akar

Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
108.250
3
36.083
4.534
.024
Within Groups
95.500
12
7.958


Total
203.750
15



Dari tabel diperoleh nilai F = 4,534 dengan nilai signifikasi 0,024. Karena nilai signifikasi kurang dari 0,05 (<0 akar="" berarti="" berpengaruh="" dapat="" data="" di="" dikatakan="" jumlah="" karena="" ke="" lanjutkan="" maka="" nyata="" perlakuan="" selanjutnya.="" signifikan.="" signifikan="" span="" tanaman="" terhadap="" uji="">



8.     Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman



 














Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa tidak terjadi kenaikan, namun terjadi penurunan yang sangat tajam hingga pada titik rata-rata jumlah pertumbuhan. penurunan grafik ini tidak sesuai jika dihubungkan dengan rata-rata jumlah akar dan berbagai konsentrasi larutan IAA yang digunakan.










·       Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman
2.   Tabel Panjang Akar
Between-Subjects Factors


Value Label
N
Perlakuan
1.00
kontrol
4
2.00
1 ppm
4
3.00
10 ppm
4
4.00
100 ppm
4

Pada praktikum ini terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu dengan 0  ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing dengan 4 kali pengulangan.

Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Panjang Akar
Source
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
.075a
3
.025
.737
.550
Intercept
3.149
1
3.149
92.682
.000
Perlakuan
.075
3
.025
.737
.550
Error
.408
12
.034


Total
3.632
16



Corrected Total
.483
15



b.     R Squared = .156 (Adjusted R Squared = -.056)

Dari tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550. Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa perlakuan tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di lanjutkan pada analisis selanjutnya.

            Sehingga dapat diketahui bahwa  berpengaruh dalam pertumbuhan akar, yaitu IAA akan memacu pemanjangan akar jika diberikan dalam konsentrasi yang sangat rendah. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang, penghambatan mata tunas samping. Pemberian IAA pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi.
Sedangkan pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan, yaitu :
1.     Pemanjangan sel : IAA atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil.  Distribusi IAA yang tidak merata dalam akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ.  Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA.  Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar
2.     Tunas ketiak : IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral).  Jika meristem apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang
3.     Absisi daun : daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik.  Proses absisi dikontrol oleh  dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi
4.     Aktivitas cambium : auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah cambium
5.     Tumbuh akar : dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah
            Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman khususnya akar yaitu auksin akan menginisiasi pemanjangan sel  dengan cara mempengaruhi pengendoran/pelenturan dinding sel. Auksin akan memacu protein tertentu  yang ada pada membran  plasma sel tumbuhan untuk  memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini yang akan mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel.  Sel tumbuhan kemudian  memanjang yang diakibatkan oleh air  yang masuk secara osmosis.  Setelah pemanjangan  ini, sel akan terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
            Dari data diatas dapatr dibuktikan, bahwa semakin banyak jumlah auksin yang ditambahkan akan menyebabkan penghambatan pertumbuhan akar namun memperbanyak jumlah akar. Sehingga antara panjang akar dan jumlah akar berbanding terbalik, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka ukuran akr semakin pendek tetapi jumlahnya semakin banyak. Tetapi semakin rendah konsentrasi yang diberikan, maka ukuran akar semakin panjang dan jumlahnya sedikit. Sehingga hasil yang diperoleh pada percobaan ini sesuai dengan teori yang ada.
Pengaruh dari auksin (disamping struktur kimiawi), aktivitas suatu senyawa tergantung pula pada faktor luar dan dalam, antara lain :
a.      Lingkungan luar (suhu, radiasi, kelembaban)
b.     Kemampuan senyawa untuk melalui kutikula atau menbran sel
c.      Translokasi dalam tumbuhan ke daerah kegiatan
d.     Cara inaktivasi dalam tumbuhan
e.      Ketersediaan ATP atau nukleotida lain
f.      Kebutuhan akan logam atau kofaktor jika terlibat reaksi-rekasi enzimatik



VII.         Penutup
7.1  Kesimpulan
-        Hormon, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh salah satu tubuh organisme, yang ditranspor ke bagian-bagian yang lain, hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan target.
-        Auksin berpengaruh dalam proses pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme.
-        Jika  yang diberikan relative tinggi, maka akan menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar dan akan meningkatkan jumlah akar.

7.2  Saran
Pada saat melakukan percobaan, praktikan harus melakukan langkah-langkah percobaan dengan benar dan sesuai dengan prosedur agar hasil yang diperoleh sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 2012. Biologi jilid 2 edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur Jaringan: Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-modern. Yogyakarta: Kanisius.

Loveless, A. R.  1991.  Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : Erlangga.

Prawiranata. W., S. Haran, dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W.  1995.  Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB.

Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Yong, Jean W. H. 2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water Molecules, 14, 5144-5164; doi:10.3390/molecules14125144.